Teks -- Galatia 5:20-26 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Gal 5:21; Gal 5:22-23
Full Life: Gal 5:21 - TIDAK AKAN MENDAPAT BAGIAN DALAM KERAJAAN ALLAH.
Nas : Gal 5:21
Walaupun Paulus mengatakan bahwa seseorang tidak mungkin mewarisi
Kerajaan Allah dengan menaati hukum Taurat (Gal 2:16; 5:4), dia ju...
Nas : Gal 5:21
Walaupun Paulus mengatakan bahwa seseorang tidak mungkin mewarisi Kerajaan Allah dengan menaati hukum Taurat (Gal 2:16; 5:4), dia juga mengajarkan bahwa ada kemungkinan seseorang menghalangi dirinya masuk Kerajaan Allah dengan melakukan perbuatan jahat
(lihat cat. --> 1Kor 6:9;
[atau ref. 1Kor 6:9]
bd. Mat 25:41-46; Ef 5:7-11).
Full Life: Gal 5:22-23 - BUAH ROH.
Nas : Gal 5:22-23
Untuk ulasan tentang berbagai aspek dari buah Roh,
lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).
Nas : Gal 5:22-23
Untuk ulasan tentang berbagai aspek dari buah Roh,
lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).
Jerusalem: Gal 5:13-25 - -- Hidup baru orang yang percaya digenapi dalam kasih, Gal 5:6; Rom 13:8; 1Ko 13:1+. Kasih itulah "hukum baru", bdk Rom 7:7+, dan menghasilkan buah Roh K...
Jerusalem: Gal 5:16-25 - -- Ayat-ayat ini dengan jelas memperlihatkan bagaimana kedua prinsip perbuatan, yaitu "daging" dan "Roh", berlawanan satu sama lain, bdk Rom 5:5+; Rom 7...
Ayat-ayat ini dengan jelas memperlihatkan bagaimana kedua prinsip perbuatan, yaitu "daging" dan "Roh", berlawanan satu sama lain, bdk Rom 5:5+; Rom 7:5+. Orang Kristen yang dipimpin oleh Roh, Gal 5:18,25; Rom 8:14, memang secara wajar hidup menurut Roh itu, Gal 5:22-23, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang berasal dari "keinginan daging", Gal 5:16,24. Perbuatan "daging" itu bukanlah "kedagingan" oleh karena berpangkal pada "tubuh".
Jerusalem: Gal 5:20 - roh-pemecah Terjemahan Latin (Vlg) dan sejumlah naskah menambah (Gal 5:21) pembunuhan. Bdk Rom 1:29.
Sejumlah naskah menambah: kemurnian
Jerusalem: Gal 5:23 - hal-hal itu Orang beriman yang bersatu dengan Kristus tidak lagi mempunyai suatu hukum yang hanya menyuruh dari luar saja. Orang beriman menepati "Hukum Roh", Gal...
Orang beriman yang bersatu dengan Kristus tidak lagi mempunyai suatu hukum yang hanya menyuruh dari luar saja. Orang beriman menepati "Hukum Roh", Gal 5:18,23,25; 6:2; Rom 6:15; 8:2-4; Fili 1:9-10; bdk Yak 1:25; 2:8.
Ende: Gal 5:24 - Milik Kristus Barangkali lebih tepat: masuk Kristus, termasuk tubuh Kristus,
atau: ada dalam Kristus.
Barangkali lebih tepat: masuk Kristus, termasuk tubuh Kristus, atau: ada dalam Kristus.
Ende: Gal 5:26 - -- Mulai ajat ini selandjutnja dalam bab berikut Paulus memberi nasehat-nasehat
dan peringatan-peringatan atau ketentuan-ketentuan jang berkenan dengan
k...
Mulai ajat ini selandjutnja dalam bab berikut Paulus memberi nasehat-nasehat dan peringatan-peringatan atau ketentuan-ketentuan jang berkenan dengan kedjadian-kedjadian atau keadaan chusus dalam umat-umat Galatia, jang latar-belakangnja tidak kita ketahui. Sebab itu maksud Paulus jang sebenarnja sering kabur. Namun terkandung didalamnja andjuran-andjuran dan adjakan-adjakan jang tjukup umum dan bernilai bagi kita djuga, kalau kita merenungkannja.
Ref. Silang FULL: Gal 5:21 - dan sebagainya // Kerajaan Allah · dan sebagainya: Mat 15:19; Rom 13:13
· Kerajaan Allah: Mat 25:34; Mat 25:34
Ref. Silang FULL: Gal 5:22 - Tetapi buah // ialah: kasih // damai sejahtera · Tetapi buah: Mat 7:16-20; Ef 5:9
· ialah: kasih: Kol 3:12-15
· damai sejahtera: Mal 2:6
Ref. Silang FULL: Gal 5:23 - penguasaan diri // ada hukum · penguasaan diri: Kis 24:25; Kis 24:25
· ada hukum: Gal 5:18
Ref. Silang FULL: Gal 5:24 - menyalibkan daging // dan keinginannya · menyalibkan daging: Gal 5:13,16-21; Rom 6:6; Rom 6:6; Rom 7:5,18; 8:3-5,8,9,12,13; 13:14; Gal 6:8; Kol 2:11
· dan keinginannya: Gal 5...
· menyalibkan daging: Gal 5:13,16-21; Rom 6:6; [Lihat FULL. Rom 6:6]; Rom 7:5,18; 8:3-5,8,9,12,13; 13:14; Gal 6:8; Kol 2:11
· dan keinginannya: Gal 5:16,17
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Gal 5:13-26
Matthew Henry: Gal 5:13-26 - Desakan untuk Hidup dalam Kesalehan; Perbuatan Daging dan Roh; Buah-buah Roh Desakan untuk Hidup dalam Kesalehan; Perbuatan Daging dan Roh; Buah-buah Roh (5:13-26)
Pada bagian terakhir pasal ini Rasul Paulus mulai menasihati...
Desakan untuk Hidup dalam Kesalehan; Perbuatan Daging dan Roh; Buah-buah Roh (5:13-26)
- Pada bagian terakhir pasal ini Rasul Paulus mulai menasihati orang-orang Kristen ini supaya sungguh-sungguh hidup dalam kesalehan, sebagai penangkal terbaik terhadap perangkap guru-guru palsu. Terutama ada dua hal yang dia tekankan kepada mereka:
- I. Bahwa mereka jangan bersitegang satu sama lain, melainkan saling mengasihi. Dia memberi tahu mereka (ay. 13) bahwa mereka telah dipanggil untuk merdeka, dan dia ingin supaya mereka berdiri teguh dalam kemerdekaan yang dengannya Kristus telah memerdekakan mereka. Walaupun begitu dia menghendaki mereka sangat berhati-hati, supaya mereka tidak mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa. Mereka tidak boleh mengambil kesempatan dari situ untuk menuruti keinginan hati dalam kesenangan-kesenangan dan perbuatan-perbuatan buruk apa pun, dan khususnya yang dapat menciptakan kesenjangan dan kebencian, dan menjadi dasar pertengkaran dan pertikaian di antara mereka. Tetapi, sebaliknya, dia ingin mereka melayani seorang akan yang lain oleh kasih, memelihara kasih sayang satu sama lain. Walaupun mungkin ada perbedaan-perbedaan kecil di antara mereka, kasih sayang itu akan mencondongkan hati mereka kepada segala pelayanan dengan rasa hormat dan kebaikan kepada satu sama lain yang diwajibkan agama Kristen kepada mereka. Perhatikanlah,
- 1. Kemerdekaan yang kita nikmati sebagai orang Kristen bukanlah kemerdekaan yang tidak bermoral. Walaupun Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat, namun Dia belum membebaskan kita dari kewajibannya. Injil adalah ajaran yang sesuai dengan ibadah kita (1Tim. 6:3, KJV: ajaran yang sesuai dengan kesalehan), dan sama sekali tidak mengizinkan dosa sedikit pun sehingga memberi kita kewajiban terbesar untuk menghindari dan menaklukkan dosa.
- 2. Walaupun kita harus berdiri teguh di dalam kemerdekaan Kristen kita, namun kita seharusnya tidak menuntut hal itu sampai melanggar kemurahan hati kristiani. Kita tidak boleh menggunakannya sebagai alasan untuk bersitegang dan bertikai dengan saudara-saudara Kristen kita, yang mungkin memiliki pikiran yang berbeda dengan kita. Sebaliknya kita harus selalu memelihara sikap terhadap satu sama lain yang mencondongkan hati kita untuk saling melayani dengan kasih. Untuk hal inilah Rasul Paulus berusaha keras meyakinkan orang-orang Kristen ini, dan ada dua pertimbangan yang dia sampaikan kepada mereka untuk tujuan ini:
- (1) Bahwa seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” (ay. 14). Kasih adalah ringkasan dari seluruh hukum Taurat. Seperti halnya kasih kepada Allah mencakup semua kewajiban dari loh batu pertama, demikian pula kasih kepada sesama kita mencakup semua kewajiban dari loh batu kedua. Rasul Paulus memberi perhatian khusus pada yang terakhir di sini, karena dia membicarakan perilaku mereka satu terhadap yang lain. Dan, ketika dia menggunakan ini sebagai alasan untuk mengajak mereka saling mengasihi, dia mengisyaratkan bahwa ini akan menjadi bukti yang bagus akan ketulusan mereka dalam ibadah mereka dan ini juga cara yang paling mungkin untuk menghilangkan pertikaian-pertikaian dan perpecahan-perpecahan yang ada di antara mereka. Akan tampak bahwa kita sungguh-sungguh murid-murid Kristus jika kita memiliki kasih satu sama lain (Yoh. 13:35). Dan, bilamana sikap ini dipertahankan, jika tidak sepenuhnya memadamkan perselisihan-perselisihan tidak pantas yang ada di antara orang-orang Kristen, namun setidaknya akan banyak mendamaikan mereka sehingga perselisihan-perselisihan itu tidak sampai mengakibatkan kehancuran.
- (2) Perbuatan menyedihkan dan berbahaya dari perilaku yang sebaliknya (ay. 15): Tetapi, katanya, jika bukannya melayani satu sama lain dalam kasih, dan dengan demikian memenuhi hukum Allah, malahan sebaliknya kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan. Jika, bukannya bertindak sebagaimana layaknya manusia dan orang Kristen, mereka justru berkelakuan lebih menyerupai binatang buas, dengan mencabik dan mengoyak-ngoyak satu sama lain, maka tidak ada yang dapat mereka harapkan sebagai akibatnya, selain bahwa mereka akan membinasakan satu sama lain. Dan oleh karena itu mereka memiliki alasan paling kuat untuk tidak menuruti kehendak hati sendiri untuk saling bertengkar dan bermusuhan. Perhatikanlah, saling bersitegang di antara saudara, jika tetap dilakukan, kemungkinan besar akan terbukti menghancurkan semua orang. Orang-orang yang terus menelan satu sama lain akhirnya akan membinasakan satu sama lain. Jemaat-jemaat Kristen tidak dapat dihancurkan kecuali oleh tangannya sendiri. Jika orang-orang Kristen, yang seharusnya saling menolong dan memberikan sukacita, malah menjadi seperti binatang buas, saling menggigit dan menelan, maka apa lagi yang dapat diharapkan selain bahwa Allah Sang Pengasih akan menyangkal anugerah-Nya untuk mereka, dan Roh kasih akan meninggalkan mereka, dan roh jahat, yang mencoba menghancurkan mereka semua, akan menang?
- II. Bahwa mereka semua harus berjuang melawan dosa. Jemaat akan berbahagia jika orang-orang Kristen mau membiarkan semua pertengkaran mereka dikalahkan oleh perjuangan melawan dosa, bahkan pertengkaran melawan dosa sekalipun. Demikian pula jika, daripada saling menggigit dan menelan karena perbedaan pendapat mereka, mereka semua mau bertekad melawan dosa di dalam diri mereka dan di tempat di mana mereka hidup. Inilah hal yang paling perlu kita perhatikan untuk kita perangi, dan yang di atas segala hal lainnya harus kita lawan dan tindas. Untuk membangkitkan orang-orang Kristen melawan dosa, dan untuk membantu mereka dalam hal ini, Rasul Paulus menunjukkan:
- 1. Bahwa di dalam diri setiap orang ada pergumulan antara daging dan roh (ay. 17): Keinginan (perjuangan dan pergumulan dengan kekuatan dan tenaga) daging (bagian diri kita yang rusak dan duniawi) berlawanan dengan keinginan Roh. Daging melawan semua dorongan kehendak Roh, dan menolak segala sesuatu yang rohani. Di sisi lain, roh (bagian diri kita yang sudah diperbarui) berjuang melawan daging, dan menentang kehendak dan keinginannya. Dan karena itulah kita setiap kali tidak melakukan apa yang kita kehendaki. Seperti halnya dasar anugerah di dalam diri kita tidak akan membiarkan kita melakukan segala kejahatan yang didorong oleh sifat cemar kita, demikian pula kita tidak dapat melakukan seluruh hal baik yang ingin kita lakukan, karena perlawanan yang kita hadapi dari dasar yang cemar dan duniawi. Dalam diri manusia duniawi pun ada semacam pergumulan (tuduhan hati nuraninya dan kecemaran hatinya sendiri berjuang melawan satu sama lain. Tuduhan-tuduhan hati nuraninya akan menekan kecemaran-kecemarannya, dan kecemaran-kecemarannya membungkam tuduhan-tuduhan itu). Demikian pula dalam diri orang yang sudah diperbarui, di mana ada semacam dasar yang baik, ada pergumulan antara sifat lama dan sifat baru, antara sisa-sisa dosa dan awal-awal anugerah. Dan orang-orang Kristen harus sadar bahwa mereka pasti akan mengalami hal ini selama mereka hidup di dunia ini.
- 2. Kewajiban dan kepentingan kita dalam pergumulan ini adalah berpihak kepada sisi yang lebih baik, berpihak kepada tuduhan-tuduhan hati nurani kita melawan kecemaran kita dan berpihak kepada anugerah kita melawan hawa-hawa nafsu kita. Hal ini Rasul Paulus gambarkan sebagai kewajiban kita, dan dia menunjukkan kepada kita cara-cara yang paling jitu untuk berhasil di dalamnya. Jika ditanyakan, arah mana yang harus kita ambil supaya kepentingan yang lebih baik bisa mendapatkan yang lebih baik, maka dia memberi kita satu aturan umum ini, yang, jika dilakukan dengan sepenuh hati, akan menjadi obat paling kuat untuk melawan melazimnya kecemaran. Dan aturan itu adalah berjalan di dalam Roh (ay. 16): Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Yang dimaksud dengan Roh di sini adalah Roh Kudus sendiri, yang berkenan merendahkan diri untuk berdiam di dalam hati orang-orang yang telah Dia perbarui dan kuduskan, untuk membimbing dan menolong mereka dalam melakukan kewajiban mereka. Atau, dasar penuh anugerah itu, yang Dia tanamkan di dalam jiwa umat-Nya dan yang dengan kuat melawan daging, karena dasar cemar yang masih ada di dalam diri mereka benar-benar melawannya. Karena itu tugas yang dinasihatkan kepada kita di sini adalah supaya kita menetapkan hati untuk bertindak di bawah bimbingan dan pengaruh Roh yang mulia itu, dan menyelaraskan diri dengan dorongan-dorongan dan kecenderungan sifat baru di dalam diri kita. Dan, jika ini menjadi perhatian utama kita dalam kebiasaan dan tujuan hidup kita, kita bisa mengandalkan bahwa, walaupun kita mungkin tidak dibebaskan dari segala hasutan dan perlawanan dari sifat cemar kita, kita akan dijaga supaya tidak mengikuti keinginan-keinginannya. Dengan demikian walaupun itu tetap ada di dalam diri kita, namun tidak akan menguasai kita. Perhatikanlah, penangkal terbaik racun dosa adalah berjalan di dalam Roh, banyak terlibat dalam hal-hal yang rohani, memikirkan hal-hal tentang jiwa, yang adalah bagian rohani manusia, lebih daripada tentang tubuh, yang adalah bagian duniawinya. Juga mempercayakan diri kita kepada tuntunan firman, yang di dalamnya Roh Kudus memberitahukan kehendak Allah mengenai kita, dan dalam menjalankan tugas kita bertindak dengan bergantung pada pertolongan dan pengaruh-Nya. Dan, seperti halnya ini akan menjadi cara terbaik untuk menjaga mereka dari memenuhi keinginan-keinginan daging, demikian pula ini akan menjadi bukti yang baik bahwa mereka adalah benar-benar orang Kristen. Karena itu Rasul Paulus mengatakan (ay. 18), Jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Seolah-olah dia berkata, “Kamu harus sadar bahwa pasti akan ada pergumulan antara daging dan roh selama kamu ada di dunia ini, bahwa daging akan memiliki keinginan yang bertentangan dengan roh seperti halnya roh bertentangan dengan daging. Namun jika, dalam kecondongan dan tujuan hidup kamu, kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, yakni jika kamu bertindak di bawah pimpinan dan pemerintahan dari Roh Kudus dan dari sifat dan watak rohani yang Dia kerjakan di dalam dirimu, dan juga jika kamu menjadikan firman Allah sebagai peraturanmu dan anugerah Allah sebagai pegangan dasarmu, maka akan jelas bahwa kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tidak di bawah kuasa penghukuman hukum Taurat, walaupun kamu masih berada di bawah kuasa pemerintahannya. Karena, demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, dan semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Rm. 8:1-14).
- 3. Rasul Paulus memerinci perbuatan daging, yang harus diwaspadai dan dimatikan, dan buah-buah Roh, yang harus dihargai dan dihasilkan (ay. 19 dst.). Dan dengan menyebutkan perincian dia menggambarkan lebih lanjut apa yang menjadi alasannya di sini.
- (1) Dia memulai dengan perbuatan daging, yang, selain banyak, juga nyata. Tidak dapat disangkal bahwa hal-hal yang dia bicarakan di sini adalah perbuatan daging, atau hasil perbuatan dari sifat yang cemar dan rusak. Kebanyakan dari perbuatan-perbuatan itu dinyatakan salah oleh tuntunan alam sendiri, dan semuanya dinyatakan salah oleh tuntunan Injil. Perincian yang dia sebutkan bermacam-macam. Beberapa di antaranya adalah dosa melawan perintah ketujuh, seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, yang artinya bukan hanya tindakan kotor dosa-dosa ini saja, melainkan segala macam pikiran, perkataan, dan perbuatan yang cenderung mengarah kepada pelanggaran besar. Sebagian merupakan dosa melawan perintah pertama dan kedua, seperti penyembahan berhala, dan sihir. Yang lainnya adalah dosa terhadap sesama kita, dan bertentangan dengan hukum utama tentang kasih persaudaraan, seperti perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, yang sangat sering menyebabkan percideraan, roh pemecah, kedengkian, dan terkadang sampai terjadi pembunuhan (KJV), bukan hanya terhadap nama baik dan reputasi namun bahkan juga hidup sesama kita manusia. Yang lainnya adalah dosa-dosa terhadap diri kita sendiri, seperti kemabukan dan pesta pora. Dan dia menutup daftar ini dengan perkataan dan sebagainya, dan memberikan peringatan jelas untuk semua orang supaya mewaspadai hal-hal tersebut, selagi mereka berharap dapat melihat wajah Allah dengan senang. Mengenai hal-hal ini dan sebagainya, katanya, kuperingatkan kamu, seperti yang telah kubuat dahulu, bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, betapapun mereka menyanjung diri dengan harapan-harapan yang sia-sia, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Ini adalah dosa-dosa yang pasti akan membuat manusia tidak dapat masuk ke dalam sorga. Dunia roh tidak pernah bisa terasa nyaman bagi orang-orang yang membenamkan diri di dalam kecemaran daging. Allah yang benar dan kudus pun tidak akan pernah menerima orang-orang seperti itu ke dalam perkenanan dan hadirat-Nya, kecuali mereka disucikan dan dikuduskan, dan dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita (1Kor. 6:11).
- (2) Dia menyebutkan secara rinci buah-buah Roh, atau sifat yang telah diperbarui, yang sudah seharusnya kita hasilkan sebagai orang Kristen (ay. 22-23). Dan di sini kita bisa mengamati bahwa seperti halnya dosa disebut perbuatan daging, karena daging, atau sifat rusak, adalah dasar yang menggerakkan dan menarik orang kepada dosa, demikian pula anugerah dikatakan sebagai buah Roh, karena sepenuhnya berasal dari Roh Kudus, seperti buah berasal dari akar. Sebelumnya Rasul Paulus telah menyebutkan sebagian besar perbuatan daging yang tidak hanya menyakiti manusia sendiri melainkan cenderung membuat mereka saling menyakiti. Demikian pula di sini dia memberi perhatian khusus kepada sebagian besar buah-buah Roh yang cenderung membuat orang-orang Kristen serasi satu sama lain, dan merasa damai dengan diri sendiri. Dan ini sangat sesuai dengan peringatan atau nasihat yang telah dia berikan sebelumnya (ay. 13), bahwa mereka tidak boleh mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Secara khusus dia menasihatkan supaya kita memiliki kasih, terutama kepada Allah, dan kepada satu sama lain untuk memuliakan Dia, dan juga sukacita, yang bisa dipahami sebagai rasa gembira dalam bergaul dengan teman-teman kita, atau lebih tepat kebahagiaan yang tetap di dalam Allah. Secara khusus ia juga menasihati kita untuk memiliki damai sejahtera, dengan Allah dan hati nurani kita sendiri, atau sifat dan perilaku yang menyukai perdamaian dengan orang lain, serta juga kesabaran, kesabaran menunda kemarahan, dan kepuasan menanggung luka. Juga, untuk memiliki kemurahan, sifat yang sangat baik hati, dan terutama kepada orang-orang yang lebih rendah dari kita, yang mendorong kita untuk baik dan sopan, dan tenang ketika ada yang bersikap buruk atau salah kepada kita, serta kebaikan (kebaikan hati, kedermawanan), yang tampak dalam kesiapan untuk melakukan kebaikan kepada semua orang selagi kita memiliki kesempatan. Juga untuk memiliki kesetiaan, ketaatan, keadilan, dan kejujuran, dalam hal yang kita akui dan janjikan kepada orang lain, serta kelemahlembutan, yang digunakan untuk menguasai perasaan-perasaan dan kemarahan-kemarahan kita, supaya tidak mudah dihasut, dan bilamana kita dihasut, kita segera menjadi tenang. Juga, penguasaan diri, dalam hal makanan dan minuman, dan kenikmatan-kenikmatan hidup lainnya, supaya tidak berlebihan dan melampaui batas dalam menggunakan hal-hal tersebut. Mengenai hal-hal ini, atau orang-orang yang di dalam diri mereka buah-buah Roh ini ditemukan, Rasul Paulus mengatakan, tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu, yang mengutuk dan menghukum hal-hal itu. Benar, karena itu tampaklah bahwa mereka tidak berada di bawah hukum Taurat, melainkan di bawah anugerah. Buah-buah Roh ini, dalam diri siapa pun ditemukan, jelas menunjukkan bahwa orang tersebut dipimpin Roh, dan sebagai akibatnya mereka tidak di bawah hukum Taurat, seperti pada ayat 18. Dan seperti halnya, dengan memerinci perbuatan-perbuatan daging dan buah-buah Roh ini, Rasul Paulus menunjukkan kepada kita apa yang harus kita hindari dan lawan dan apa yang harus kita hargai dan usahakan, demikian pula (ay. 24) dia memberi tahu kita bahwa inilah yang menjadi kepedulian dan usaha yang sesungguhnya dari semua orang Kristen sejati. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, kata Rasul Paulus (orang yang benar-benar Kristen, bukan hanya dalam penampilan dan pengakuan, melainkan dalam kesungguhan dan kebenaran), ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Seperti halnya dalam baptisan mereka, mereka diharuskan untuk ini (karena, dengan dibaptis dalam Kristus, mereka telah dibaptis dalam kematian-Nya, Rm. 6:3), demikian pula mereka sekarang sungguh-sungguh mengabdikan diri mereka dalam hal ini. Dan, demi menyelaraskan diri dengan Tuhan dan Pemimpin mereka itu, mereka berusaha keras untuk mati bagi dosa, sebagaimana Dia telah mati karenanya. Mereka belum mencapai kemenangan penuh atas dosa. Mereka masih memiliki daging selain Roh di dalam diri mereka, dan daging itu memiliki kesenangan-kesenangan dan keinginan-keinginan, yang tetap memberi mereka gangguan yang tidak sedikit. Namun karena sekarang dosa tidak berkuasa lagi di dalam tubuh mereka yang fana, sehingga mereka tidak lagi menuruti keinginannya (Rm. 6:12), mereka berusaha meruntuhkan dan menghancurkannya secara menyeluruh, dan berusaha membuatnya mati secara memalukan dan tercela walaupun kematiannya itu lama dan pelan, supaya dosa itu mati dalam kematian yang sama memalukan dan tercela seperti yang Tuhan kita Yesus jalani untuk kepentingan kita. Perhatikanlah, jika kita harus membuktikan diri kita sebagai milik Kristus, sedemikian rupa hingga dipersatukan dan menyatu dengan Dia dan mencurahkan perhatian kepada-Nya, maka kita harus senantiasa peduli dan berusaha untuk menyalibkan daging dengan kesenangan-kesenangan dan keinginan-keinginannya yang cemar. Kristus tidak akan pernah mengakui sebagai milik-Nya orang-orang yang menyerahkan diri mereka menjadi hamba dosa. Namun walaupun Rasul Paulus di sini hanya menyebutkan penyaliban daging beserta kesenangan-kesenangan dan keinginan-keinginannya, sebagai kewajiban dan watak orang Kristen sejati, namun, sudah pasti, tersirat bahwa, di sisi lain, kita harus memperlihatkan buah-buah Roh yang baru saja dia perinci sebelumnya. Ini adalah tugas kita juga, dan tidak kalah penting untuk membuktikan ketulusan kita dalam beragama. Tidaklah cukup jika kita hanya berhenti berbuat jahat, melainkan kita juga harus belajar berbuat baik. Kekristenan kita mengharuskan kita bukan hanya untuk mati bagi dosa, melainkan juga harus hidup untuk kebenaran. Bukan hanya melawan perbuatan daging, melainkan juga menghasilkan buah-buah Roh. Oleh karena itu jika kita mau memperlihatkan bahwa kita memang benar-benar milik Kristus, ini harus menjadi kepedulian dan usaha kita yang sungguh-sungguh di samping kewajiban-kewajiban yang lain. Bahwa tujuan Rasul Paulus adalah menggambarkan kedua hal ini sebagai tugas kita, dan perlu untuk mendukung watak kita sebagai orang Kristen, bisa disimpulkan dari pernyataan berikutnya (ay. 25), ketika dia menambahkan, Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Artinya, “Jika kita mengaku telah menerima Roh Kristus, atau bahwa kita diperbarui dalam Roh Kristus, atau bahwa kita diperbarui dalam roh pikiran kita, dan dilengkapi dengan asas hidup rohani, marilah kita menunjukkannya dengan buah-buah Roh yang layak dalam hidup kita.” Dia telah memberi tahu kita sebelumnya bahwa Roh Kristus adalah hak istimewa yang dilimpahkan kepada semua anak Allah (4:6). “Nah,” katanya, “jika kita mengaku berasal dari bilangan ini, dan sebagai orang yang demikian telah memperoleh hak istimewa ini, marilah kita menunjukkannya dengan perilaku dan kelakuan yang sesuai dengan hal itu. Marilah kita membuktikan asas-asas kita yang baik dengan perbuatan-perbuatan baik.” Perilaku kita akan selalu sesuai dengan asas yang membimbing dan mengatur kita. Seperti halnya mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging, demikian pula mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh (Rm. 8:5). Oleh karena itu jika kita mau menunjukkan bahwa kita adalah milik Kristus, dan bahwa kita memiliki sifat-sifat Roh-Nya, maka itu haruslah dengan cara tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Kita harus bertekad sepenuh hati untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging, dan berjalan dalam hidup baru.
- 4. Rasul Paulus menutup pasal ini dengan sebuah peringatan terhadap kesombongan dan kedengkian (ay. 26). Sebelumnya dia telah menasehati orang-orang Kristen ini supaya melayani seorang akan yang lain oleh kasih (ay. 13), dan mengingatkan mereka apa akibatnya jika, bukannya melakukan itu, mereka justru saling menggigit dan saling menelan (ay. 15). Sekarang, sebagai cara untuk mengajak mereka melakukan yang satu dan menjaga mereka dari yang lain dari hal-hal ini, di sini dia memperingatkan mereka supaya tidak menginginkan kemuliaan sia-sia, atau mengharapkan penghargaan dan tepuk tangan yang tidak semestinya dari manusia. Karena, jika keinginan ini dituruti, pasti akan membuat mereka saling menggusarkan dan mendengki. Selama perilaku ini berkuasa di antara orang-orang Kristen, mereka akan mudah meremehkan dan merendahkan orang-orang yang mereka anggap lebih rendah daripada mereka. Mereka akan menjadi kesal jika tidak mendapatkan penghormatan yang mereka pikir berhak mereka dapatkan dari orang-orang itu. Dan mereka juga akan cenderung dengki kepada orang-orang yang dapat membuat ketenaran mereka berkurang. Dan demikianlah maka timbul pertengkaran-pertengkaran dan pertikaian-pertikaian yang, karena tidak sesuai dengan kasih yang harus dipelihara oleh orang-orang Kristen satu sama lain, maka sangat merugikan bagi kehormatan dan kepentingan agama itu sendiri. Oleh karena itu tentu saja Rasul Paulus ingin kita mewaspadai hal ini. Perhatikanlah,
- (1) Kemuliaan yang berasal dari manusia adalah kemuliaan yang sia-sia, yang, bukannya diingini, melainkan kita harus mati terhadapnya.
- (2) Penghargaan yang tidak semestinya terhadap pujian dan tepuk tangan manusia merupakan alasan kuat terjadinya perselisihan dan pertikaian menyedihkan yang timbul di antara orang-orang Kristen.
SH: Gal 5:19-26 - Kemerdekaan dalam pimpinan Roh (Jumat, 17 Juni 2005) Kemerdekaan dalam pimpinan Roh
Ada paradoks besar dalam kehidupan Kristen. Kemerdekaan sejati
hanya bisa dialami oleh orang yang sepenuhnya meny...
Kemerdekaan dalam pimpinan Roh
Ada paradoks besar dalam kehidupan Kristen. Kemerdekaan sejati
hanya bisa dialami oleh orang yang sepenuhnya menyerahkan diri
dipimpin oleh Roh Kudus. Orang yang merasa diri bebas melakukan
apa saja, termasuk berbuat dosa, sebenarnya masih diperbudak
dosa!
Di nas ini, Paulus mengontraskan hidup yang dikendalikan daging dan hidup yang dipimpin oleh Roh. Orang yang dikendalikan daging adalah orang yang mengikuti hasrat dan hawa nafsu dosa serta keinginan-keinginan duniawi yang bersifat merusak, seperti yang didaftarkan Paulus pada ayat 19-21. Orang-orang yang melakukannya pasti bukan anggota kerajaan Allah (ayat 21b). Sebaliknya orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh akan membuahkan sifat-sifat ilahi seperti yang dicantumkan Paulus pada ayat 22-23. Bagaimana kita dapat memiliki kehidupan yang dipimpin oleh Roh? Yaitu, dengan menyerahkan diri menjadi milik Kristus. Menjadi milik Kristus berarti menyerahkan kendali diri pada pimpinan Roh. Hal itu berarti juga menyangkal diri, hawa nafsu kedagingan, dan hal-hal duniawi (ayat 24). Orang Kristen harus secara aktif dan terus menerus menyangkal diri, supaya Roh Kudus senantiasa aktif dan tak henti-henti memimpin hidup orang percaya (ayat 25).
Latihlah diri Anda untuk menyangkal diri setiap hari atas setiap sifat kedagingan yang masih mengganggu kekudusan hidup Anda. Caranya adalah dengan menerapkan dan mengembangkan sifat-sifat ilahi yang sudah dikaruniakan Roh Kudus kepada Anda. Usaha Anda hanya akan berhasil bila Anda memelihara hubungan pribadi yang dekat dan intens dengan Tuhan melalui saat teduh. Jadikan gereja sebagai sarana untuk bertumbuh dalam kekudusan dengan mempraktikkan saling menolong dan saling meneguhkan antarsaudara seiman.
Camkan: Tak seorang pun, termasuk Anda sendiri, yang berhak mengatur hidup Anda, kecuali Dia yang adalah pemilik dan penebus hidup Anda.
SH: Gal 5:16-26 - Antidot (Kamis, 1 September 2011) Antidot
Antidot adalah obat penawar racun (bisa) atau penangkal penyakit. Dalam pandangan Paulus, orang Galatia bagai sedang menderita penyakit karen...
Antidot
Antidot adalah obat penawar racun (bisa) atau penangkal penyakit. Dalam pandangan Paulus, orang Galatia bagai sedang menderita penyakit karena ada konflik di internal komunitas mereka (15).
Sebelumnya, yaitu dalam Galatia 5:13, Paulus telah menekankan bahwa manusia dimerdekakan oleh Kristus bukan untuk hidup dalam dosa, melainkan untuk saling melayani berdasarkan kasih. Lalu mengapa konflik ini dapat terjadi? Karena ada peperangan antara kedagingan dan keinginan Roh di dalam diri orang-orang Galatia, yang sayangnya sering berakhir dengan kemenangan di pihak kedagingan (17). Sebab itu Paulus menyediakan antidot bagi keegoisan dan perselisihan itu, yaitu "hidup oleh Roh" (16, 25) dan dipimpin oleh Roh" (18, 25). Orang yang hidup dalam kedagingan tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (21).
Hidup oleh Roh tidak sama dengan hidup di bawah hukum Taurat. Hidup oleh Roh bermakna kemerdekaan sedangkan hidup di bawah hukum Taurat berarti terikat belenggu.
Hidup oleh Roh adalah anugerah hidup baru dari Roh Kudus. Hidup oleh Roh adalah prasyarat untuk dapat dipimpin oleh Roh. Orang yang hidup oleh Roh akan mengenali suara Roh dan mampu taat pada pimpinan-Nya.
Kepatuhan seseorang pada kepemimpinan Roh dalam hidupnya merupakan antidot bagi segala penyakit kedagingan yang Paulus daftarkan dalam perikop ini (19-21). Bila orang percaya kepada Kristus dan menaklukkan diri di bawah kepemimpinan Roh Kudus maka ia akan mengalami sebuah perubahan radikal dan akan menghasilkan buah Roh (22-23). Hidup menurut Roh akan termanifestasi dalam kerukunan dan keharmonisan di antara orang-orang seiman (25-26).
Ini memperlihatkan kepada kita bahwa tunduknya seseorang pada pimpinan dan arahan Roh akan terlihat dalam sikap hidup kesehariannya, yang menunjukkan ketaatannya pada kehendak Allah. Dan salah satunya akan terlihat dalam sikap serta kerukunan seseorang dengan saudara-saudara seiman.
SH: Gal 5:16-26 - Hidup yang Dipimpin oleh Roh Kudus (Rabu, 18 September 2019) Hidup yang Dipimpin oleh Roh Kudus
Tanaman yang dirawat dan dipelihara dengan baik akan menghasilkan buah yang baik juga. Prinsip yang sama juga berl...
Hidup yang Dipimpin oleh Roh Kudus
Tanaman yang dirawat dan dipelihara dengan baik akan menghasilkan buah yang baik juga. Prinsip yang sama juga berlaku pada kehidupan rohani kita. Ketika kita menjaga kehidupan rohani dengan benar, kehidupan kita pun akan berbuah. Buah yang dihasilkannya pun akan menyenangkan Allah dan manusia.
Pada nas hari ini, Paulus mencoba menjelaskan ajaran penting ini. Paulus menegur jemaat Galatia agar mereka tidak lagi hidup dalam hawa nafsu kedagingan. Paulus menuntut agar mereka hidup di bawah pimpinan Roh Kudus. Sebab ketika hidup dalam kedagingan, jemaat Galatia hanya akan menghasilkan berbagai perbuatan dosa yang tidak berkenan kepada Allah. Namun, jika mau hidup dipimpin oleh Roh, maka hidup mereka akan menghasilkan buah Roh (22-23).
Ketika jemaat Galatia memilih hidup dalam Kristus, mereka harus bersedia meninggalkan hawa nafsu kedagingan. Mereka mesti bersedia hidup dipimpin oleh Roh Kudus (24-25). Mereka tidak bisa memilih untuk tetap percaya kepada Kristus, tetapi hidup berkubang dalam dosa. Pilihan mereka hanya dua, yaitu hidup dalam kedagingan dan menuai kebinasaan atau hidup dipimpin oleh Roh Kudus serta menghasilkan buah Roh dalam hidupnya. Dalam hal ini, Paulus mendorong mereka agar hidup dipimpin oleh Roh supaya mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Nas ini juga berlaku bagi kita saat ini. Setelah percaya kepada Kristus, kita tidak bisa lagi hidup dalam dosa. Kita harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Itu artinya kita punya kerinduan untuk mendengar dan memelihara firman-Nya setiap hari. Kita bersedia untuk selalu menaatinya dan peka membedakan antara hasrat pribadi dan kehendak Tuhan.
Ketika hidup dipimpin oleh Roh, maka firman-Nya akan memenuhi pikiran kita. Semua tindakan kita bukan lagi dikendalikan oleh hawa nafsu, tetapi didorong oleh kasih Kristus semata.
Doa: Tuhan, tolong kami agar tetap hidup dipimpin oleh Roh Kudus. [ST]
Utley -> Gal 5:16-24; Gal 5:25-26
Utley: Gal 5:16-24 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:16-2416 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. 17 Sebab keinginan daging berl...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:16-24
16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. 17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging — karena keduanya bertentangan — sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. 18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. 19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah, 21kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 22Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 24Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Gal 5:16 "hiduplah oleh Roh," Sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE, Paulus mendesak Galatia untuk menjalani suatu kehidupan secara adikodrati dan terus dikendalikan oleh Roh Allah (lih. Ef 4:1,17; 5:2,15-18) . Suatu ide utama dalam Galatia adalah bahwa Roh adalah Dia yang membawa keselamatan awal. Jadi, ayat ini berarti bahwa apa yang dimulai oleh Roh (lih. Gal 3:3), juga merupakan apa yang disempurnakan oleh Roh (lih. Rom 8:16-25). Istilah yang terkait "hukum Roh," Rom 8:1 dan tersirat dalam ayat Gal 5:18, adalah persis sama dengan "hukum Kristus" dalam 1Kor 9:21 dan Yak 1:25; 2:8,12. Hukum kasih melayani orang lain serta diri sendiri (lih. Fili 2:1-4).
□ "maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging" Penolakan terkuat yang memungkinkan dalam bahasa Yunani Koine memanfaatkan DOUBLE NEGATIVE dengan sebuah AORIST SUBJUNCTIVE, yang berarti "tidak pernah dalam kondisi apapun." Ini ditemukan dalam ayat ini, yang diikuti dengan Kata Yunani yang sangat kuat untuk "memuaskan." Kehidupan Kristen dan keselamatan kekal berasal dari hal adi kodrati. Orang percaya tidak hanya dipanggil untuk diselamatkan – tetapi dipanggil untuk keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19; Ef 1:4). Kontras antara "daging" dan "roh" adalah umum dalam Paulus (lih. Rom 8:1-11). "Daging" [sarx] digunakan dalam dua pengertian oleh Paulus: (1) tubuh fisik, dan (2) sifat jatuh, berdosa, keAdaman umat manusia. Di sini jelas # 2. Lihat Topik Khusus: Daging (sarx) di Gal 1:16.
Gal 5:17 Kontras antara dua cara hidup ini juga ditemukan dalam Rom 8:1-11. Paulus menyajikan ke dua cara yang seharusnya untuk diselamatkan: (1) usaha manusia, dan (2) kasih karuniagratis Allah dalam Kristus. Kemudian ada dua cara untuk menjalani hidup yang saleh: (1) usaha manusia (yang dipengaruhi oleh Kejatuhan) dan (2) kekuasaan Allah yang bebas dalam Roh. Kaum Yudais menegaskan usaha manusia baik dalam keselamatan dan kehidupan Kristen, tetapi Paulus menegaskan penyediaan adi kodrati Allah di dalam keduanya.
Gal 5:18 "Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang diasumsikan benar dari perspektif penulis atau untuk tujuan sastranya. Mereka yang dipimpin oleh Roh tidak tunduk pada hukum (lih. Rom 6:14; 7:4,6). Ini tidak berarti bahwa orang Kristen tidak akan berdosa (lih. Rom 7 dan 1Yoh 2:1), melainkan bahwa hidup mereka tidak ditandai dengan pemberontakan (lih. 1Yoh 3:6,9).
□ "kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat" Tidak ARTICLE yang mendahului "hukum" dalam naskah Yunaninya, jadi kata ini bisa memiliki konotasi yang lebih luas dari sekedar hukum Yahudi. Di sini, hukum memiliki pengertian sebagai suatu cara hidup yang digunakan untuk mendekati Tuhan. Di sini sekali lagi adalah kontras di antara dua cara untuk menyenangkan atau diterima Allah: usaha sendiri dan kasih karunia gratis Allah.
Gal 5:19 "Perbuatan daging telah nyata" Banyak komentator melihat beberapa kategori yang berbeda dalam daftar dosa ini. Namun demikian, ada kesatuan di sini terutama berdasarkan pada ekses-ekses penyembah kafir. Orang mengungkapkan diri sejati mereka dalam tindakan dan motif mereka (lih. Mat 7:16,20; 12:33). Hasil dari Kejatuhan terlihat dalam pilihan gaya hidup kita.
KJV menambahkan istilah "perzinahan" pada daftar ini. Ini hanya didukung oleh naskah Yunani D, Codex Bezea, yang berasal dari abad keenam M. Ini juga dimasukkan ke dalam beberapa naskah Latin kuno dan Vulgata.
Untuk "daging" lihat Topik Khusus pada Gal 1:16.
- NASB "amoralitas, kenajisan"
- NKJV "percabulan, kecemaran"
- NRSV "percabulan, kecemaran"
- TEV "tidak bermoral, kotor"
- NJB "percabulan, ketidaksenonohan yang kotor"
Istilah Yunani yang pertama ini [porneia] aslinya berarti "pelacur," tapi ini digunakan untuk amoralitas seksual pada umumnya (lih. 1Kor 6:9). Kita mendapatkan istilah "pornografi" dari kata Yunani ini. Istilah yang kedua [akatharsia], "kenajisan," juga merupakan istilah yang umum untuk amoralitas seksual, meskipun awalnya digunakan dalam PL dalam arti kenajisan seremonial atau kekotoran moral. Paulus memaksudkan arti yang terakhir.
- NASB "hawa nafsu"
- NKJV, NRSV "tak bermoral"
- TEV "dan tindakan tidak senonoh"
- NJB "ketidakbertanggungjawaban seksual"
Ini menyiratkan suatu pemameran keinginan seksual di depan publik (lih. 2Kor 12:21). Aktivitas seksual semacam ini tidak mengenal batas atau hambatan sosial. Penyembahan kafir ditandai oleh aktivitas seksual (seperti juga beberapa guru palsu Gnostik di kemudian hari, lih. 1Tim 1:10; 2Tim 3:6; Tit 3:3).
Gal 5:20 "penyembahan berhala," Ini menunjuk pada ibadah kepada apa pun yang menggantikan Allah (lih. 1Kor 10:14; Ef 5:5; Kol 3:5; 1Pet 4:3). Ini terutama terkait dengan tindakan ibadah kepada patung atau benda mati.
□ "sihir" Ini adalah istilah Yunani pharmakia dari mana kata "farmasi" berasal. Sihir mungkin menunjuk pada praktek penggunaan obat untuk menginduksi suatu pengalaman religius. Ini kemudian digunakan untuk praktek magis jenis apapun.
- NASB "perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah"
- NKJV "kebencian, perselisihan, kecemburuan, ledakan amarah, ambisi egois, perselisihan, bidat"
- NRSV "permusuhan, perselisihan, iri hati, kemarahan, pertengkaran, perselisihan, faksi-faksi"
- TEV "Orang menjadi musuh dan mereka bertempur, mereka menjadi cemburu, marah, dan ambisius"
- NJB "pertikaian dan percekcokan, iri hati, pemarah dan pertengkaran; ketidaksepakatan, faksi"
Litani ini menggambarkan sikap dan tindakan orang-orang yang marah, jatuh, egois. Ingat Gal 5:15,26.
□ "perseteruan," Kata ini (echthra) menggambarkan kondisi yang bersifat memusuhi orang.
□ "perselisihan" Ini berarti "berjuang untuk hadiah."
□ "iri hati" Kata ini (zēlos) bisa memiliki konotasi positif atau negatif, tetapi dalam konteks ini berarti "mementingkan diri sendiri."
□ "amarah" Istilah Yunani ini (thumos) berarti "ledakan amarah secara tiba-tiba dan tak terkendali."
□ "kepentingan diri sendiri" Ini menyiratkan konflik yang didasarkan pada pencarian keuntungan diri sendiri atau ambisi yang tidak mengenal batas.
□ "percideraan, roh pemecah" Kedua istilah ini adalah bersama-sama. Keduanya menggambarkan sebuah divisi dogmatis yang bersifat memecahbelah di dalam suatu kelompok yang lebih besar, sesuatu yang mirip dengan partai politik (lih. 1Tim 5:15). Ini digunakan untuk menggambarkan gereja-gereja, seperti Gereja Korintus (lih. 1Kor 1:10-13; 11:19; 2Kor 12:20).
Gal 5:21 "kedengkian" Sebuah peribahasa Stoa yang umum dari zaman itu mengatakan "iri hati adalah berduka atas kemakmuran orang lain."
Beberapa naskah kuno Yunani yang lebih tua menambahkan kata "pembunuhan" setelah kata "iri hati." Ini disertakan dalam naskah A, C, D, G, K, dan P, namun tidak termasuk dalam P46, א, dan B. Hal ini juga dikecualikan dalam tulisan-tulisan bidat awal Marcion dan para bapa gereja mula-mula, Ireneus, Klemens dari Alexandria, Origenes, Chrysostom, Jerome, dan Agustinus. Para juru tulis mungkin telah ,menambahkannyadari Rom 1:29.
□ "kemabukan, pesta pora" Kedua kata terakhir ini menggambarkan pesta pora mabuk yang berhubungan dengan penyembahan kafir (lih. 1Kor 6:9).
□ "dan sebagainya" Frasa ini menunjukkan bahwa daftar ini tidak lengkap, tetapi merupakan perwakilan (lih. 1Kor 6:9-10; Ef 5:5). Sebagai suatu peringatan, ini mungkin telah mengingatkan jemaat Galatia akan khotbah Paulus pada kesempatan sebelumnya. Ayat ini, seiring dengan 1Yoh 5:16, adalah sumber dari pembedaan Katolik Romawi antara dosa berat dan ringan. Namun demikian, penafsiran ini sangat meragukan, mengingat ketumpang- tindihan definisi dari istilah-istilah ini, serta juga fakta bahwa dosa-dosa ini bahkan dilakukan oleh orang Kristen. Ayat-ayat ini memperingatkan bahwa meskipun orang Kristen dapat berdosa di bidang-bidang ini dan masih bisa diselamatkan, jika hidup mereka ditandai atau didominasi oleh dosa-dosa ini, mereka belum benar-benar menjadi ciptaan baru dalam Kristus (1Yoh 3:6,9).
□ "Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." Pilihan gaya hidup seseorang mengungkapkan hatinya. Mereka yang benar-benar ditebus masih bergumul dengan dosa, tetapi hidup mereka tidak ditandai oleh dosa (lih. 1Yoh 3:6,9). Ini bukan berarti bahwa dosa-dosa ini tidak dapat diampuni atau bahwa orang Kristen sejati tidak melakukan dosa-dosa ini, namun bahwa pada seorang percaya sejati proses keserupaan dengan Kristus telah dimulai. Roh, yang menarik orang percaya kepada Kristus, sekarang membentuk Kristus di dalam mereka (lih. Gal 4:19, Yoh 16:8-13). Yesus bersikap sangat jelas tentang gaya hidup orang percaya dalam Mat 7, "dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" dan Yoh 15.
"Kerajaan Allah" adalah pokok dari khotbah Yesus yang pertama dan terakhir dan sebagian besar dari perumpamaan-Nya. Pemerintahan Allah dalam hati manusia sekarang akan suatu hari nanti disempurnakan atas seluruh bumi (lih. Mat 6:10; 1Kor 6:9-10; Ef 5:5).
Gal 5:22 "Tetapi buah Roh ialah" Paulus menggambarkan usaha manusia sebagai perbuatan daging, namun ia menggambarkan kehidupan Kristen sebagai "buah" (lih. Yoh 15) atau produk dari Roh. Ia dengan demikian membedakan agama yang berfokus-manusia dan agama yang berfokus-adikodrati. Secara jelas, buah Roh dan karunia-karunia Roh adalah berbeda. Sementara karunia rohani diberikan kepada setiap orang percaya pada saat keselamatan (lih. 1Kor 12:7,11), buah ini adalah satu lagi metafora untuk menggambarkan motif, sikap dan gaya hidup Yesus Kristus. Sebagai hadiahnya adalah distribusi dari pelayanan-pelayanan yang berbeda dari Kristus di antara tubuh Kristus, buah ini adalah sikap kolektif dari Kristus dalam melakukan karunia-karunia ini. Sangat mungkinlah untuk memiliki karunia yang efektif dan tidak memiliki suatu sikap serupa Kristus. Oleh karena itu, kedewasaan yang serupa Kristus, yang dibawa oleh buah Roh, memberikan kemuliaan utama bagi Allah melalui berbagai ragam karunia Roh. Kedua hal ini dibawa oleh pemenuhan dengan Roh (lih. Ef 5:18).
Juga menarik untuk dicatat bahwa buah berbentuk TUNGGAL dalam ayat ini. Penggunaan bentuk TUNGGAL ini dapat dipahami dalam dua cara: (1) kasih adalah buah dari Roh, yang digambarkan oleh berbagai istilah yang mengikuti, atau (2) itu adalah sebuah tunggal kolektif seperti "biji."
□ "kasih" Bentuk Yunani untuk kasih ini, agapē, digunakan dalam suatu cara yang unik oleh Gereja awal untuk kasih Allah yang memberi diri. KATA BENDA ini tidak sering digunakan dalam bahasa Yunani klasik. Gereja menanamkannya dengan arti baru untuk menggambarkan kasih Allah yang khusus. Kasih di sini secara teologis beranalog dengan hesed(BDB 338), perjanjian kesetiaan dan kasih Allah, dalam PL.
□ "sukacita" Sukacita adalah sikap hidup yang bergembira dalam keberadaan kita di dalam Kristus terlepas dari keadaan (lih. Rom 14:17; 1Tes 1:6; 5:16; Yud 1:24).
□ "damai sejahtera" Perdamaian bisa berarti
- 1. rasa kesejahteraan kita karena hubungan kita dengan Kristus
- 2. pandangan dunia baru kita yang berdasarkan atas wahyu Allah yang tidak bergantung pada keadaan
- 3. ketenangan dalam hubungan kita dengan orang lain, terutama orang percaya (lih. Yoh 14:27; Rom 5:1; Fili 4:7)
Perdamaian dengan Allah membawa perdamaian di dalam dan di luar (yaitu, saudara dan saudari seperjanjian).
□ "kesabaran" Kesabaran adalah pantas bahkan dalam menghadapi provokasi. Ini adalah suatu karakteristik dari Allah Bapa (lih. Rom 2:4; 9:22; 1Tim 1:18; 1Pet 3:20). Sebagaimana Allah telah bersabar dengan kita, kita harus bersabar dengan orang lain (lih. Ef 4:2-3), khususnya orang percaya (lih. Gal 6:10).
□ "kemurahan, kebaikan" "Kebaikan" tidak hanya menggambarkan kehidupan Yesus, tetapi kuk-Nya (lih. Mat 11:30). Bersama-sama, kedua istilah ini menggambarkan sikap positif, terbuka dan menerima terhadap orang lain, terutama orang-orang percaya (lih. Gal 6:10).
□ "kesetiaan" Pistis digunakan dalam pengertian Perjanjian Lamanya yaitu kesetiaan dan kepercayaan. Ini biasanya digunakan untuk Allah (lih. Rom 3:3). Di sini ini menjelaskan hubungan baru orang percaya dengan orang lain, terutama orang-orang percaya.
Gal 5:23 "kelemah lembutan" Kadang-kadang diterjemahkan sebagai "kelembuthatian," praotes dicirikan oleh roh berserah. Ini adalah sebuah metafora yang diambil dari hewan peliharaan. Kelemah lembutan tidak termasuk dalam daftar kebajikan Yunani atau Stoa, karena orang Yunani melihatnya sebagai kelemahan. Ini adalah khas Kristen (lih. 1Kor 4:21; 2Kor 10:1; Ef 4:2; Kol 3:12; 1Tim 6:11; 2Tim 2:25; Tit 3:2). Ini digunakan baik untuk Musa (lih. Bil 12:3) dan Yesus (lih. Mat 11:29; 21:5).
□ "penguasaan diri" Batu penutup dari daftar ini, pengendalian diri, mencirikan kedewasaan Kristus (lih. Kis 24:25; Tit 1:8; 2Pet 1:6). Istilah ini digunakan dalam 1Kor 7:9 untuk pengendalian dorongan seksual kita dan yang mungkin disinggung di sini karena daftar pelanggaran seksual dari ibadah kafir.
□ "Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu" Ada sebuah hukum batin yang baru dalam kehidupan orang percaya yang menunjukkan kehadirannya dengan hidup kudus (lih. Rom 6:19; Yak 1:25; 2:8,12). Inilah persisnya tujuan dari perjanjian baru (lih. Yer 31:31-34 dan Yeh 36:22-32). Kseserupaan dengan Kristus adalah tujuan Allah bagi setiap orang Kristen (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19; Ef 1:4).
Gal 5:24 "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging" Ini adalah AORIST ACTIVE INDICATIVE yang berbicara tentang tindakan selesai pada masa lalu. Bagian ini, dan lain-lain yang menyiratkan kesatuan mistis, dapat ditafsirkan di dalam kategori-kategori teologis (lih. Rom 6:6). Di sepanjang kitab Galatia, khususnya Gal 2:20, "menyalibkan" digunakan untuk mencirikan hubungan kita dengan Hukum. Setelah kami menerima tawaran anugerah Allah yang gratis dalam Kristus sebagai satu-satunya cara keselamatan kita, kita secara tegas menutup diri dari kejahatan sifat jatuh kita dan sistem dunia yang jatuh. Keputusan pribadi kita untuk memutuskan diri kita sendiri ini adalah metafora alkitabiah dari "penyaliban" seperti yang terlihat dalam Gal 2:20; 5:24; 6:14.
Ini sering dicirikan sebagai "kematian terhadap diri sendiri." Allah telah membuat kita secara pribadi (lih. Mazm 139) untuk melayani-Nya dan bukan diri melayani diri kita sendiri (lih. Rom 6). Kehidupan baru di dalam Kristus ini berarti kematian bagi gaya hidup jatuh, egois dari manusia pemberontak (lih. Gal 2:20; Rom 6:11; 2Kor 5:14-15; 1Yoh 3:16).
Untuk "Daging" lihat Topik Khusus pada Gal 1:16.
□ "Dengan segala hawa nafsu dan keinginannya" Orang-orang Yunani mengidentifikasi tubuh sebagai sumber dosa karena tidak memiliki pewahyuan adikodrati tentang penciptaan dan kejatuhan manusia (lih. Kej 1; 2; 3). Oleh karena itu, mereka menyalahkan tubuh fisik yang secara moral adalah netral sebagai sumber kejahatan. Orang percaya mengerti dari Paulus bahwa secara moral tubuh adalah netral (lih. Rom 4:1; 9:3; 1Kor 10:18). Yesus memiliki sebuah tubuh manusia yang nyata (lih. Yoh 1:14; Rom 1:3; 9:5). Kebaikan atau kejahatannya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya, untuk Allah atau untuk kejahatan. Setelah kita menjadi orang percaya, kita arus menyerahkan kecenderungan kejatuhan, egois kita kepada kuasa Roh Kudus (lih. Rom 7 dan 1Yoh 2:1).
Utley: Gal 5:25-26 - --NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:25-2625 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 26 dan janganlah kita gila hormat, jangan...
NASKAH NASB (UPDATED): Gal 5:25-26
25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
Gal 5:25 "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga oleh Roh" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang diasumsikan benar dari perspektif penulis atau untuk tujuan sastranya. Ini merangkum seluruh bagian ini (lih. ay. Gal 5:16; Rom 8:1-11). Berhubung orang percaya telah diberi karunia gratis, mereka harus hidup sepantasnya (lih. Ef 4:1,17; 5:2,15-21).
Gal 5:26 Hal ini berparalel dengan ay. Gal 5:15 dan menunjukkan konsekuensi mengerikan dari ajaran palsu dari Yudais di antara gereja-gereja di Galatia dan tidak adanya kendali Roh Kudus dalam sikap-sikap mengganggu dalam jemaat.
Galilah -> Gal 5:16-26
Galilah: Gal 5:16-26 - Merdeka supaya bisa Hidup oleh Roh Galatia 5:16-26 Sub Tema: Merdeka supaya bisa Hidup oleh Roh
Tetapi saya berkata, hiduplah oleh Roh dan kalian tidak mungkin memuaskan keinginan ked...
Galatia 5:16-26 Sub Tema: Merdeka supaya bisa Hidup oleh Roh
Tetapi saya berkata, hiduplah oleh Roh dan kalian tidak mungkin memuaskan keinginan kedagingan. Karena kedagingan merindukan apa yang berlawanan dengan Roh dan Roh merindukan apa yang berlawanan dengan kedagingan, sebab Roh dan kedagingan berlawanan satu sama lain, sehingga apa yang kalian kehendaki, tidak bisa kalian lakukan. Tetapi kalau kalian dibimbing oleh Roh, Kalian tidak di bawah Hukum Taurat Nah, perbuatan daging adalah nyata yaitu percabulan, kecemaran, tunasusila, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, ledakan amarah, cita-cita egois, pemecahan, partai-partai kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan hal-hal seperti ini. Saya memperingati, sama seperti dulu saya memperingati, bahwaorang-orang yang melakukan hal-hal seperti itu, tidak akan mewarisi Kerajaan Allah! Tetapi buah Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kebajikan, kebaikan hati, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, Tidak ada hukum yang melarang hal-hal seperti itu, Dan orang-orang yang dimiliki Kristus [Yesus], sudah menyalibkan kedagingan, termasuk hawa nafsunya, dan kerinduan-kerinduannya. Kalau kita hidup oleh Roh, marilah kita mengikuti jejak-jejak Roh. Jangan kita menjadi tinggi hati, sehingga kita saling menggusarkan dan cemburu satu sama lain.
ay. 16 Tetapi saya berkata – Ungkapan ini biasanya menjadi tanda bahwa bagian berikutnya mengembangkan suatu poin yang dibicarakan tadi. Dalam konteks ini, jelas bahwa ay. 13-15 yang dimaksudkan karena adanya kata sarks (kedagingan) yang mengaitkannya.
Hiduplah oleh Roh – Perintah peripateiti sebenarnya berarti berjalanlah. Paulus menggunakan kata ini 30an kali dalam Perjanjian Baru,289 tetapi maknanya menyangkut gaya hidup seseorang. Sifat terus menerus mendesak supaya kita selalu demikian. Oleh Roh di sini terdapat dari sifat datif290 yang ada pada kata pneuma (Roh). Ada banyak pembahasan mengenai maksudnya, tetapi yang paling masuk akal adalah “dative of means” yang berarti datif yang membawa arti sarana.291 Dengan demikian kita lihat bahwa kita harus terus bergantung kepada Roh Kudus sebagai saranahidup rohani kita. Poin yang penting ini menjadi kunci untuk bagian berikutnya sampai Gal 6:10. Seperti kita lihat di pembahasan mengenai 3:6, pikiran Paulus berakar dalam dua nubuatan di Perjanjian Lama yang sangat mendasar bagi Perjanjian Baru:
Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN:Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN!Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingatdosa mereka." (Yeremia 31:33-34)
Tetapi yang di Yehezkiel paling jelas mengungkapkan maksud Paulus di bagian ini:
Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. (Yehezkiel 36:25-27)
Jadi kesimpulannya adalah Roh Kudus sudah diberikan kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus. Roh tersebut berupaya membentuk kita sesuai dengan FirmanNya, sehingga jalan perubahan bagi kita bukanlah untuk memaksa diri berubah supaya Allah senang, melainkan untuk menyerahkan diri terus kepada bimbingan Roh Kudus di dalam FirmanNya (Istilahnya penuh dengan Roh Kudus), percaya pada kesanggupan Dia untuk mengubahkan kita dan dalam keyakinan dan kekuatan itu, kita menolak dosa dan berjuang untuk menuruti Tuhan kita. Lihat juga Efe 4:17-32, Fili 2:12-13, Kol 3:1-17.
Dan kalian tidak mungkin memuaskan keinginan kedagingan – Frase ou me secara literal berarti tidak-tidak dan membawa arti tidak mungkin/sekali-kali tidak. Kalau frase ini digunakan bersama imbuhan yang ada pada kata memuaskan ini,292 itu merupakan cara yang paling kuat dalam bahasa Yunani untuk berkata tidak mungkin.293 Kata teleo yang diterjemahkan memuaskan adalah menarik karena biasanya berarti melengkapi, ataumenyempurnakan, tetapi dalam konteks ini membawa arti memberi apa yang dirindukan, yaitu memuaskan. Keinginan,kerinduan daging,kedagingan menggambarkan hawa nafsu orang yang rindu apa yang berlawanan dengan kehendak Allah. Jadi ayat ini bukan janji bahwa orang percaya bisa hidup sempurna (Gal 5:17, Rom 7:7-25, Yak 3:3), melainkan bahwa Roh Kudus selalu akan membimbing kita kepada kekudusan dan seperti kita akan lihat di bawah, tanda bahwa orang penuh dengan Roh adalah kehidupan moralnya, bukanlah pelayanannya atau karunia-karunianya. Hal ini sangat jelas di 1 Kor 13:1-3 dan Mat 7:21-23.
ay. 17 Karena kedagingan merindukan apa yang berlawanan dengan Roh dan Roh merindukan apa yang berlawanan dengan kedagingan – Kata kerja epithymeo berarti merindukan,atau menginginkan, yaitu keinginan yang kuat. Sifatnya terus menerus,294 jadi sama seperti kita perhatikan tadi, kedagingan merindukan terus apa yang berlawanan dengan Roh dan sebaliknya. Kata ini tidak dipakai lagi menyangkut Roh: Secara literal berbunyi: Karena kedagingan merindukan apa yang berlawanan dengan Roh dan Roh… yang berlawanan dengan kedagingan – Bahasa seperti ini sangat biasa dalam bahasa Yunani, tetapi dalam Bahasa Indonesia perlu adanya kata kerja lagi supaya jelas. Kata penghubung gar (karena) di muka mengaitkannya dengan ayat tadi sehingga kita melihat bahwa orang yang dikuasai oleh Roh tidak memuaskan kerinduan kedagingannya, karena kedagingan itu berlawanandengan Roh.
Sebab Roh dan kedagingan berlawanan satu sama lain – Klausa ini mencakup arti daripada yang tadinya. Kata berlawanan (antikeimai) bersifat terus menerus juga.295
Sehingga apa saja yang kalian kehendaki, tidak bebas kalian lakukan – Ada banyak pembahasan mengenai klausa ini, mungkin karena artinya bersifat umum dan tidak terlalu menentukan apa yang dikehendaki. Kata hina (sehingga) menandai bagian ini sebagai akibat dari berlawanan tadi, jadi oleh karena Roh berlawanan dengan kedagingan, kehendak kita ditarik di antaranya. Kata ean (apa saja) bersifat umum dan menyangkut apa yang orang kehendaki secara umum. Jadi, secara umum, dalam memutuskan apa yang seseorang mau lakukan, kedagingan dan Roh mempengaruhi sehingga orang ditarik oleh yang satu atau yang lain. Kata bebas tidak ada di teks asli, tetapi diperlukan supaya maknanya jelas. Kalau diterjemahkan menurut makna, berbunyi begini: Sehingga kalian tidak bebas melakukan apa saja yang kalian mau… Sangat jelas bahwa Paulus bicara mengenai keadaan orang percaya, jadi tidak usah kita heran kalau kita bergumul dengan kedagingan kita. Di Roma 7:21 Paulus berkata: Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Kata poieo (lakukan) bersifat terus menerus,296 menunjukkan keadaan terus.
ay. 18 Tetapi kalau kalian dibimbing oleh Roh – Kata agoberarti membimbing/memimpin dan sifatnya terus menerus,297 jadi maksudnya bukan bahwa orang dibimbing dalam hal ini, atau hal itu, melainkan bahwa dia dipimpin terus dalam hidupnya, dan secara khusus, dipimpin untuk melawan kedagingannya. Frase memberi dirimu (TB) tidak ada di teks asli karena ayat ini bukan dorongan untuk orang memberi diri dipimpin, melainkan kenyataan yang kelihatan yang menandai orang yang percaya.
Frase dipimpin oleh Roh kalau di surat Roma adalah identik dengan orang percaya dan kalau ditafsirkan begitu di sini, sangat masuk akal bahasanya, karena perubahan status orang sehingga mereka bukan lagi di bawah Hukum Taurat, hanya terjadi karena mereka percaya. (3:25-26) Tanda bahwa mereka percaya adalah Roh yang sedang membentuk mereka. Lihat juga ay. 21 dan 9 (Berbuat dosa bersifat terus menerus, jadi lebih baik diterjemahkan terus saja berdosa). Perhatikan kesamaan dengan Roma:
Rom 8:12-15 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapibukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapijika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebabkamu tidak menerima roh perbudakanyang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapikamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (TB)
Kalian tidak di bawah Hukum Taurat – Saudara-saudara dari Galatia ini tidak hidup di bawa Hukum Taurat sebelum mereka percaya, melainkan di bawah dewa-dewi yang disebut di Gal 4:8 dan pengaturannya di Gal 4:9. Tetapi tidak dikatakan bahwa mereka mau kembali kepada kepercayaan lama. Walaupun kata nomosboleh diterjemahkan Hukum atau Hukum Taurat, kemungkinan besar Hukum Taurat yang ada di pikiran Paulus, karena kalangan sunat mengajak mereka untuk hidup dibawanya.
ay. 19 Nah, perbuatan daging adalah nyata, yaitu – Kata faneros berarti nyata, yaitu sesuatu yang hampir tidak perlu didaftarkan. Orang Galatia ini diingatkan mengenai kehidupan lama mereka.298 Kata hostis (yaitu) tidak spesifik, jadi Paulus tidak membuat daftar yang lengkap. Hal ini juga jelas di akhir, karena dia berkata dan hal-hal seperti ini. Menarik memperhatikan pengaturan dari daftaran dosa ini: 1-3 menyangkut hawa nafsu, 4-5 menyangkut penyembahan, 6-13 bicara mengenai masalah antara orang dan 14-15 menyangkut gaya hidup yang berlebihan. Jadi seperti kita perhatikan di ay. 15, rupanya ada perselisihan yang sedang terjadi di antara mereka.299
Lihat juga daftaran sifat/kelakuan di: (Buruk) Rom 1:29-31, 1 Kor 5:9-11, 6:9-10, Efe 4:31, 5:3-5, Kol 3:5, 1 Tim 1:9-10, 6:4-5, 2 Tim 3:2-4, Tit 1:7, 1 Pet 4:3, Wah 21:8, 22:15. (Baik) Efe 6:14-17, Fili 4:8, Kol 3:12, 1 Tim 3:2-3, 6:11, Tit 1:7-8, Yak 3:17, 2 Pet 1:5-8.300
Percabulan – Kata porneia adalah kata umum untuk dosa seksual dalam bentuk apapun. Budaya di bawah pengaruh Yunani dan Roma mempunyai toleransi besar untuk kelakuan seksual, jadi pengajaran ini memang menyangkut penyesuaian bagi orang Galatia.301
Kecemaran – Kata akatharsia secara literal berarti tidak bersih/tercemar, dan pada awalnya digunakan untuk bicara isi kuburan. Kalau Paulus menggunakan kata ini, biasanya berkaitan dengan dosa amoral yang mencemarkan.302
Tunasusila – Kata aselgeia berarti kelakuan seksual yang sangat berlebihan.303
ay. 20 Penyembahan berhala – Kata eidololatria adalah kata buatan dari eidolon (berhala) dan latreia(penyembahan/pelayanan), menggambarkan orang yang melayani dan menyembah berhala.
Sihir – Kata farmakeia adalah menarik, karena menyangkut penggunaan narkoba – Apotek dalam bahasa Inggris adalah farmasi(Pharmacy). Kata ini menjadi kata halus untuk penyihiran, karena pada masa itu orang menggunakan narkoba dalam upaya mengutuk orang dan buat ilmu sihir.304 Jadi di sini artinya tentu sihir – Sangat dilarang – Orang yang bermain dengan ilmu hitam tentu tidak dikuasai Roh Kudus.
Perseteruan – Kata ekhthra adalah kata umum yang mencakup segala macam kelakuan yang memperlakukan orang lain sebagai musuh. Kata ini bersifat jamak, jadi membawa arti berulang-ulang.
Perselisihan – Kata eris berarti bertengkar mulut/perselisihan. Mungkin kata ini yang dicerminkan di ay. 15 tadi.
Kecemburuan – Kata zelos ini sangat sulit dibedakan dengan kata fthronos (kedengkian) di ay. 21, karena biasanya artinya sama. Mungkin karena kata ini bersifat tunggal, sedangkan yang di bawah bersifat jamak, zelos ini menyangkut kecemburuan secara umum.
Ledakan amarah – Kata thymostidak hanya menggambarkan amarah secara umum, tetapi amarah yang meledak-ledak. Sifatnya jamak juga. Orang baik kadang-kadang menjadi marah, tetapi kalau dia ditandai oleh amarah dan sering ‘emosi’, bukan Roh Kudus yang menguasainya.
Cita-cita egois – Kata eritheia menggambarkan orang yang mau mengemukakan diri, secara khusus dengan mengalahkan orang lain. Kata ini juga jamak, menyangkut gaya hidup. Aristoteles menggunakan kata ini waktu bicara mengenai persaingan egois yang terjadi di dalam partai-partai politik.305 Lihat juga Yak 3:13-18.
Pemecahan – Kata dikhostasia secara literal berarti berdiri sendiri dan dengan demikian kata ini juga dipakai mengenai kecenderungan untuk tidak setujudan tidak menghargai kesatuan. Kata ini sangat mirip dengan kata berikut, tetapi mungkin dikhostasiaini menyangkut kecenderungan dan yang berikut menyangkut kenyataan bahwa ada partai-partai yang terbentuk.306 Sifatnya jamak, sama seperti yang lain.
Partai-partai – Kata hairesis, lama kelamaan dipakai untuk membicarakan ajaran sesat (heresy – Bs Inggris), tetapi artinya lebih luas, sehingga di sini maksudnya kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.307 Kemungkinan besar ada juga unsur ajaran yang tidak sehat yang dipersoalkan. Hal ini jelas sudah terjadi menyangkut peran Hukum Taurat.
Kedua kata terakhir ini, pemecahan dan partai-partai, tidak muncul di daftaran-daftaran dosa lain di Perjanjian Baru, sehingga menjadi satu tanda lagi bahwa orang Galatia bergumul dengan sifat-sifat tersebut.308
ay. 21 Kedengkian – Seperti kita lihat di ayat tadi, kata fthronos sangat mirip dengan kata zelos, tetapi oleh karena sifatnya jamak di sini, sedangkan zelos tadi bersifat tunggal, lebih baik kita menyimpulkan bahwa kedengkian di sini adalah wujud-wujud dari kedengkian yang meluap-luap dari hati yang bersaing.
Kemabukan –Katamethe sudah jelas artinya. Sifatnya jamak, menyangkut kebiasaan.
Pesta pora – Kata komos ini selalu digunakan bersama kata methe tadi di Perjanjian Baru (Rom 13:13, 1 Pet 4:3), sehingga kita perlu mengaitkan dua-duanya dengan kelakuan di budaya Yunani/Roma, di mana kebiasaan berpestapora dan mabuk dianggap sebagai puncak dari budaya.309
Dan hal-hal seperti ini – Daftaran ini tidak dimaksudkan sebagai daftaran dosa yang lengkap, tetapi hanya contoh yang secara khusus Paulus pikirkan berhubungan dengan jemaat-jemaat di Galatia.
Saya memperingati, sama seperti dulu saya memperingati – Kata prolego secara literal berarti berkata sebelumnya, tetapi sering membawa arti memperingatkan dulu. Pertama kali kita melihat prolego di ayat ini sifatnya terus menerus/sedang di masa kini,310 lalu yang kedua (kata proeipon, yang sama saja artinya dengan prolego) bersifat lampau.311 Jadi dia mau menegaskan kepada mereka sesuatu yang sudah dia katakan pada waktu pertama kali dia memuridkan mereka.
Bahwa orang-orang yang melakukan hal-hal seperti itu – Kata melakukan (prasso) bersifat terus menerus, menyangkut kebiasaan.312 Orang ini dikuasai terus oleh kedagingannya.
Tidak akan mewarisi Kerajaan Allah! – Kata mewarisi(kleronomeo) sering digunakan di surat ini, dan menyangkut status orang percaya sebagai anak Allah. Warisan ini adalah bagian kita di surga. Sifat dari kata ini adalah masa depan secara pasti, yaitu menyatakan fakta.313 Jadi seperti beberapa kali kita perhatikan, semua orang percaya akan gagal kadang-kadang, tetapi kalau orang menyebut diri sebagai orang percaya, sedangkan kelakuan mereka tidak berubah, hal itu menjadi tanda bahwa mereka belum didiami Roh Kudus, yaitu belum percaya. Lihat Rom 8:9, 14, 1 Kor 6:9-11, Efe 5:5. Hati-hati dalam mengajar kebenaran ini, karena orang percaya kadang-kadang mengalami kemunduran, ataupun membiarkan hati nurani mereka menjadi tebal. Ayat ini paling cocok diarahkan kepada orang yang sejak ‘mengaku percaya’, tetap sama saja. Obatnya adalah Injil, supaya mereka didiami Roh Kudus, bukanlah paksaan supaya mereka berubah. Lihat juga pembahasan di ay. 4 – Ayat ini tidak mengajar keselamatan oleh perbuatan baik, ataupun keselamatan yang terpelihara melalui perbuatan baik. Sangat bertentangan dengan pengajaran tadi kalau begitu. Perbuatan di sini adalah bukti bahwa adanya Roh Kudus di dalam diri orang tersebut.
ay. 22 Tetapi buah Roh adalah: - Tidak jelas apakah Paulus mau menekankan perbedaan antara akibat dari fokus kepada kedagingan, dibanding dengan Roh, dengan menggunakan istilah erga (pekerjaan - jamak) dan karpos (buah - tunggal). Erga boleh menyangkut perbuatan baik (Efe 2:10) dan karpos boleh menggambarkan buah/akibat dari dosa (Rom 6:21).314 Kemungkinan besar Paulus sengaja membedakan antara kedagingan yang mengerjakankejahatan dan Roh yang mempengaruhi kita sehingga sifat-sifatNya timbul di dalam hidup kita.315
Kata buahdi sini bersifat tunggal, tetapi mungkin tidak terlalu berarti karena Paulus biasanya menggunakan bentuk tunggalnya.316 Di sini didaftarkan 9 buah Roh, yang sekali lagi tidak lengkap. Buah-buah ini agak sulit dikelompokkan seperti yang dibuat dengan perbuatan kedagingan, tetapi menarik memperhatikan bahwa fokus daripada kebanyakan dari sifat-sifat ini adalah hubungan dengan sesama orang percaya.
Kasih – Yang pertama, dan yang paling mulia (1 Kor 13:13, Kol 3:12) adalah kata agape. Lihat penjelasan di ay. 13. Konteks dari ayat ini, yang menekankan terus bahwa ada masalah dalam kesatuan dan persekutuan mereka, membuat jelas bahwa kasih di sini adalah kasih kepada sesama, bukan kasih kepada Tuhan.
Sukacita – Kata khara adalah perasaan yang dikerjakan Roh Kudus (1 Tes 1:6), meresponi kasih Allah kepada kita melalui Kristus (1 Pet 1:8-9). Sukacita ini tidak tergantung pada keenakan hidup kita (2 Kor 7:4).
Damai sejahtera – Kata eirene boleh menyangkut damai orang percaya dengan Allah, karena dosa kita diampuni sehingga kita bukan lagi seteruNya. Lihat Rom 5:1, Efe 2:17, Gal 1:3, 6:16. Tetapi kata ini juga boleh menggambarkan damai di antara orang. Lihat Rom 14:19, Efe 2:14, 15. Sama seperti kita perhatikan berkaitan dengan Kasih tadi, kemungkinan besar damai di antara orang percaya yang dimaksudkan di sini.317
Kesabaran – Kata makrothymia ini adalah kata buatan dari makros (panjang/lama) dan thymos (gairah/amarah – kata yang persis sama diterjemahkan ledakan amarah di ay. 20) sehingga artinya lama baru menjadi marah/kesal.318 Kata ini sering digunakan untuk membicarakan kesabaran Allah/Kristus kepada manusia. Lihat di Rom 2:4, 9:22, 20, 1 Tim 1:16, 2 Pet 3:15. Kita sering diperintahkan menunjukkannya satu sama lain. Lihat 2 Kor 6:6, Gal 5:22, Efe 4:2, Kol 3:12, 2 Tim 3:10, 4:2.319
Di Matius 18:21-35 kesabaran Allah menjadi patokan untuk kesabaran manusia. Lihat secara khusus ungkapan ‘sabarlah dahulu’ (makrothymeo – Kata kerja dari makrothymia) di Matius 5:26 dan 5:29.320 Jadi walaupun kata ini boleh menyangkut kesabaran di dalam pencobaan, di sini artinya tentu kesabaran dengan orang lain – Panjang Sabar!
Kebajikan – Kata khrestotes berarti kebajikan/kemurahan hati dan sekali lagi, kita melihat bahwa kata ini digunakan mengenai kebaikan Allah kepada kita (Rom 2:4). Kata ini sangat mirip dengan kebaikan hati nanti, tetapi mungkin yang ini menyangkut kerelaan praktis untuk orang membantu orang lain.321
Kebaikan hati – Kata agathos berarti kebaikan dan berkaitan dengan khrestotes tadi, kemungkinan besar menyangkut kebaikan hati secara umum.
Kesetiaan – Kata pistis boleh berarti iman, tetapi sering juga menyangkut kesetiaan,kejujurandanterpercaya.322 Jadi karena kebanyakan sifat berkaitan dengan hubungan di antara orang percaya, kemungkinan besar maksudnya terpercaya dalam apa yang dilakukan. Kalau orang ini berkata bahwa dia akan melakukan sesuatu, dia tentu melakukannya.
ay. 23 Kelemahlembutan – Kata prautes berarti rendah hati/lemah lembut/jinak.323 Kata ini tidak berarti lemah, tetapi menggambarkan orang yang tidak menyalahgunakan kekuatan yang ada pada mereka. Kristus adalah contoh utama dari kelemahlembutan di mana Dia, walaupun kuasaNya tak terbatas, masih sangat lemah-lembut dengan orang. Lihat Mat 11:29, 1. Kita juga lihat bahwa Kristus bisa bicara sangat tajam dengan orang, kalau itu perlu. Lihat Mat 23. Jadi kita perlu menyimpulkan bahwa orang yang digambarkan ini menunjukkan kelemahlembutan, bukan karena dia lemah atau takut, melainkan karena kasih Allah dan kerendahan hati yang ada padanya.
Penguasaan diri – Kata egkrateiaberarti pengendalian,penguasaan diri yang kemungkinan besar berkaitan dengan dosa seksual.324 Orang ini, walaupun mungkin tergoda, tidak jatuh, karena Roh Kudus menguatkan hatinya terhadap godaan seksual.
Tidak ada hukum yang melarang hal-hal seperti itu – Walaupun Paulus bicara secara umum saja di klausa ini, dia tentu memikirkan sikap mereka terhadap Hukum Taurat. Jadi maksudnya, kalau mereka dipimpin oleh Roh, Dia tidak akan membawa mereka kepada kejahatan.325
ay. 24 Dan orang-orang yang dimiliki Kristus [Yesus], sudah menyalibkan kedagingan – Dalam ketiga ayat terakhir ini Paulus kembali menyimpulkan apa yang baru dikatakannya dari ay. 16. Hoi tou Khristou secara literal berarti orang-orang dari Kristus, yaitu mereka yang sudah menjadi milikNya. Dia sudah menyatakan dengan sangat jelas bahwa orang yang mau menjadi milik Kristus hanya perlu percaya. Baca lagi 3:23-29. Frase sudah menyalibkan kedagingan adalah menarik karena bicara masa lampau,326 yang tentu menyangkut penyaliban Kristus, tetapi sifatnya aktif, yang berarti mereka sendiri yang membuatnya. Walaupun Paulus bisa menggunakan istilah menanggalkan (Efe 4:22) atau matikanlah (Kol 3:5), dia memilih istilah yang menekankan bahwa hal ini pun adalah akibat dari kesatuan mereka dengan Kristus.327 Kata Yesus ada dalam tanda kurung karena tidak ada dalam semua naskah.328 Memang artinya sama.
Termasuk hawa nafsunya – Kata syn berarti termasuk/beserta. Tidak ada kata segala di teks asli, tetapi maksudnya akurat – Setiap aspek dari kedagingan kita, sebagaimana digambarkan di 19-21, sudah hilang kuasanya karena kita ikut disalibkan dengan Kristus Yesus. Lihat Rom 6:1-14. Kata pathema menggambarkan emosi dalam yang kuat, gairah dan keinginan seksual.329 Kata ini bersifat jamak, jadi literalnya nafsu-nafsunya.
Dan kerinduan-kerinduannya – Kata epithymia dipakai di ay. 16 dan kata kerjanya ada di ay. 17, menyangkut keinginan/kerinduan dari kedagingan. Arti dari hawa nafsu dan kerinduan tidak berbeda jauh.330
ay. 25 Kalau kita hidup oleh Roh – Seperti kita lihat di ay. 16, hidup oleh Roh di sana, sebenarnya berbunyi berjalanlah oleh Roh. Ayat ini menggunakan kata lain (zao) yang secara literal berarti hidup oleh Roh. Jadi maksudnya tidak sama. Hidup oleh Roh menyangkut hidup yang baruyang ada pada kita karena kita percaya Kristus dan dibaharui oleh Roh Kudus dan juga mencakup apa yang baru ditegaskan Paulus dari ay. 16.331 Paulus sering menggunakan status/posisi kita sebagai batu loncatan untuk menegaskan perintah Allah kepada kita.
Marilah kita mengikuti jejak-jejak Roh – Perintah ini332 terikat pada kata kalau tadi, di mana Paulus menganjurkan supaya orang percaya hidup berpadanan dengan kenyataan. Kalau begini…hiduplah seperti itu! Kata stoikheo berarti mengikuti jejak, atau mengikuti barisan, dalam arti tetap sejalan. Jadi maksudnya, kita yang hidup oleh Roh seharusnya tetap sejalan dengan Dia. Dan kita akan melihat di ayat berikut bahwa hal itu menyangkut kehidupan moral kita. Jadi sama seperti kita lihat di atas, Paulus menantang kembali supaya moralitas mereka berpadanan dengan pengakuan mereka.
ay. 26 Jangan kita menjadi tinggi hati – Kata kenodoksos hanya di pakai satu kali di Perjanjian Baru dan menggambarkan orang yang bermegah dalam hal-hal yang kosong/tidak berarti.333 Bentuk perintah sama dengan marilah kita mengikuti tadi. Kesombongan ini menjadi akar dari kedua kelakuan berikutnya.
Sehingga kita saling menggusarkan dan cemburu satu sama lain – Kata prokaleoberarti memanggil ke luar dalam arti mengajak orang berkelahi atau mengganggu sampai mereka membalas.334 Jadi agak seperti menyakiti tetapi fokus ada pada dampak di mana korban tersandung menjadi marah dan membalas. Kata fthroneo berarti cemburu. Kata ini dipakai di ay. 21 (kedengkian). Jadi Paulus tegaskan sekali lagi bahwa ketidakbersatuan yang mereka alami bukanlah dari Allah dan tidak berkenan kepadaNya. Masalah ini bersumber dari kedagingan dan kesombongan mereka. Tentu mereka merasakan teguran ini!
- Apakah kesatuan saudara dengan Kristus sudah mengubahkan pandangan hidup saudara?
- Apakah saudara sudah merasakan keinginan kedagingan dan keinginan Roh berlawanan di dalam dirimu? Yang mana yang biasanya menang?
- Perbuatan kedagingan mana yang paling saudara gumuli?
- Buah Roh mana yang masih belum mantap dalam kehidupan saudara?
- Apakah perjuangan saudara melawan kedagingan dibuat dalam kekuatan Roh dan melalui FirmanNya, atau dalam kekuatan sendiri?
- Apakah saudara sudah menyerah, atau tidak pernah berubah? Kalau begitu saudara perlu bicara dengan orang yang bisa membimbing.
- Apakah gaya hidup saudara menyatakan bahwa saudara didiami Roh Kudus?
Topik Teologia: Gal 5:20 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Kedagingan Manusia (Human Flesh)
- Flesh sebagai Natur yang Sudah Jatuh
- Dosa
- Pelaku Okultis / Sihir akan Dihakimi
- Ima 20:27 Yos 13:22 1Sa 15:23 2Ra 17:16-20 2Ra 21:1-2,5-6 Yes 2:6,9 Yeh 13:9 Yeh 21:29 Mik 3:11-12 Mik 5:11 Nah 3:4-5 Mal 3:5 Gal 5:19-21 Wah 9:20-21 Wah 18:2 Wah 21:8 Wah 22:14-15
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Menaklukkan Kedagingan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
- Eskatologi
- Ini adalah Keterpisahan dari Si Jahat
Topik Teologia: Gal 5:21 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Unsur-unsur Pembentuk Keindividualitas Manusia
- Kedagingan Manusia (Human Flesh)
- Flesh sebagai Natur yang Sudah Jatuh
- Dosa
- Pelaku Okultis / Sihir akan Dihakimi
- Pengudusan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Menaklukkan Kedagingan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
- Eskatologi
- Ini adalah Keterpisahan dari Si Jahat
Topik Teologia: Gal 5:22 - -- Roh Kudus
Kasih
Rom 15:30 Gal 5:22
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Keselamatan
Roh Kudus dan Buah-...
- Keselamatan
- Roh Kudus dan Buah-Nya
- Roh Kudus adalah Sumber dari Iman yang Menyelamatkan
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
Topik Teologia: Gal 5:23 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Keselamatan
Keselamatan Secara Umum
Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-o...
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-orang Percaya
- Roh Kudus dan Buah-Nya
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Beriman kepada Allah
- Percaya kepada Allah dan Percayailah Dia
- Bukti akan Iman yang Murni
- Mempertunjukkan Buah Roh Kudus adalah Bukti dari Iman
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
Topik Teologia: Gal 5:24 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Kehidupan Kerajaan di Dalam Gereja
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-orang Percaya
- Roh Kudus dan Buah-Nya
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Natur yang Berdosa Menghalangi Pengudusan
Topik Teologia: Gal 5:25 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
Pelayanan Roh
Roh Menuntun Orang-orang Percaya
Kis 8:29 Kis 10:19-...
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Diri Orang-orang Percaya
- Pelayanan Roh
- Roh Menuntun Orang-orang Percaya
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Keselamatan Menyediakan Faedah bagi Orang-orang Percaya
- Roh Kudus dan Buah-Nya
- Pengudusan
- Roh Kudus Menyesuaikan Orang Percaya dengan Rupa Kristus
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
Topik Teologia: Gal 5:26 - -- Dosa
Iri Hati dan Cemburu
Bil 11:28-30 Bil 12:2 Ayu 5:2 Maz 37:1 Maz 73:2 Maz 106:16 Ams 3:31 Ams 14:30 Ams 23:17 Ams 24:1,19 A...
- Dosa
- Iri Hati dan Cemburu
TFTWMS: Gal 5:19-21 - Perbuatan Daging "Perbuatan Daging" (Galatia 5:19-21)
19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20 penyembahan berhala, sih...
"Perbuatan Daging" (Galatia 5:19-21)
19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu-seperti yang telah kubuat dahulu-bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Ayat 19. Bagian ini merupakan apa yang beberapa orang cap sebagai "daftar perbuatan jahat" atau "katalog kejahatan." Daftar seperti itu biasa ditemukan di dalam Kitab Suci. Daftar dalam konteks ini dimulai dengan jenis pembukaan: Perbuatan daging telah nyata. Paulus menulis bahwa ia sedang mendiskusikan perbuatan-perbuatan yang dapat dilihat; "perbuatan-perbuatan" atau "pekerjaan-pekerjaan" (KJV) itu adalah "jelas." Kata Yunani fanero/ß (phaneros) dapat juga diterjemahkan sebagai "terlihat," "jelas," "jelas terlihat."44Meski kata "daging" (sa/rx, sarx) memiliki banyak konotasi dalam Kitab Suci, di sini kata itu menandakan cara "alami" yang manusia berdosa pikirkan dan lakukan. Ini sangat kontras dengan sifat-sifat yang mencirikan orang-orang yang dilahirkan dari Roh (5:22, 23). "Perbuatan daging" adalah apa yang secara alami dilakukan oleh manusia duniawi, yang berdosa. Dosa-dosa ini, yang sering dinyatakan secara fisik, sebenarnya berasal di dalam pikiran (atau hati).
Paulus sedang menunjukkan bahwa kejahatan-kejahatan yang tidak rohani (5:19-21) dan kebajikan-kebajikan rohani (5:22, 23) dapat dilihat. Ketika Yesus bicara tentang nabi-nabi palsu, Ia membandingkannya dengan semak duri yang tidak mampu menghasilkan buah anggur (buah yang baik). Ia menyimpulkan dengan kata-kata ini: "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Mat. 7:15-20; lihat Luk. 6:43-45). Juga, Yohanes Pembaptis, saat ia meminta orang-orang untuk merubah hidup mereka dalam persiapan bagi kedatangan kerajaan Mesias, memberitakan bahwa mereka harus "menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan." Mereka harus menunjukkan dengan perilaku mereka bahwa mereka sedang membuat perubahan seperti itu. (Mat. 3:7, 8). Yesus membandingkan pemuridan dengan cahaya yang bersinar di dunia dan sebuah kota di atas sebuah bukit yang tidak dapat disembunyikan. Ia memperingatkan para pengikut-Nya, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat. 5:16). Paulus juga bicara tentang perilaku itu, dengan mengatakan, "Dosa beberapa orang menyolok, … Demikianpun perbuatan baik itu segera nyata dan kalau tidak demikian, ia tidak dapat terus tinggal tersembunyi"(1 Tim. 5:24, 25). Dalam pengertian inilah Paulus bicara tentang "perbuatan daging" dan "buah Roh".
"Perbuatan daging" dalam 5:19-21 dapat dikelompokkan menjadi empat kategori.45(1) Tiga pertama melibatkan dosa seksual: "percabulan, kecemaran, hawa nafsu." (2) Dua berikutnya berkaitan dengan dosa ritual pagan: "penyembahan berhala, sihir." (3) Delapan lagi adalah dosa mengenai hubungan antar pribadi: "perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian."46(4)
Dua dosa terakhir berhubungan dengan hidup berfoya-foya: "kemabukan, pesta pora." 1. Dosa Seksual (5:19b)
Tiga dosa pertama dalam daftar ini tampaknya terkait dengan seksualitas. Daftar kejahatan itu diawali dengan kata kemesuman (NASB), yang telah menjadi eufemisme untuk mengacukan perilaku tidak senonoh secara seksual atau "percabulan." Kata Yunani pornei/a (porneia) adalah istilah umum yang mencakup berbagai kategori dosa seksual tertentu, termasuk perzinahan, seks pranikah, pelacuran, inses, dan hubungan homoseksual dan lesbian. Dalam maksud dan tujuan Allah, hubungan seks dibatasi pada satu laki-laki dan satu wanita, suami dan istrinya. Itu diberikan kepada mereka untuk memperbanyak umat manusia dan juga sebagai berkat dari kebersamaan yang intim.47
Menurut Kitab Suci, satu-satunya aktivitas seksual yang dapat diterima dan berkenan kepada Allah adalah yang terjadi antara suami dan istri. Pernyataan ini tidak mendukung kesepakatan orang banyak dalam suasana permisif di mana kita hidup saat ini. Namun begitu, perhatian kita bukan mengenai apa yang mungkin disepakati oleh orang-orang di zaman apa saja, melainkan mengenai apa yang Allah setujui.
Yang kedua dari "perbuatan daging" yang Paulus sebut adalah kecemaran (ajkaqarsi/a, akatharsia). Istilah ini secara harfiah berarti "kenajisan," namun dalam konteks ini jelas tidak ada hubungannya dengan adanya kotoran atau kebersihan fisik. Sebaliknya, itu digunakan secara kiasan untuk mengacukan kerusakan moral, kenajisan, atau motif tidak murni. Kata itu terutama secara khusus digunakan untuk dosa-dosa seksual (2 Kor. 12:21; Efe. 5:3; Kol. 3:5), termasuk pelbagai kejahatan yang tidak wajar (Rom. 1:24).
Paulus menyimpulkan kelompok dosa ini dengan hawa nafsu (ajse/lgeia, aselgeia). Kata Yunani ini dapat juga didefinisikan sebagai "ketidaksenonohan," "tidak bermoral," "pesta pora," dan "perbuatan jahat." Ini biasanya mengacu kepada ekses seksual dan terjadi dalam kaitannya dengan istilah-istilah seperti koi/th (koitē, "hubungan seksual")48dan porneia ( "kemesuman" atau "percabulan"). Seperti kata Inggris "license [Ind.: mengumbar hawa nafsu]," tidak adanya atau pengabaian atas batasan-batasan moral tampaknya terlibat di sini, terutama dalam masalah seksual. Idenya adalah tentang memberi diri sepenuhnya kepada hawa nafsu. Dalam Perjanjian Baru, kata itu digunakan dalam beberapa nas, yang semuanya menunjukkan kecenderungan ke arah pencabulan.49
2. Dosa Ritual Pagan (5:20a, b)
Ayat 20. Berikutnya pada daftar perbuatan jahat adalah penyembahan berhala, sebuah istilah yang sangat akrab di dalam Kitab Suci sehingga seharusnya tidak perlu banyak penjelasan. Namun demikian, sebuah survei tentang aspek-aspek tertentu dari praktik umum di dunia kuno ini mungkin dapat membantu. Mengapa penyembahan berhala ada di antara orang-orang kafir?
Orang-orang kafir menyembah berbagai ilah karena manusia memiliki kebutuhan bawaan untuk Allah. Budaya-budaya yang belum mengenal Allah yang benar dan hidup secara naluriah telah menciptakan atau membayangkan keberadaan allah-allah. Manusia butuh sesuatu untuk disembah, seseorang yang dapat diandalkan.50Dalam pidato Paulus kepada Areopagus, ia mengatakan bahwa mencari Allah adalah alasan utama manusia ditempatkan di planet ini: "Supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing" (Kisah 17:27). Rasul itu juga menyatakan, "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih" (Rom. 1:20).
Karena Allah itu murni bersifat rohani (Yoh. 4:24) dan manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej. 1:27), maka manusia pada dasarnya adalah makhluk rohani. Ia hanya mengenakan tubuh fisik sebagai tambahan. Dengan fakta ini, baik Paulus dan Petrus menyebut tubuh fisik itu sebagai "tenda" (2 Kor. 5:1, 4; 2 Pet. 1:13; NIV). Karena hakikat manusia berasal dari Allah, maka wajar bila manusia punya kerinduan mendasar terhadap Bapa rohaninya. Agustinus berkata, "Engkau membuat kami untuk diri-Mu sendiri dan hati kami tidak menemukan kedamaian sampai beristirahat di dalam Engkau."51
Meski sering lemah, salah arah, atau tidak dikenal, pencarian untuk Bapa ini masih ada. Paulus, dengan mengambil petunjuk dari beberapa penyair Yunani tertentu, menyiratkan gagasan ini dalam pidatonya di Areopagus. Ia mengutip dari sebuah puisi didaktik tentang Zeus, ayah para dewa Yunani, yang tidak asing lagi bagi pendengarnya. Namun begitu, ia menerapkan bahasa itu kepada Allah yang benar dan hidup: "'Sebab di dalam Dia kita hidup dan bergerak. Seperti dikatakan para penyairmu, 'Kita ini adalah keturunan Allah'" (Kisah 17:28; NIV).52
Sejarah manusia mengandung bukti yang tak terbantahkan tentang dorongan bawaan manusia secara alami ini untuk mencari atau menciptakan ilah-ilah. Para arkeolog, para antropolog, dan para paleontolog terus saja menemukan di seluruh dunia berbagai patung dari metal, kayu, dan batu—yang semuanya kita sebut "berhala." Patung-patung itu tidak selalu disembah; terkadang mereka hanya merupakan bentuk-bentuk yang dapat dilihat yang melambangkan ilah-ilah yang nyata bagi masyarakat. Di dunia kuno Yunani, ada sejumlah patung dan mezbah (seperti "barang-barang pujaan" yang Paulus lihat di Atena; Kisah 17:23). Dua di antaranya sangat penting dan pasti disembah sebagai berhala. (1) Patung besar Atena yang megah yang berdiri di atas Akropolis di Atena. Ketopong kepala dan tombak emasnya yang berkilauan terlihat oleh para pelaut saat mereka mendekati pelabuhan Piraeus, pelabuhan Atena. (2) Yang bahkan lebih indah lagi adalah Zeus raksasa, yang kepalanya—meski ia digambarkan duduk di kuilnya di Olympia—tetap menjulang ke langit. Yang terakhir ini dapat dimengerti dimasukkan ke antara tujuh keajaiban dunia kuno.
Di atas dan di luar patung itu, bagi kebanyakan orang, terdapat konsep tentang sosok allah atau pahlawan yang dipuja atau disembah. Lucian dari Samosata (sekitar tahun 115 M.), seorang penulis dialog satir, pernah magang sebagai pematung dan tahu betul bagaimana patung semacam itu muncul. Dalam salah satu tulisannya, ia menujukan ejekannya kepada kebodohan orang-orang yang dapat digerakkan untuk menghormati patung semacam itu—bahkan patung Zeus yang hebat di Olympia. Terlepas dari semua eksteriornya yang berbalut emas dan gading yang mengagumkan, semua itu diikat bersama pada bagian dalamnya dengan jaringan palang, baut, papan, paku, dan pasak.53
Pandangan yang sama pedasnya tapi tidak kurang lucunya tentang kebodohan penyembahan berhala muncul dalam Yesaya 44:9-20. Sikap yang dianut oleh Yesaya (Yes. 44) dan oleh Paulus (Kisah 17) merupakan ciri khas orang Yahudi yang setia. Itu adalah apa yang tepatnya Allah harapkan dari Israel ketika Ia memberi mereka hukum Taurat di Gunung Sinai (Kel. 20:3-6) dan dengan sungguh-sungguh mengulanginya (Ula. 5:7-10) saat mereka bersiap untuk menyeberangi Sungai Yordan untuk mengambil alih kepemilikan tanah Kanaan. Dalam kedua contoh tersebut, perintah yang disertai dengan penekanan dan peringatan paling banyak adalah yang berkaitan dengan penyembahan berhala.54Yosua, saat memberikan nasihat terakhirnya kepada Israel, jelas merasa perlu untuk memperingatkan umat itu terhadap larangan untuk melayani dewa- dewa asing (Yos. 24:20-24). Meski sudah ia ingatkan, namun selama periode sejarah Israel yang merentang dari masa hakim-hakim hingga raja-raja yang terakhir, tidak ada dosa lain yang lebih umum, berbahaya, dan merusak selain penyembahan berhala. Dosa ini merupakan salah satu alasan utama mengapa baik Israel maupun Yehuda akhirnya dibawa ke pengasingan—Israel ke Asyur dan Yehuda ke Babel. Hukuman Allah akhirnya mencapai hasil yang diinginkan; setelah periode penawanan, Israel pada prinsipnya tidak lagi menyembah berhala.
Selama periode antar perjanjian, dikarenakan penganiayaan oleh Antiokhus IV Epifanes, orang-orang Yahudi tergoda untuk berkompromi dengan orang-orang Seleukus untuk menyelamatkan nyawa mereka. Ini termasuk meninggalkan hukum Taurat dan menerima penyembahan dewa-dewa palsu. Namun, Makabis bangkit melawan penindas mereka dan mengusir mereka (167-164 S. M.). Sedikit sekali bukti, jika ada, penyembahan berhala ditemukan di antara orang Yahudi pada abad pertama Kristen dan saat kemunculan Yohanes Pembaptis dan Yesus.
Mengapakah penyembahan berhala sangat menggoda umat Allah di dalam Perjanjian Lama? Ada apakah di dalam penyembahan berhala pada zaman Alkitab yang menurut Israel sangat menarik sehingga mereka dapat berpaling dari Allah dan hukum-Nya? Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, kekuatan penyembahan berhala yang mencengkeram dunia pagan tidak banyak kaitannya dengan bentuk lahiriah atau patung dewa yang dilambangkannya. Sebagian besar para dewa zaman kuno dikaitkan dengan kekuatan tertentu yang dianggap sebagai supernatural.55Kebanyakan orang di dunia kuno bergantung pada kekuatan alam untuk kelangsungan hidup mereka. Ancaman kelaparan dan perang selalu ada. Tetangga-tetangga Israel percaya bahwa jika petir Zeus tidak disertai hujan dari langit, jika Demeter tidak menumbuhkan gandum dan buah-buah lain di bumi, atau jika Atena tidak melindungi kota tersebut, maka hasilnya akan berupa kematian. Ada anggapan bahwa dewa atau dewi yang baik harus ditenangkan, atau bencana pasti terjadi. Pelbagai keyakinan ini mempengaruhi Israel.
Rasul itu mencantumkan dosa ritual kedua kaum pagan, sihir. Kata itu berasal dari farmakei/a (pharmakeia) dan mengingatkan kita kepada kata-kata bahasa Inggris "pharmacy [Ind.: farmasi]," "pharmacist [Ind.: apoteker]," dan "pharmaceutical [Ind.: yang berhubungan dengan farmasi]." Kata kerja Yunani yang terkait farmakeu/w (pharmakeuō) berarti "mengatur obat atau obat-obatan," "menggunakan mantra," "melakukan sihir," atau "mengobati orang, memberi dia obat beracun atau obat kelengar."56Dua istilah terkait lainnya muncul di dalam Perjanjian Baru. Kata fa/rmakoß (pharmakos) mengacu kepada "tukang sihir, orang yang melakukan magi atau sihir"; dan fa/rmakon (pharmakon) menandakan "sihir," "magik," atau "ramuan ajaib."57Meski beberapa dari istilah-istilah ini dapat mengacu kepada obat yang bermanfaat, namun kelompok kata itu memiliki konotasi negatif, termasuk konsep seperti sihir, santet, magik, dan racun. Leon Morris berpendapat bahwa, karena pengetahuan medis di dunia kuno terbatas, "istilah itu akhirnya digunakan tidak hanya untuk obat yang memiliki nilai terapi tetapi juga untuk cara-cara penyembuhan secara magis dan kemudian untuk magik apa saja (bdk. Why. 9:21; 18:23)."58
Tidak ada toleransi yang ditawarkan di dalam Perjanjian Lama terhadap para penyihir atau tukang tenung. Musa memberi nasihat, "Seorang ahli sihir perempuan janganlah engkau biarkan hidup" (Kel. 22:18). Ia juga mengatakan, Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN (Ula. 18:10-12a).
3. Kafasikan Dalam Hubungan Antar Pribadi (5:20c-21a)
Berikutnya, Paulus menyebut perseteruan sebagai perbuatan daging dalam hubungan antar pribadi manusia. Bentuk plural kata ini [Ing.: enmities]59berasal dari kata e¡cqra (echthra), yang mengandung gagasan "permusuhan" atau "kebencian." Kata itu terkait dengan kata ejcqro/ß (echthros), yang berarti "musuh" atau "orang yang dibenci." Implikasi negatif dari kedua kata Yunani itu tidak dapat ditolak.
Dalam beberapa nas, istilah-istilah ini mengidentifikasi reaksi hati yang jahat. Roma 8:7 mengatakan bahwa "keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah." Dengan cara yang sama, Yakobus 4:4 menyatakan bahwa "persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah," Iblis, sebagai "musuh" Allah, menabur lalang di ladang Tuhan untuk menggagalkan kemajuan dan keberhasilan kerajaan Kristus di dunia (Mat. 13:37-39). Maut adalah "musuh" terakhir Kristus dalam misi penebusan-Nya untuk menyelamatkan orang yang sesat (1 Kor. 15:25, 26).
Perseteruan yang terlibat di sini berkaitan dengan perasaan atau tindakan yang, atas dasar alasan apa saja, mungkin timbul pada tingkat antar pribadi. Permusuhan seperti itu dapat muncul karena persaingan, iri hati, dengki, kebencian, menderita penganiayaan, atau mungkin tidak lebih dari sikap antipati atau ketidaksukaan alami.
Dimulai dengan "perseteruan," J. B. Lightfoot berpendapat bahwa ia mengamati adanya urutan yang meningkat, yang bertambah intensif dengan setiap kata itu dan mencapai puncaknya dengan "pembunuhan" (5:21; KJV).60Namun begitu, tidak semua komentator setuju dengan pendapat itu. Satu argumen yang kuat yang menentang hal itu adalah bahwa kata Yunani untuk "pembunuhan" (fo÷noi, phonoi) tidak muncul di dalam naskah-naskah yang terbaik.61
Perselisihan adalah hal berikutnya dalam daftar itu. Kata Yunani e¡riß (eris) juga dapat diterjemahkan "keributan" (NIV) atau "pertengkaran" (NLT). Untuk definisi ini, kamus Bauer menambahkan gagasan tentang "persaingan," "pertentangan," dan "pertengkaran."62Dalam pemikiran orang Yunani, "perselisihan" dipersonifikasikan dan diilahkan dalam diri dewi Eris, yang "pengaruhnya yang ganas menimbulkan perang dan kehancuran."63Keinginan Paulus adalah menjauhkan perselisihan dan pertengkaran dari gereja (lihat 1 Kor. 1:11; 3:3); ia ingin saudara-saudara itu hidup dalam damai dan harmonis, sesuai dengan keinginan dan doa Yesus (Yoh. 17:20-23).
Setelah "perselisihan" muncul iri hati (zhvloß, zēlos). Istilah Yunani itu, yang berada di balik kata bahasa Inggris "zeal [Ind.: giat]," mengandung gagasan tentang hasrat yang menyala-nyala. Kata itu dapat mengacu kepada "ketertarikan positif yang intens atas [sesuatu], giat, semangat." Di sisi lain, kata itu kadang-kadang menunjukkan "perasaan negatif yang intens atas prestasi orang lain atau kesuksesan, cemburu, iri hati."64Dalam konteks ini, "iri hati" digunakan dalam pengertian yang terakhir, diarahkan oleh keinginan yang egois dan kedagingan dalam hati manusia.
Tentu saja, ketika digunakan untuk menggambarkan Allah (Kel. 20:5; Ula. 4:24; 5:9; 6:14, 15), istilah "cemburu" mengandung konotasi positif. Musa menulis, "Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu" (Kel. 34:14). Kecemburuan Allah muncul dari kasih-Nya. Kecemburuan-Nya selalu berkaitan dengan tindakan untuk memberkati manusia, sedangkan kecemburuan manusia duniawi dapat dan sering bersifat merusak.
Cemburu manusia rohani mungkin juga muncul dari kasih, seperti halnya dalam kasus Paulus. Ia menuliskan kata-kata ini kepada saudara-saudaranya yang kekasih di Korintus:
Sebab aku cemburu [zhlo/w, zēloō] kepada kamu dengan cemburu [zēlos] ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus (2 Kor. 11:2).
Sama seperti cemburu Allah selalu untuk mencari kebaikan umat-Nya, begitu juga dengan keinginan Paulus. Itu jelas berasal dari Roh Allah, yang sedang bekerja dalam diri Paulus untuk menggagalkan tujuan jahat iblis.
Namun begitu, ketika cemburu (atau iri hati) berasal dari hati orang yang tidak rohani, perasaan itu dapat menjadi jahat dalam maksud maupun akibatnya.65Seseorang mungkin memiliki sifat, bakat, atau kepemilikan yang orang lain inginkan untuk keuntungan dirinya. Hal itu menimbulkan kebencian dan dendam.
Perbuatan jahat berikutnya dalam daftar itu adalah amarah, yang berasal dari terjemahan bentuk jamak qumo֧ (thumos). Terjemahan harfiahnya akan berupa "amarah" atau "murka," tapi terjemahan semacam itu tampaknya tidak tepat dalam bahasa Inggris. Alkitab NASB telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mempertahankan pengertian kata majemuk itu sambil menyesuaikannya dengan bahasa Inggris. Alkitab NIV menghadirkan standar yang sama dengan terjemahan "sangat gusar".
Thumos sering dipasangkan dengan ojrgh (orgē, "marah" atau "murka") dalam Perjanjian Baru. Perbedaan antara dua istilah itu adalah bahwa orgē menunjukkan "lebih tentang kebiasaan pikiran yang permanen dan tetap," sedangkan thumos adalah "lebih tentang keributan yang bergolak, perasaan bergejolak yang mendidih." Perasaan itu "lebih bergairah, dan pada saat yang sama lebih bersifat sementara."66
Kepentingan diri sendiri diterjemahkan dari bentuk plural lain, yang bentuk tunggalnya adalah ejriqei÷a (eritheia). Kata ini rupanya berasal dari e¡riqoß (erithos), yang awalnya menandakan "pekerja harian." Kata kerja yang setara, ejriqeu÷w (eritheuō), berarti "disewa untuk bekerja harian." Tampaknya eritheia menjadi gambaran tentang cara, sikap, atau watak pekerja harian. Perkembangan istilah ini bagi profesi yang kelihatannya terhormat adalah tidak jelas. Friedrich Büchsel berpendapat bahwa itu terjadi karena kelompok aristokrat yang suka mencemooh curiga terhadap pekerja harian yang terlalu khawatir tentang upah dan siap bekerja hanya untuk keuntungan. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa eritheia akhirnya menunjukkan sikap mereka yang mencari kepentingannya sendiri dan para pelacur—"mereka yang, dengan merendahkan diri mereka sendiri dan kepentingan mereka, sibuk dan aktif dalam kepentingan mereka sendiri, mencari upah atau keuntungan mereka sendiri."67Kata itu muncul dengan melibatkan persaingan dan mencoba untuk mendapatkan keuntungan pribadi atas orang lain. Pada abad keempat S. M., Aristoteles menggunakan kata itu untuk "mengejar secara egois jabatan politik dengan cara-cara yang tidak jujur."68
Terlepas apakah sikap seperti itu mencirikan satu orang Kristen, sebuah kelompok di dalam jemaat lokal, atau sejumlah gereja yang bergaul bersama (seperti di Galatia), dampaknya akan selalu merugikan kedamaian dan keharmonisan umat Allah. Satu-satunya perbedaan di antara pelbagai skenario ini akan berupa tingkatan dampaknya. Sungguh suatu hal yang tragis bagi orang-orang Kristen untuk bersaing dan mencoba untuk membuat satu sama lain terlihat lebih rendah.
Terjemahan Alkitab NASB "pertikaian" tampaknya tidak tepat. Menurut bukti linguistik, penekanan kata eritheia tampaknya lebih pada sikap yang menyebabkan ketidakharmonisan dan pertikaian ketimbang pada tindakan itu sendiri. Dalam nas-nas lain, di mana kata itu muncul sebagai bentuk tunggal, Alkitab NASB menerjemahkannya sebagai "ambisi yang egois" (Flp. 1:17; Yak. 3:14, 16). Alkitab REB menerjemahkan kata itu sebagai "ambisi yang egois" dalam konteks ini, sedangkan Alkitab ESV menulis "persaingan." Terlepas dari terjemahan tepatnya, setiap sikap atau tindakan apa saja pada sisi orang Kristen yang menunjukkan adanya keinginan egois untuk mempromosikan dirinya sendiri dan menjadi menonjol dengan mengorbankan orang lain pasti akan memicu timbulnya kebencian dan perpecahan. Ini sangat bertentangan dengan semangat Kristus (Flp. 2:5-8).
Kata percideraan melambangkan bentuk jamak dari dicostasi÷a (dichostasia), dan ada sedikit keraguan mengenai maknanya. Kata itu diterjemahkan "pertengkaran" atau "pertentangan" dalam pelbagai versi lain juga (NRSV; NIV; NKJV; REB; ESV). Kata itu hanya ditemukan di sini dan dalam Roma 16:17 dalam Perjanjian Baru dan sekali dalam Apokrifa Perjanjian Lama Yunani (1 Makabe 3:29). Kata itu juga dapat diungkapkan sebagai "perselisihan," "perpecahan," "pertikaian," atau bahkan "hasutan." Kata itu memiliki arti "pertengkaran yang bias dan menentang." Dalam Roma 16:17, kata itu mengacu kepada orang-orang yang "menimbulkan pertentangan" atau "menyebabkan perpecahan" (NKJV). Begitu seriusnya dosa ini sehingga orang yang melakukan itu harus "dihindari" (NKJV); mereka harus tunduk kepada disiplin gereja dan dikeluarkan dari persekutuan orang-orang kudus (dengan kata lain, "dikucilkan").69
Setelah "percideraan" muncullah roh pemecah. Teks Yunaninya memiliki bentuk jamak dari kata ai¢resiß (hairesis), yang darinya muncul kata bahasa Inggris "heresy [Ind.: bid'ah]." Kata kerja yang terkait adalah aiJre÷omai (haireomai), yang berarti "memilih" atau "lebih suka." Oleh karena itu, hairesis menunjukkan hasil dari membuat pilihan seperti itu. Dalam pengertian negatifnya, kata itu mengungkapkan bahwa sebuah perpecahan, hingga tingkat tertentu, sudah ada. Begitulah kata itu digunakan dalam 1 Korintus 11:19, di mana kita diberitahu bahwa "perpecahan" terdapat di dalam gereja itu. Dalam 2 Petrus 2:1, hairesis disertai dengan satu modifier untuk mengungkapkan bahaya di depan mata dari guru-guru palsu tertentu yang akan memperkenalkan "pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka." Tindakan Petrus yang memadukan kata sifat "membinasakan" dengan hairesis menunjukkan bahwa istilah yang terakhir itu tidak selalu negatif.70
Paulus kadang-kadang menggunakan kata itu dengan cara yang relatif netral ketika ia membahas "sekte-sekte" Yahudi pada zamannya. Ini termasuk orang-orang Farisi, Saduki, dan Eseni. Sebenarnya, dalam pembelaannya di hadapan Raja Agripa, Paulus dengan bebas mengakui bahwa sebelumnya ia "telah hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama[nya]" (Kisah 26:5). Namun begitu, ketika ia dituduh di hadapan Felix sebagai "seorang tokoh dari sekte orang Nasrani" (Kisah 24:5; huruf miring ditambahkan), ia tidak mau menerima istilah itu seperti yang diterapkan kepada dia oleh pengacara bernama Tertulus. Paulus menjelaskan, "Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi" (Kisah 24:14; huruf miring ditambahkan). Dengan pandangannya yang agung tentang gereja sebagai umat pilihan Allah, umat Israel yang baru, ia tidak mau menerima gagasan tersebut (atau bahkan meninggalkan kesan) bahwa manifestasi duniawi dari kerajaan sorgawi Allah ini tidak lebih daripada kelompok lain yang bersaing dalam agama Yudaisme yang terpecah.
Dari beberapa contoh ini, tampaknya kata hairesis itu mungkin telah diterapkan oleh orang-orang Yahudi di zaman Paulus kepada berbagai kelompok-kelompok keagamaan mereka (dengan konsep yang berbeda tentang agama mereka) dalam pengertian tidak ofensif dan secara sosial dapat diterima oleh mereka. Bagi Paulus, bagaimanapun, penggunaan hairesis dalam mengacukan gereja Allah mengandung konotasi negatif. Ia menganggapnya sebagai istilah yang tidak tepat untuk komunitas kekasih milik Allah.
"Perpecahan" adalah perbuatan daging yang secara diametris bertentangan dengan sikap dan tindakan yang mencirikan hidup orang Kristen dalam Roh. Di kemudian hari, kata tersebut mengembangkan arti utama "kesalahan doktrin," yang diungkapkan oleh kata bahasa Inggris "heresy [Ind.: bidah]."
Ayat 21. Seperti banyak perbuatan jahat dalam daftar ini, kedengkian berasal dari kata jamak Yunani. Bentuk tunggal kata itu adalah fqo/noß (phthonos), yang artinya mirip dengan zēlos ("iri hati") dalam 5:20. Namun, phthonos sering mengekspresikan sikap kepentingan diri sendiri sampai ke tingkat yang sedemikian rupa sehingga sikap itu berusaha untuk menyakiti orang lain. Oleh karena itu, beberapa kamus mendefinisikan istilah itu sebagai "dendam." Tampaknya, sifat yang berbahaya secara jelas melekat pada kata itu.
Efek berbahaya dari dengki dapat diilustrasikan dengan nas-nas dari Perjanjian Lama seperti Ayub 5:2. Perjanjian Baru menyajikan kesaksian lebih lanjut tentang sifat jahat dengki ini. Selain penggunaannya dalam 5:19-21, "dengki" ( phthonos ) juga muncul dalam tiga daftar perbuatan jahat lainnya dari surat-surat Paulus (Rom. 1:29; 1 Tim. 6:4; Tit. 3:3).71Sisi berbahaya dari kata itu jelas terlihat dari motif saudara-saudara tertentu untuk memberitakan injil di Roma, di mana Paulus berada di bawah tahanan rumah:
Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki [phthonos] dan perselisihan, … Mereka ini memberitakan Kristus karena … kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara (Flp. 1:15-17).
Contoh yang paling pedih adalah yang melibatkan para pemimpin Yahudi, yang, karena "kedengkian" mereka ( phthonos ), menyerahkan Yesus kepada Pilatus untuk disalibkan (Mat. 27:17, 18; Mrk. 15:10). Meski Yesus "diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya" (Kisah 2:23a), ini tidak mengurangi sifat keji dari kejahatan orang-orang yang dengan penuh semangat menginginkan penyaliban Yesus. Mengapakah mereka menyerahkan Anak Allah yang suci dan penuh kasih? Karena dengki! Tidak ada yang dapat secara lebih jelas menggambarkan betapa jahatnya sifat dengki ini.
4. Kehidupan Yang Kacau (5:21b, c)
Kemabukan juga adalah terjemahan dari kata yang jamak dalam teks itu. Bentuk kamus kata itu adalah me/qh (methē), dan kata itu muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru hanya dalam Lukas 21:34 dan Roma 13:13.
Di kalangan orang-orang Yunani kuno, anggur biasanya tidak diminum dalam "kekuatan penuh" atau "tanpa campuran" (a¡kratoß, akratos). Hal itu didokumentasikan dengan baik bahwa minuman yang lazim di meja orang-orang Yunani biasanya terdiri dari tiga bagian air untuk satu bagian anggur. Dalam literatur mereka, berbagai peringatan muncul untuk jangan menggunakan takaran anggur yang lebih tinggi karena mengingat bahaya mabuk. Satu kemunculan anggur murni dalam Perjanjian Baru tidak ada hubungannya dengan sukacita atau perayaan, melainkan dengan murka Allah: Anggur itu "disediakan tanpa campuran [akratos] dalam cawan murka-Nya; dan [pemberontak] akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba" (Why. 14:10).
Dalam budaya Amerika, kemungkinan besar berasal dari keyakinan Calvinis para leluhur yang Puritan, lapisan besar penduduk hampir selalu menentang penjualan dan minum minuman beralkohol. Antara 1919 dan 1933, perlawanan ini mengakibatkan diberlakukannya undang-undang yang melarang pembuatan, pengiriman, dan penjual- an minuman beralkohol (kecuali untuk tujuan pengobatan dan agama). Undang-undang ini disahkan dalam periode yang sekarang dikenal sebagai "Era Prohibisi/Larangan." Segera setelah itu, bagaimanapun, jelas terlihat bahwa undang-undang semata tidak dapat memperbaiki penyakit sosial dan pribadi yang diupayakan untuk disembuhkan oleh para pembuat undang-undang itu, belakangan hukum yang tidak dapat diterapkan itu dicabut.
Yesus dan para rasul-Nya tidak pernah melarang minum anggur atau minuman berfermentasi lainnya. Paulus, pada kenyataannya, menganjurkan Timotius untuk menggunakan anggur sebagai obat: "Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah" (1 Tim. 5:23). Nasihat Paulus kepada Timotius diberikan untuk alasan yang sangat baik, sebab air di sekitar Mediterania tidak murni dan memang dapat menyebabkan masalah pada perut.72Mencampur air ini dengan sedikit anggur (25 persen) mengerjakan tujuan ganda yaitu memurnikan air dan mencairkan anggur untuk menurunkan risiko kecanduan terhadap kandungan alkohol. Jelas terlihat bahwa Paulus peduli dengan penyembuhan masalah perut Timotius. Seperti tulisan-tulisan sekuler Yunani kuno, Perjanjian Baru memperingatkan terhadap pelbagai ekses anggur (seperti dalam kasus penatua dan diaken; 1 Tim. 3:3, 8; Tit. 1:7). Namun begitu, abstain yang ketat terhadap anggur tidak di manapun ditemukan di dalam Perjanjian Baru, kecuali dalam nas-nas yang berkaitan dengan Yohanes Pembaptis dan nazar orang nazir.73Apa yang dilarang sebagai perbuatan daging bukan penggunaan anggur itu sendiri, tapi penyalahgunaannya yang menimbulkan kemabukan.
Pertimbangan lain mengenai minum anggur ada kaitannya dengan memberikan batu sandungan kepada hati nurani orang lain. Dalam konteks kebebasan pribadi dalam Kristus, Paulus menginstruksikan, Jangan rusak pekerjaan Allah demi makanan. Semua makanan adalah halal, tetapi salahlah orang yang makan apa saja membuat orang lain tersandung! Lebih baik tidak makan daging atau minum anggur atau melakukan apa saja lainnya yang akan membuat jatuh saudara atau saudarimu (Rom. 14:20, 21; NIV).
Pada kesempatan lain, rasul itu juga menulis, Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat (1 Kor. 10:31-33).
Menimbulkan batu sandungan lewat perilaku apa saja yang dapat menyebabkan seseorang jatuh ke dalam dosa adalah bukan perkara kecil bagi orang percaya (1 Kor. 8:1-13). Sangat mungkin untuk terlibat dalam praktik yang secara inheren dapat diterima namun begitu, karena situasi tertentu, dapat bersifat merusak secara rohani untuk orang lain. Dalam situasi ini, terlibat dalam kegiatan seperti itu merupakan dosa besar melawan Tuhan dan menggagalkan tujuan utama-Nya untuk datang ke dalam dunia!
Pesta pora berasal dari bentuk jamak dari kata kwvmoß (kōmos), sebuah istilah yang juga dapat diterjemahkan "berpesta berlebihan," "pesta pora," atau "pesta gila-gilaan." Bentuk jamaknya dibuat jelas oleh terjemahan "pesta pora" (NKJV) dan "pesta gila-gilaan" (NIV). Kata ini muncul dua kali lagi di dalam Perjanjian Baru, dalam Roma 13:13 dan 1 Petrus 4:3 di mana kata itu juga dikaitkan dengan "kemabukan" dan "hawa nafsu." Kata komos mungkin awalnya mengacu kepada suatu kelompok orang yang bersukacita yang belum tentu mabuk atau mengacau. Kamus Bauer mengatakan bahwa istilah itu digunakan untuk "prosesi pesta untuk menghormati Dionysus" (dewa anggur) dan "kemudian makanan atau perjamuan yang penuh sukacita."74Namun begitu, ketika malam semakin larut, pesta seperti itu sering merosot menjadi mabuk-mabukan dan pesta pora. Di tengah malam, orang-orang yang mabuk itu, "dengan karangan bunga di kepala mereka, dan obor di tangan mereka, dengan teriakan dan nyanyian … [akan] melewati rumah-rumah pelacur, atau jika tidak berkeliaran melewati jalan-jalan, dengan kata-kata cercaan dan umpatan tanpa sebab kepada setiap orang yang mereka [jumpai]."75William M. Ramsay berkata bahwa, di kalangan orang-orang Yunani, "Komos, Kesukariaan, dijadikan dewa, dan ritualnya dilakukan secara cukup sistematis, namun [diramu] dengan segala kecerdikan dan kreativitas pikiran Yunani, yang memberikan kesenangan baru dan keragaman yang terus-menerus kepada kesukariaan itu."76
Ringkasan Dan Peringatan (5:21d)
Katalog ini hanya menyajikan lingkup dosa. Paulus membuat jelas hal ini dengan menyimpulkan daftarnya itu dengan kalimat dan sebagainya. Berbagai perbuatan daging disebutkan dalam Perjanjian Baru, baik dalam surat-surat Paulus77dan dalam tulisan-tulisan penulis terilham lainnya.78
Daftar-daftar seperti itu bukan khas Perjanjian Baru. Daftar seperti itu cukup umum di kalangan orang Yahudi dan kaum moralis kafir yang berusaha melakukan kebajikan di dunia yang rusak secara etika. Daftar Paulus dalam 5:19-21 dibuat untuk orang Kristen, dengan menyebutkan kebutuhan khusus saudara-saudara Galatia.79
Paulus mengawali pernyataannya berikutnya dengan frasa terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat dahulu. Kata Yunani yang diterjemahkan "kuperingatkan" adalah dari prole/gw (prolegō), yang berarti "mengatakan terlebih dahulu" atau "memberitahu terlebih dahulu." Dalam kedua konteks itu, pesannya itu mengandung peringatan yang serius. Ia sedang menegur mereka untuk menghindari perbuatan jahat dari daging (melalui suratnya), sama seperti yang ia telah ajarkan kepada mereka sebelumnya (ketika ia berada di tengah-tengah mereka).
Meski kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus adalah inti pesan Paulus (1 Kor. 15:3, 4), rasul itu pastinya sudah juga menginstruksikan gereja Galatia tentang moralitas dasar untuk memimpin mereka kepada pertobatan. Lebih lanjut, ia dan Barnabas melakukan kunjungan kembali kepada jemaat-jemaat ini dalam perjalanan mereka kembali ke Antiokhia di Siria. Di setiap tempat, mereka "menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kisah 14:22). Paulus memberikan instruksi moral sebagaimana dibutuhkan, memberitahu mereka terlebih dahulu tentang apa yang diharapkan—tidak hanya tentang penganiayaan dan resiko pemuridan, tetapi juga tentang bagaimana berperilaku sebagai anak-anak Allah. Dalam melakukan hal itu, ia mengatakan kepada mereka tentang konsekuensi yang mengerikan dari ketidaktaatan dan ketidaksetiaan.
Pesan berulang dari Paulus adalah bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dari semua konsekuensi yang dapat menimpa orang yang tidak setia, yang satu ini pasti yang terbu- ruk. Orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat sedang kehilangan semua kemuliaan sorga dan kehidupan kekal di hadapan Allah dan umat-Nya yang ditebus.
TFTWMS: Gal 5:16-26 - Hidup Oleh Roh HIDUP OLEH ROH (Galatia 5:16-26)
Untuk menerapkan ajarannya, Paulus memperkenalkan beberapa perangkat sastra yang penting yang kemudian disebut "...
HIDUP OLEH ROH (Galatia 5:16-26)
Untuk menerapkan ajarannya, Paulus memperkenalkan beberapa perangkat sastra yang penting yang kemudian disebut "daftar perbuatan jahat" dan "daftar kebajikan." Daftar ini menarik garis perbedaan yang radikal antara sikap dan tindakan duniawi dan rohani. Bagi Paulus, tidak ada yang sepenting membuat perbedaan ini. Di sini dibuat sebuah perdebatan tajam antara pikiran dunia yang sombong, egois, tidak mengasihi dan pikiran Roh.
TFTWMS: Gal 5:22-23 - Buah Roh "Buah Roh" (Galatia 5:22, 23)
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kel...
"Buah Roh" (Galatia 5:22, 23)
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Karena tema bagian surat ini kepada gereja Galatia adalah hidup orang Kristen dalam Roh, maka gambaran terperinci tentang buah Roh merupakan kesimpulan yang tepat untuk pasal 5.
Ayat 22, 23. Tetapi (de÷, de) berfungsi sebagai kebalikan dan membedakan apa yang sudah datang sebelumnya dengan apa yang datang setelahnya. Dalam beberapa contoh, de menunjukkan sedikit atau bahkan tidak berbeda sama sekali dan diberikan dengan kata sambung "dan." Karena di sini terjadi perbedaan yang signifikan, "tetapi" adalah terjemahan yang tepat. Paulus bergeser dari peringatan tentang "perbuatan-perbuatan daging" (5:19) kepada mempromosikan buah Roh (o karpo«ß touv pneu/matoß, ho karpos tou pneumatos). Alih-alih kejahatan, ia mulai membahas kebajikan.
Pohon menghasilkan buah menurut jenisnya.80Sejak jatuhnya Adam dan Hawa, manusia telah melakukan "perbuatan-perbuatan daging" yang bersifat duniawi dan tidak rohani. Menjelang awal sejarah Alkitab, Allah mengamati semua kejahatan manusia dan melihat bahwa "segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata." Ia bahkan menyesal bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu "memilukan hati-Nya" (Kej. 6:5, 6). Allah berkata, "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging" (Kej. 6:3).
Roh Kudus Allah semata-mata tidak tahan melihat kemuliaan mahkota ciptaan-Nya, yang diciptakan menurut gambar-Nya, menggelinding ke bawah, semakin dalam dan lebih dalam lagi ke dalam jurang dosa. Ia merasa pilu melihat manusia terus-menerus menyerah kepada hawa nafsunya sendiri yang bejad dan meninggalkan status yang Allah kehendaki—kemuliaan yang untuknya ia dari awalnya sudah dibentuk.81
Dalam Kejadian 6:3, kita punya pernyataan pertama dalam Kitab Suci mengenai adanya perseteruan antara ranah "daging" (רשׂבּ, baśar; sa÷rx, sarx) dan ranah "Roh" (חוּר, ruach; pneuvma, pneuma).
Ketegangan ini dapat dilihat dalam Galatia 5. Itu hadir tidak hanya dalam perbandingan Paulus tentang "perbuatan daging" dengan "buah Roh" (5:19-23), tetapi juga dalam pernyataan pembukaannya dalam 5:17: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging— karena keduanya bertentangan."
"Buah Roh" mengacu kepada sifat-sifat pemberian Allah yang dianugerahkan ke atas mereka yang taat kepada injil. Ketika orang mendengar kabar baik tentang Yesus, mereka merasakan dalamnya keberdosaan diri mereka dan besarnya kasih Allah. Allah menunjukkan kasih ini dengan mengutus Anak-Nya sendiri untuk dikorbankan di kayu salib untuk menjadi perwujudan dosa, sehingga orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus "dibenarkan oleh Allah di dalam Dia" (2 Kor. 5:21; NASB). Setelah menyadari apa yang terjadi pada hari itu, ketika klimaks dari seluruh sejarah manusia tercapai, para pendengar injil digerakkan menuju iman. Mereka kemudian menyerah kepada perintah yang sama yang Petrus pernah berikan kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada pesannya pada hari Pentakosta: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus" (Kisah 2:38). "Bertobat" adalah "mengubah arah kehidupan seseorang"; orang harus tunduk pada kehendak Allah, menerima Yesus sebagai Allah atas hidupnya. Kata "dibaptis" (bapti÷zw, baptizō) secara harfiah berarti "dibenamkan." Baptisan adalah penguburan di dalam air di mana dosa-dosa orang percaya yang bertobat telah disucikan oleh darah Kristus yang menyelamatkan.82
Selain pengampunan dosa, orang yang mematuhi injil juga dijanjikan karunia menetapnya Roh itu sendiri. Menurut Kisah Para Rasul 2:39, para calon penerima tidak terbatas pada orang-orang Yahudi dan "orang-orang Yahudi yang saleh" (Kisah 2:5) yang hadir pada hari Pentakosta, tetapi juga termasuk "anak-anak" mereka dan "semua orang yang masih jauh." Roh yang menetap diberikan kepada setiap orang yang taat kepada injil, baik Yahudi maupun bukan Yahudi.83
Sebagai bejana tanah liat semata, kita tidak dapat memahami misteri Roh Allah dan bagaimana Ia beroperasi. Apa yang diajarkan Kitab Suci (terlepas apakah kita dapat memahaminya atau tidak) adalah benar: Roh Kudus Allah kita menetap di dalam tubuh orang Kristen sebagai karunia yang dianugerahkan oleh Allah. Ini tidak dapat dibantah.
Selanjutnya, tidak dapat dipungkiri bahwa siapa pun yang percaya dan menaati Allah, yang menyerahkan kehendaknya sendiri kepada Bapa, akan mengalami transformasi yang dihasilkan dari menjadi anak Allah (3:26-29). Ia akan semakin bertumbuh menjadi sosok Yesus, Anak Allah. Dengan cara ini, ia akan mewujudkan sifat-sifat ini yang Paulus sebut "buah Roh": kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
1. Kasih (ajga/ph, agapē) membuka daftar kebajikan yang terkenal ini.84Itu adalah salah satu dari empat jenis kasih yang diidentifikasi dalam bahasa Yunani. Faktanya, agapē adalah bentuk tertinggi dari kasih, yang berasal dari Allah sendiri. Yohanes menggunakan kata benda ini, bersama dengan kata kerja yang terkait ajgapa÷w (agapaō), beberapa kali ketika ia menulis, "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.… Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita" (1Yoh. 4:16-19).
Agapē harus melampaui kasih sayang semata bagi orang-orang yang dikasihi. Ia berusaha untuk berbuat demi kepentingan terbaik orang lain, bahkan para musuh. Yesus mengajar murid-muridNya, Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (Mat. 5:43-48).
Allah bertindak untuk kepentingan semua orang, bahkan para musuh-Nya ("orang yang tidak benar"). Anak-anaknya diminta untuk melakukan hal yang sama. Dalam upaya untuk mempromosikan kesatuan dalam gereja yang terpecah, Paulus menggambarkan untuk gereja Korintus sifat kasih agapē yang tidak mementingkan diri sendiri:
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan (1 Kor. 13:4-8a).
Selain itu, kasih agapē itu dermawan dan punya belas kasihan. Karakteristik kasih ini dimodelkan oleh Tuhan Yesus, yang tergerak oleh belas kasihan saat Ia melayani orang lain (Mat. 9:36; 14:14; 15:32; 20:34). Selanjutnya, kasih agapē harus selalu murni, seperti yang Petrus nasihatkan kepada para pembacanya:
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal (1 Pet. 1:22, 23).
Kasih ini adalah produk dari kelahiran baru, atau dalam bahasa Paulus, "buah Roh." Sebenarnya, kasih ini adalah yang paling agung dan paling mulia dari semua atribut rohani yang Allah telah sediakan bagi anak-anak-Nya. Kasih ini sangat jauh lebih agung daripada pelbagai karunia karismatik yang sifatnya sementara yang Paulus bahas dalam surat Korintus. Kasih ini bahkan lebih unggul daripada iman dan pengharapan (1 Kor. 13:13).
2. Buah Roh berikutnya adalah sukacita joy (cara/, chara). Boleh jadi konsep sukacita sebagai sifat penting kedewasaan orang Kristen kadang kala diabaikan. Bahkan di dalam Perjanjian Lama, sukacita adalah ciri khas umat Allah. Lalu, seberapa banyak lagikah umat perjanjian baru-Nya harus mengalami sukacita, setelah menerima penebusan yang terdapat di dalam Kristus!
Chara adalah kata benda yang mengekspresikan ide tentang sukacita, kegembiraan, atau kebahagiaan. Bentuk kata kerjanya yang berkaitan adalah cai/rw (chairō), yang berarti "bersukacita" atau "menjadi senang." Tiga kata Yunani utama lainnya yang mengungkapkan perasaan sukacita baik dalam LXX maupun Perjanjian Baru adalah ἀγσλλίασις (agalliasis) yang berarti "sukacita atau kebahagiaan yang ekstrim"; μακαρισμός (maka- rismos), yang menunjukkan "kebahagiaan" atau "berkat"; dan εὐφροσύνη (euphrosunē), yang berarti "sukacita" atau "kegembiraan." Kosakata bahasa Ibrani yang mengekspresikan ide-ide atau perasaan ini adalah banyak sekali. Sebenarnya, beberapa kata Ibrani dapat diterjemahkan dengan kata Yunani yang sama dalam LXX.
Sukacita harus menjadi karakteristik hakiki orang Kristen, yang merupakan warga negara dalam kerajaan Allah. Ketika beberapa saudara Paulus di gereja Roma mengalami perselisihan mengenai makanan halal/haram dan hari-hari suci khusus, ia mengajar mereka bahwa "kerajaan Allah bukan masalah tentang makan dan minum, tetapi tentang kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus" (Rom. 14:17; NIV). Ia kemudian menyurati gereja Filipi yang kekasih, dengan menekankan "sukacita." Ia berulang kali menasihati mereka untuk "bersukacita dalam Tuhan" dan dengan mesra menyebut mereka sebagai "sukacita[nya] dan mahkota[nya]" (Flp. 3:1; 4:1, 4). Meski Paulus tidak menggunakan kata khusus untuk "sukacita," pelbagi tulisannya kadang-kadang akan meledak ke dalam kegirangan. Misalnya, ketika merenungkan sifat ilahiat Allah dan injil keselamatan-Nya, rasul Paulus berseru, "O, alangkah dalamnya kekaya-an, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!" (Rom. 11:33).
Sukacita seperti itu di dalam Allah adalah respons alami anak Allah yang dari hatinya telah menyebut Yesus sebagai Penebusnya dan telah diberkati dengan karunia Roh Kudus. Sukacita dapat dipertahankan oleh seorang Kristen bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun. Prinsip ini diilustrasikan oleh Paulus dan Silas dalam perjalanan misi kedua. Setelah mereka dipukuli dengan tongkat, dua duta besar untuk Kristus itu mendapatkan diri mereka berada di dalam penjara Filipi. Meski kaki mereka diikat dalam belenggu dan punggung mereka sakit karena pemukulan yang mereka alami beberapa jam sebelumnya, orang-orang ini "menyanyikan puji-pujian kepada Allah" di tengah malam (Kisah 16:22-25). Rasa sakit fisik mereka cukup berat, tapi sukacita tidak dapat diusir dari hati mereka. Mereka setia mengabdikan diri untuk menjalankan nasihat Yesus Kristus, yang untuk tujuan-Nya mereka telah secara ilahiat dipanggil.
Paulus dan Silas menjadi contoh yang mengagumkan bagi kita semua. Keteguhan hati memenuhi hati para duta besar untuk Kristus ini. Ini tidak diragukan lagi merupakan sumber sukacita seperti itu, bahkan saat mereka sedang mengalami rasa sakit dan penderitaan. Seperti banyak penginjil yang telah belajar dari pengalaman, tidak ada sukacita yang lebih besar daripada melayani sebagai alat yang rendah milik Kristus dalam membawa satu jiwa yang berharga agar ia menegal keselamatan melalui Kristus.
Hal ini, pada kenyataannya, sukacita Yesus itu sendiri, "yang demi sukacita [chara] yang diletakkan di hadapan Dia memikul salib, dengan mengabaikan rasa malunya, dan telah menduduki tempat duduk-Nya di sebelah kanan takhta Allah …"(Ibr. 12:2; NRSV).
3. Setelah "kasih" dan "sukacita" muncul damai sejahtera (eijrh/nh, eirēnē). Kerajaan Allah, seperti yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, harus ditandai dengan "damai sejahtera." Kabar baik, damai sejahtera, dan keselamatan terjalin bersama dalam Yesaya 52:7:
Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit Kedatangan pembawa berita, Yang mengabarkan berita damai Dan memberitakan kabar baik, Yang mengabarkan berita selamat Dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!"
Yesaya mengacukan Mesias yang datang itu sebagai "Raja Damai" (Yes. 9:6)
Ketika Juruselamat lahir, para malaikat Allah menyampaikan kabar gembira kepada beberapa gembala yang sedang menjaga ternak mereka di malam hari. Sejumlah besar bala tentara sorga muncul, "memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya'" (Luk. 2:13, 14). Teks Yunaninya secara harfiah mengatakan "di antara orang-orang yang berniat baik" (ejn ajnqrw/poiß eujdoki/aß, en anthrōpois eudokias). Bagi orang-orang yang memiliki niat baik, di sana tidak dapat ada sukacita atau damai sejahtera yang lebih besar. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, Ia akan menawarkan pendamaian dengan Allah. Namun begitu, orang-orang jahat hanya dapat merespons karunia agung ini dengan perasaan sebal, penolakan, dan kebencian. Reaksi yang berbeda ini terhadap Kristus berfungsi sebagai latar belakang pernyataan-Nya dalam Matius 10:34-36:
Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai [eirēnē] di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Bagi orang Kristen yang setia, Kristus membawa kedamaian batin. Ketika Yesus sedang mempersiapkan murid-murid-Nya bagi fakta bahwa Ia akan meninggalkan mereka dan kembali kepada Bapa, Ia meyakinkan mereka bahwa mereka tidak akan ditinggalkan seorang diri; Allah akan memberi mereka Penolong atau Penghibur yang lain. Ia juga bicara tentang sifat damai sejahtera yang akan Ia berikan kepada mereka: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yoh. 14:27). Damai sejahtera yang Yesus berikan adalah damai sejahtera yang didasarkan pada kepercayaan kepada Dia dan Firman-Nya. Damai sejahtera adalah tempat jiwa mendapat kelegaan (Mat. 11:28-30).
Petrus mengumumkan kepada keluarga Kornelius bagaimana Allah telah menyampaikan firman-Nya "kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang" (Kisah 10:36). Ia kemudian menyampaikan injil kepada orang-orang bukan Yahudi ini sehingga mereka juga dapat memiliki kesempatan untuk menikmati kedamaian ini dengan Allah (Kisah 10:37-48). Mereka yang sudah percaya kepada Kristus dan telah dipersatukan dengan Dia dalam baptisan—apakah orang Yahudi atau bukan Yahudi—memiliki damai sejahtera dengan Allah dan dengan satu sama lain (Gal. 3:26-29). Paulus juga menjelaskan hal ini dalam Efesus 2:14-19. Konsep Kristen tentang "damai sejahtera" adalah sangat penting sehingga hal itu mempengaruhi ungkapan-ungkapan di dalam surat-surat Paulus (lihat Gal. 1:3). "Damai sejahtera" adalah salah satu salam yang paling agung yang dapat kita berikan kepada satu sama lain.
Setelah bicara menentang perbuatan-perbuatan daging (5:16-21), Paulus segera beralih kepada sifat positif yang harus dikembangkan orang Kristen dalam kehidupan mereka melalui bimbingan Roh Kudus. Setelah menyebutkan kebajikan kasih, sukacita, dan damai sejahtera, ia melanjutkan daftarnya itu.
4. Buah Roh juga mencakup kesabaran (makroqumi/a, makrothumia). Bagian pertama dari kata majemuk ini adalah makro/ß (makros), yang dapat mengacu kepada "waktu yang relatif lama" atau "berada relatif jauh, sangat jauh."85Bagian kedua berasal dari kata benda qumo÷ß (thumos), yang artinya merentang dari "keinginan besar" atau "kerinduan yang menggelora" hingga "marah," "murka," dan bahkan "amuk."86Itu mengungkapkan keadaan pikiran atau temperamen. Ketika kedua kata itu awalnya digabungkan, mereka mungkin memberikan pengertian "lambat untuk marah" (lihat Kel. 34:6; Amsal 19:11; LXX). Seiring waktu, kata-kata cenderung memiliki nuansa makna yang berbeda. Kamus Bauer mendefinisikan makrothumia sebagai "pengendalian diri, kesabaran" atau "ketabahan, daya tahan."87Kata itu memiliki konotasi kemampuan tertentu untuk menunggu dalam waktu yang lama, untuk bertekun ketika penantian itu sulit dan menguji kesabaran seseorang. Alkitab KJV menulis "panjang sabar," yang mempertahankan unsur waktu yang terkandung di dalam kata Yunani itu. Kesabaran adalah buah rohani yang menyukakan Allah dan memberkati orang lain.88Itu juga merupakan sifat Roh Kudus, sifat Allah sendiri, dan sifat Putra-Nya, Yesus Kristus.89
Kata kerja makroqume÷w (makrothumeō) yang terkait menyampaikan gagasan tentang "berpikir panjang " atau "tidak mudah marah." Ini menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan keadaan pikiran yang mencirikan ketenangan dan pengendalian diri, bahkan ketika menunggu sesuatu yang melibatkan tekanan atau ketegangan. Ketegangan—apakah berupa ancaman, bahaya, atau kepedulian yang mendalam—menguji kemampuan ini. Orang yang memiliki makrothumia dianugerahi dengan kekuatan emosional dan stabilitas untuk bertahan sampai lebih daripada tingkatan biasa (lihat Ibr. 6:13-15; Yak. 5:7, 8).
Dua kelompok lain untuk kata "kesabaran" ditemukan dalam Perjanjian Baru. Satu kelompok mencakup ajnoch/ (anochē), dengan konsep "kesabaran," "pengampunan," atau "toleransi" Kata itu hanya muncul dua kali dalam Perjanjian Baru, dalam Roma 2:4 dan 3:25. Kedua kemunculan kata itu menggambarkan sifat Allah. Namun begitu, bentuk kata kerjanya, ajne/cw (anechō), yang muncul lima belas kali di dalam Perjanjian Baru, banyak berhubungan dengan orang Kristen. Arti kata itu adalah "bertahan," "bersabar dengan," "menanggung," "mentolerir," atau "memikul."90
Kelompok lain kata itu termasuk kata benda uJpomonh (hupomonē). Kata itu terdiri dari dua kata Yunani: preposisi uJpo (hupo, "di bawah," "di kolong", atau "bawah") dan kata kerja me÷nw (menō, "tinggal" atau "tetap"). Pemikiran yang dihasilkan adalah "tetap teguh di bawah" keadaan sulit. Istilah itu membangkitkan gambaran tentang ketekunan, terus bertahan di bawah tekanan saat memikul beban berat—seperti tokoh mitologis kuno Atlas yang memikul beban dunia yang luar biasa beratnya di pundaknya. Kata kerja uJpome÷nw (hupomenō) yang terkait berarti "berdiri teguh," "berdiri kokoh," "bertahan."91
Kesabaran Kristen dimotivasi oleh kasih (1 Kor. 13:4) dan pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali (1 Tes. 1:2, 3). Itu didasarkan pada model Yesus, yang dengan sabar "memikul salib" dan "rasa malu"nya untuk kita sebelum ditinggikan "di sebelah kanan takhta Allah" (Ibr. 12:2). Penulis Ibrani menasihati para pembacanya, "Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa" (Ibr. 12:3). Paulus menawarkan kepastian ini: "jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia" (2 Tim. 2:12a).
5. Berikutnya pada daftar kebajikan ini adalah kemurahan (crhsto/thß, chrēstotēs), yang juga dapat didefinisikan sebagai "kejujuran," "kebaikan," dan "kemurahan hati."92
Kata benda ini muncul dalam Perjanjian Baru hanya delapan kali, dan semua kemunculannya itu adalah dalam surat-surat Paulus. Empat darinya berhubungan dengan "kebaikan" Allah, yang telah membuka pintu pertobatan dan keselamatan bagi umat manusia.93Empat lainnya menyebutkan suatu ciri karakter yang semua orang Kristen harus miliki, meniru kemurahan Allah.94
Chrēstotēs dan kata-kata yang serumpun menyiratkan watak lembut yang menaruh belas kasihan terhadap orang lain. Karena memiliki hati yang baik, orang Kristen akan mau bermurah hati dan membantu mereka yang kekurangan. Ceslas Spicq menulis, "Orang Kristen adalah lembut dan murah hati dalam hubungan persaudaraan, berusaha untuk berguna, penuh perhatian, dapat membantu, dermawan, selalu dengan cara yang menyenangkan, bahkan dengan senyum."95
Kemurahan, bersama dengan kesabaran, dimasukkan dalam definisi Paulus tentang "kasih" dalam 1 Korintus 13:4. Di tempat lain, ia menulis, "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran" (Kol. 3:12).
6. Setelah "kemurahan" (chrestotes) muncul kebaikan (ajgaqwsu/nh, agathōsunē). Apakah bedanya antara dua kata ini? Pertanyaan ini sulit untuk dijawab karena agathosunē tidak muncul dalam literatur klasik Yunani, yang sering digunakan untuk menetapkan makna kata-kata.96
Agathosunē hanya muncul empat kali dalam Perjanjian Baru, dan semua ini ditemukan dalam tulisan-tulisan Paulus. Pertama, itu muncul di sini sebagai bagian dari buah Roh. Rasul Paulus menasihati bahwa saudara-saudara di Roma "Saudara-saudaraku, aku sendiri memang yakin tentang kamu, bahwa kamu juga telah penuh dengan kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati" (Rom. 15:14). Dalam Efesus 5:9, "kebaikan" dicantumkan sebagai "buah Terang." Doa Paulus dalam 2 Tesalonika 1:11 adalah bahwa Allah akan menganggap saudara-saudara itu layak menerima panggilan mereka dan "dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu. "
Meski kata itu jarang muncul di dalam Perjanjian Baru, agathosunē digunakan beberapa kali dalam LXX, di mana kata itu menerjemahkan kata Ibrani בוֹט (tob) dan kata-kata yang serumpun dengannya. Istilah-istilah ini mengacu kepada apa yang "baik," "menyenangkan," atau yang "diinginkan."97Kata sifat ajgaqo/ß (agathos, "baik") yang terkait sering muncul dalam Perjanjian Baru dan LXX.
Dalam upaya untuk menjelaskan sifat unik kebaikan, Lightfoot mengatakan bahwa chrēstotēs adalah "watak yang baik," sedangkan agathosunē adalah "prinsip yang energik."98Dengan kata lain, "kemurahan" adalah sifat batin, baik hati yang menghendaki apa yang baik untuk sesama, sementara "kebaikan" adalah ekspresi lahiriah dari apa yang pada akhirnya merupakan kepentingan terbaik bagi sesama (terlepas apakah itu mungkin terlihat seperti itu atau tidak). Sementara orang mungkin mempertanyakan perbedaan ini, hal itu juga digambarkan oleh Trench, yang menulis, "Seseorang mungkin saja menampilkan [agathosunē]nya, semangatnya untuk kebaikan dan kebenaran, dalam menegur, mengoreksi, menghukum." Ia mengacu kepada Kristus yang mengusir para pedagang ke luar bait suci (Mat. 21:12, 13) dan kemudian mencela ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat. 23). Perbuatan marah secara benar ini, bagaimanapun, tidak akan digambarkan sebagai chrēstotēs. Sebaliknya, kebajikan itu ditampilkan dalam sikap Yesus yang bersikap ramah terhadap perempuan yang bertobat (Luk. 7:37-50).99Trench bagaimanapun tidak mendukung "kebaikan yang tidak ada batasannya, tidak ada ketajaman di dalamnya, tidak ada kemarahan secara benar terhadap dosa, atau kemauan untuk menghukum dosa."100"Kebaikan" pada akhirnya dan semata-mata ditentukan oleh apa yang Allah lihat sebagai baik.
7. Kesetiaan (pi/stiß, pistis) adalah yang berikutnya di antara buah Roh. Dalam penggunaannya yang paling umum di dalam Perjanjian Baru, arti kata ini hanyalah "iman," "kepercayaan," atau "keyakinan." Namun begitu, dalam banyak kasus, kata itu muncul dengan pengertian tentang apa yang membangkitkan keyakinan—yaitu, "keandalan" dan "sifat layak dipercaya." Makna ini telah dipengaruhi oleh LXX, yang menggunakan pistis untuk menerjemahkan kata Ibrani הנוּמא ('emunah). Ini adalah kasus dalam Mazmur 36:5b, yang bicara tentang Allah, "setia-Mu sampai ke awan." Demikian pula, Amsal 12:22 mengatakan, "Bibir dusta adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi mereka yang berbuat dengan setia adalah kesukaan-Nya" (NRSV).
Mazmur 36:5, bersama dengan nas-nas lain yang banyak, menekankan bahwa kita selalu dapat bergantung pada Allah. Ia "tidak berdusta" (Tit. 1:2). Firman-Nya dapat diandalkan sepenuhnya; kita dapat bergantung pada apa saja yang Ia katakan. Allah membenci kebohongan, tapi Ia senang kepada orang-orang yang mengabdi kepada kebenaran dan kata-katanya dapat dipercaya. Dalam Amsal 12:22, semua pendusta diperingatkan bahwa mereka berada di bawah penghukuman yang pasti dan tak terelakkan kecuali jika mereka bertobat, sedangkan mereka yang jujur dan setia dapat merasa nyaman dengan kenyataan bahwa Allah tersenyum kepada mereka dengan perasaan senang.
Kata pistis memiliki makna yang luas, seperti yang terlihat dalam kamus Yunani dan pelbagai Kitab Suci versi Inggris. Definisi ini mencakup "iman," "keyakinan," "kepercayaan," "kesetiaan," "seperangkat iman atau kepercayaan (injil)," "doktrin," "keyakinan," "bukti," "jaminan," "kesetiaan," dan "janji kesetiaan." Terlepas dari banyaknya kemungkinan artinya, satu-satunya yang sesuai dengan konteks daftar kebajikan Paulus dalam 5:22 adalah "kesetiaan."
Pistis harus dipahami sebagai aspek moral atau etika karakter orang Kristen. Itu adalah bagian dari karakternya karena ia adalah orang yang, dalam memberikan dirinya kepada Allah dalam iman dan ketaatan, diberkati dengan Roh kekudusan yang menetap yang telah dijanjikan Allah kepada orang percaya (Kisah 2:38, 39; 5:30-32). Seperti semua kata-kata lain yang tercantum di antara buah Roh, "kesetiaan" adalah sifat dari Roh itu sendiri yang diberikan oleh Allah. Sebagai suatu kebajikan, pistis sering dikaitkan dengan kata-kata lainnya yang memiliki sifat yang serupa,101terutama agapē.102
8. Setelah "kesetiaan," kebajikan berikutnya adalah kehalusan (5:23; πραΰτης, prautēs; NASB). Sementara sebagian besar versi bahasa Inggris menulis "kehalusan," terjemahan lain yang memungkinkan mencakup "kerendahan hati" (GNT) dan "kelemahlembutan" (KJV; ASV). Meski terjemahan ini mencerminkan beberapa aspek dari kata prautēs, namun yang paling disukai adalah istilah "kelemahlembutan"— dengan konotasinya yang lebih tua, yang lebih baik.
Bahasa berkembang seiring berjalannya waktu, dan kata-kata individual berubah dan kehilangan aspek-aspek tertentu dari makna awalnya. Sayangnya, kata bahasa Indonesia/Inggris "lemah lembut" secara bertahap akhirnya dikaitkan dengan konsep "kelemahan," sebuah ide yang cukup asing bagi makna prautēs. Sekarang ini, ketika orang-orang duniawi mendengar seseorang digambarkan sebagai "lemah lembut," mereka membayangkan sosok yang pemalu, pengecut, penakut. Oleh karena itu, kita dapat mengerti mengapa para penerjemah Alkitab modern telah memutuskan untuk menghindari kata tersebut. Mereka yang tumbuh bersama KJV mengenal baik istilah "kelemahlembutan," yang secara sangat jelas mengungkapkan ide utama yang terkandung dalam kata asli Yunani prautēs. Arti khas istilah itu bukan hanya kerendahan hati, tapi kerendahan hati di hadapan perlawanan atau tekanan.
Musa berfungsi sebagai ilustrasi yang sangat baik tentang kebajikan ini, karena ia digambarkan sebagai "seorang yang sangat rendah hati ['lembut'; KJV; ASV], lebih daripada setiap manusia mana saja di atas muka bumi" (Bil. 12:3; NASB). Untuk memahami makna yang lebih lengkap tentang gambaran ini, kita perlu mempertimbangkan konteksnya. Adik perempuan Musa, Miriam, dan saudaranya, Harun, bangkit melawan dia dan mengecam dia karena "perempuan Kush" yang telah dinikahi bertahun-tahun sebelumnya. Selain itu, Miriam dan Harun sedang mengklaim bahwa, karena Allah juga telah bicara melalui mereka, maka mereka merasa sederajat dengan dia dan Musa bersalah karena meninggikan dirinya di atas mereka (lihat Bil. 12:1, 2). Kitab Suci sama sekali tidak bicara tentang respons Musa untuk membela diri—tetapi Allah sendiri turun dalam bentuk tiang awan yang menakjubkan ("kemuliaan Shekinah" kehadiran-Nya) dan secara pribadi membela Musa, menghajar Miriam dengan kusta (Bil. 12:4-10). Setelah ini, sebagai bukti lebih lanjut tentang kelemahlembutannya, Musa memperhatikan permohonan Harun atas nama saudari mereka dan memohon kepada Allah untuk mengampuni dan menyembuhkan dia. Allah menanggapi dengan baik permohonan Musa itu, setelah secara terbuka mempermalukan Miriam (Bil. 12:11-15).
Kebajikan kelemahlembutan ditunjukkan oleh Musa pada beberapa kesempatan lain. Misalnya, ketika Allah marah atas ketidaktaatan dan ketidaksetiaan Israel, Ia berencana untuk menghancurkan mereka semua dan menjadikan Musa sebagai bangsa yang besar. Musa, meski ia sendiri sudah sekali lagi diserang, memohon kemurahan hati Allah. Ia bahkan menawarkan nyawanya sendiri kepada Allah atas nama orang-orang yang memberontak itu. Mungkin di sinilah Musa dipandang paling unik untuk menjadi bayangan Yesus sebagai Juruselamat dalam kesediaannya untuk menyerahkan nyawanya bagi saudara-saudaranya (Kel. 32:6-14, 31, 32; lihat Ula. 18:15-19).
Kata "lemah lembut" (πραΰς, praus) yang terkait digunakan dalam Perjanjian Baru mengenai Yesus. Saat Ia memberikan Khotbah di Bukit, Ia menyatakan, "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan mewarisi bumi" (Mat. 5:5; KJV; NKJV; ASV). Dalam undangan agung-Nya, Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai "lemah lembut dan rendah hati" (Mat. 11:29; KJV; ASV). Selain kehalusan, istilah tersebut menyiratkan gagasan tentang kekuasaan di bawah kendali. Dengan mengutip terutama dari Zakharia 9:9, Matius menggambarkan peristiwa masuk penuh kemenangan dalam kata-kata ini:
"Katakanlah kepada puteri Sion: 'Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ramah ["lemah lembut"; KJV; ASV], dan mengendarai seekor keledai, Bahkan seekor keledai beban yang muda'" (Mat. 21:5).
Yesus, Mesias yang penuh kuasa, naik keledai ke dalam Yerusalem untuk bersiap mati di kayu salib sebagai Hamba Yang Menderita.
Unsur ketegangan atau tekanan di dalam mana "lemah lembut" (prautēs) menghadapi perlawanan atau antagonisme adalah tidak selalu jelas, tapi kadang-kadang jelas. Petrus mendesak istri-istri Kristen untuk memiliki "roh yang lemah lembut dan tenteram" terhadap suami mereka, bahkan "jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman" (1 Pet. 3:1, 4; KJV; ASV). Selanjutnya, Paulus menghadapi beberapa orang yang sombong di Korintus, dengan bertanya apakah ia harus datang kepada mereka "dengan cambuk atau dengan kasih dan dengan hati yang lemah lembut?" (1 Kor. 4:21; KJV). Dengan adanya unsur perlawanan di dalam pikiran, rasul itu juga mendesak Timotius untuk "ramah terhadap semua orang, cakap mengajar, sabar, dengan lemah lembut mengoreksi mereka" (2 Tim. 2:24, 25; ASV).
9. Buah Roh yang terakhir adalah penguasaan diri (ejgkra/teia, enkrateia). Kata ini dibentuk pada akar kata Yunani kra/toß (kratos), yang berarti "tenaga," "kekuatan," atau "kekuasaan." Itu tercermin dalam kata-kata bahasa Indonesia seperti "demokrasi," "otokrasi," dan "teokrasi." Dengan awalan yang ditambahkan, enkrateia mengacu kepada "penguasaan diri." Penguasaan diri memang tenaga, kekuatan (kratos) dalam diri manusia (ejn, en).
Kata enkrateia jarang digunakan dalam Perjanjian Baru. Selain kemunculan dalam 5:23, bentuk kata bendanya muncul dalam dua nas lainnya. Dalam Kisah Para Rasul 24:25, Paulus bicara dengan Felix tentang "kebenaran, penguasaan diri dan penghakiman yang akan datang," yang menyebabkan gubernur Yudea itu menjadi "takut." Paulus tidak hanya menyebutkan hal-hal ini; ia "mendiskusikan" hal-hal itu. Dengan mengingat gaya hidup yang khas dari wakil Kaisar yang penuh kuasa itu—dalam kasus ini Nero yang keji—Paulus tidak diragukan lagi memiliki banyak hal untuk disampaikan mengenai topik-topik ini. Ia tidak akan meninggalkan hati nurani orang kafir yang licik ini tanpa cedera. Penguasaan diri umumnya bukan salah satu kebajikan utama bagi para pejabat tinggi Romawi. Meski nama "Felix" berarti "bahagia," ini mungkin menjadi salah satu hari paling menyedihkan dalam kehidupan gubernur itu.
Juga, dalam 2 Petrus 1:5-7, Petrus mendesak orang-orang Kristen untuk terus menuju pertumbuhan rohani, menambahkan pelbagai kebajikan kepada dasar "iman." Ini mencakup "keunggulan moral," "pengetahuan," "pengendalian diri," "ketekunan," "kesalehan," "kasih persaudaraan," dan "kasih." Meski Petrus tidak memberikan daftar perbuatan jahat yang rinci, ia mendahului daftar ini dengan sebuah kiasan kepada transformasi paling menakjubkan yang pernah ditawarkan kepada umat manusia. Karena "Janji-janji yang berharga … kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia" (2 Pet. 1:4). Kelepasan ini hanya mungkin melalui dua salib: (1) salib Yesus, yang menebus manusia dan dengan demikian mengubah kehendaknya sehingga ia merespons dengan mengangkat salib itu (2) salibnya sendiri, mati terhadap semua "perbuatan daging" di dalam mana ia pernah hidup sebelum ia mengenal Yesus Kristus.103
Kata enkrateia cenderung dikaitkan dengan penguasaan diri dalam ranah seksualitas. Meski kita sudah menguras habis beberapa kemunculan kata benda itu dalam Perjanjian Baru, namun Paulus juga menggunakan kata kerja dan kata sifat yang terkait. Kata kerja ejgkrateu/omai (enkrateuomai, "melakukan penguasaan diri") muncul dua kali. Dalam 1 Korintus 7:8, 9, di mana Paulus membahas masalah perkawinan dan perceraian, ia menulis, "Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku. Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri [enkrateuomai], baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu."104Di sini Paulus menggunakan "penguasaan diri" yang berkaitan dengan gairah seksual.
Kemunculan lain kata kerja itu adalah dalam 1 Korintus 9:25, di mana Paulus mengacukan pendisiplinan diri dalam pelatihan untuk kompetisi atletik. Ia menulis, "Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya [enkrateuomai] dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." Ilustrasi ini mengandung makna khusus ketika kita menyadari bahwa Korintus adalah kota tuan rumah dan sponsor Pertandingan Isthmus. Itu merupakan salah satu pusat perlombaan besar Panhelenik seperti yang digelar di Olympia, Delphi, dan Nemea, situs-situs yang masih dapat dikunjungi sekarang ini. Paulus tidak hanya sedang bicara tentang kompetisi itu sendiri. Lebih khususnya, ia sedang mengacu kepada pelatihan yang dilakukan untuk mempersiapkan para atlet untuk perlombaan mereka. Dalam kasus Pertandingan Olimpiade, para peserta dikumpulkan untuk pelatihan khusus dan diberitahu tentang aturan berkompetisi di Elis (ibu kota negara mereka di barat laut Peloponnesus), sehingga tampilan mereka nanti bisa lebih luar biasa.
Pertunjukan ini jauh melebihi kontes atletik belaka. Mereka ditampilkan sebagai persembahan para atlet kepada para dewa yang untuk kehormatan dewa-dewa itu pertandingan itu diadakan. Di Olympia, sebuah bukit berhutan yang tinggi, Gunung Kronion, menjulang di sisi utara stadion di mana, mereka percaya, duduk bapak dewa, Zeus, yang untuk kehormatan dirinya pelbagai perlombaan itu dipersembahkan sebagai ibadah. Paulus menerapkan konsep ini kepada kehidupan orang Kristen, yang untuknya penguasaan diri dan disiplin adalah sangat penting seraya ia memberikan seluruh miliknya untuk Allah sejati yang esa.
Kata sifat lainnya egjkrath/ß (enkratēs), yang berarti "menguasai diri," muncul dalam Titus 1: 8.105Seorang "penilik" (penatua) harus "suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri" (enkratēs). Ia harus mampu menjaga "emosi, gejolak, [dan] keinginan[nya] di bawah kendali."106Kekuatan batiniah seperti itu sangat penting untuk memberikan contoh kepada orang lain untuk diikuti, serta untuk menangani perbedaan pendapat di dalam jemaat lokal.
Ketika Paulus mengatakan bahwa tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu, ia sedang mengacu kepada seluruh daftar kebajikan itu, "buah Roh." Apakah arti pernyataan singkat ini? F. F. Bruce berpendapat bahwa kebajikan ini "berada dalam lingkup yang dengannya hukum tidak ada hubungannya. Hukum mungkin saja menentukan bentuk-bentuk perilaku tertentu dan melarang beberapa perilaku lainnya, tapi kasih, sukacita, damai sejahtera dan sisanya tidak dapat secara legal dipaksakan."107Ia melanjutkan untuk mengutip S. H. Hooke, yang menulis, Pohon anggur tidak menghasilkan buah anggur melalui Undang-undang Parlemen; buah anggur adalah buah dari kehidupan pohon anggur itu sendiri; jadi perilaku yang sesuai dengan standar Kerajaan tidak dihasilkan oleh permintaan siapa saja, tidak juga permintaan Allah, tetapi itu adalah buah dari sifat ilahi yang Allah berikan sebagai hasil dari apa yang Ia telah lakukan di dalam dan oleh Kristus.108
Ilustrasinya tentang pohon anggur mengena inti dari apa yang Paulus sedang katakan. Buah Roh tidak dapat diundangkan, seperti katanya, "oleh permintaan siapa saja, tidak juga permintaan Allah." Sepintas ini mungkin terlihat menghujat, tetapi secara jelas hal itu memang benar. Hal ini dibuktikan oleh konteks surat Galatia itu, yang membedakan hukum Musa dengan injil Kristus. Pada hari Pentakosta, fajar era baru merekah, dan manifestasi Roh muncul dalam cara yang sama sekali berbeda. Mereka yang percaya kepada injil, berbalik dari dosa, dan diselamkan ke dalam Kristus untuk menerima pribadi Roh Kudus yang menetap dalam dirinya (Kisah 2:37, 38). Mereka diberi kuasa untuk mengalahkan dosa dengan cara yang belum pernah tersedia bagi mereka yang hidup di bawah hukum Taurat (Rom. 8:1-4, 12, 13; Yoh. 7:37-39).109
Dalam nada yang sama, R. Alan Cole percaya bahwa penggunaan "buah" "menyiratkan bahwa semua sifat rohani ini, dan banyak lagi, merupakan produk spontan kehadiran Roh Kristus di dalam hati orang Kristen."110Kiasan tentang menghasilkan buah adalah kiasan kuno, cocok bagi kaum pertanian seperti Israel. Meski kata Yunani untuk "buah" (karpos) dapat menandakan buah jenis apa saja, namun kata itu paling sering digunakan dalam Kitab Suci untuk produk pohon anggur dan pohon buah-buahan. Yesus sendiri berkata bahwa pohon anggur atau pohon (seseorang) dapat dikenali dari buah (perbuatan) yang ia hasilkan (Mat. 7:16-18).111
Kehadiran buah Roh dalam kehidupan gereja Galatia akan berfungsi sebagai bukti tentang vitalitas rohani mereka. Penting diketahui bahwa Paulus tidak menjadikan pelbagai karunia mujizatiah dari Roh sebagai indikator kedewasaan Kristen mereka, meski karunia itu terdapat di dalam gereja-gereja Galatia.112
TFTWMS: Gal 5:24-25 - Kemenangan Roh Atas Daging Kemenangan Roh Atas Daging (Galatia 5:24, 25)
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan ke...
Kemenangan Roh Atas Daging (Galatia 5:24, 25)
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.
Ayat 24. Setelah menyelesaikan daftar kebajikan yang harus terlihat dalam kehidupan seorang Kristen, Paulus mengungkapkan bagaimana orang dapat meninggalkan dosa dan berjalan (hidup) dengan cara yang menyukakan Allah. Ia mengatakan Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Tentu saja, hal ini tidak dicapai melalui kekuatan manusia.
Kata Yunani yang diterjemahkan "daging" (sarx) adalah kata dengan banyak makna,113tapi di sini kata itu pada dasarnya berkonotasi sifat manusia dalam keadaannya yang berdosa. Sarx adalah manusia dengan "nafsu dan keinginan"nya. Itu adalah manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah dan masih memiliki "percikan" ilahi dalam dirinya sendiri, tapi bingung, buta, dan frustrasi di dunia yang jahat sekarang ini. Manusia ditantang untuk menjangkau dan "meraba-raba" seperti yang orang buta lakukan dalam mereka mencari dukungan atau batu sandungan; tapi kita harus menjangkau Allah. Dalam khotbah Paulus di Atena, ia mengungkapkan keinginan Allah agar orang-orang "mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada" (Kisah 17:27, 28a).114
Ketika Paulus bicara tentang "daging" dalam 5:24, ia mengacu kepada seluruh daftar "perbuatan daging" yang disebutkan dalam 5:19-21. Pelbagai acuan Paulus sebelumnya kepada daging telah muncul beberapa kali dalam pasal ini:
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa [daging; NASB], melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih (5:13; huruf miring ditambahkan).
Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya bertentangan—sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (5:16, 17; huruf miring ditambahkan).
Ia telah memperingatkan gereja Galatia lebih dari sekali bahwa menyerah kepada keinginan daging akan menghilangkan warisan mereka dalam kerajaan Allah (5:21).
Ayat 24, lalu, adalah pengingat tentang apa yang Paulus telah beritakan kepada gereja-gereja ini sebelumnya. Sentralitas salib adalah inti pesannya di mana pun ia memberitakan injil (1 Kor. 1:18, 22, 23; 2:2). "Kata salib" harus jangan tetap berada di ranah penderitaan yang mengerikan dan memalukan yang Yesus pikul bagi kita di masa lalu. Sebaliknya, salib memiliki banyak konsekuensi—tidak hanya pada awalnya untuk orang percaya, tetapi juga untuk sisa hidupnya. Pada kenyataannya, ada sebuah salib bagi setiap orang Kristen, penyaliban "perbuatan-perbuatan daging" itu sendiri yang Paulus cantumkan dalam 5:19-21. Allah sendiri mengatakan, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku" (Luk. 9:23).115
Ayat 25. Orang-orang Kristen di Galatia telah mati terhadap dosa ketika mereka bersatu dengan Kristus dengan mengenakan Dia dalam baptisan (3:26, 27; lihat Rom. 6:3-7). Pada waktu itulah mereka telah menerima pengampunan dosa mereka dan karunia Roh yang menetap (lihat Kisah 2:38, 39; Tit. 3:5, 6). Oleh karena itu, Paulus memerintahkan mereka Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. "Jika" (eij, ei) menunjukkan bahwa kondisi klausa pertama dianggap benar.116
Alkitab NIV menerjemahkan ayat itu seperti ini: "Karena kita hidup oleh Roh, baiklah kita tetap sejalan dengan Roh" (huruf miring ditambahkan).
Kata kerja "berjalan" atau "sejalan" (NIV) diterjemahkan dari stoice÷w (stoicheō), yang berbeda dari kata untuk "berjalan" (peripateō) yang digunakan dalam 5:16—meski dua kata itu secara kasar sama. Sementara peripateō digunakan lebih untuk berjalan sebagai individu, stoicheō menunjukkan berjalan dalam hubungannya dengan orang lain. Terkait dengan stoivcoß (stoichos, "baris"), stoicheō aslinya berarti "berbaris" atau "berada dalam barisan." Kata itu akhirnya memiliki konotasi figuratif "sepakat." Paulus ingin gereja Galatia memeriksa kehidupan mereka dan memastikan hidup mereka selaras dengan Roh, menghasilkan buah Roh (lihat Rom. 8:5, 6). Keinginannya untuk mereka adalah bahwa mereka akan membolehkan Roh Kudus mengarahkan semua tindakan mereka.
TFTWMS: Gal 5:26 - Nasihat Rasul Paulus Untuk Saudara-saudara Nasihat Rasul Paulus Untuk Saudara-Saudara (Galatia 5:26)
26 Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
A...
Nasihat Rasul Paulus Untuk Saudara-Saudara (Galatia 5:26)
26 Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
Ayat 26. Pasal 5 berakhir dengan nasihat ini: Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki. Banyak versi bahasa Inggris menerjemahkan "Marilah kita jangan menjadi" dalam cara yang mirip dengan NASB (lihat ASV; NKJV; NRSV; NIV; ESV' NLT; CJB). Akar kata kerja dalam kasus ini adalah gi/nomai (ginomai), sebuah kata yang sangat umum yang mampu menampung banyak sekali konotasi yang berbeda. Mungkin arti yang paling umum adalah "menjadi," "terjadi," atau "timbul." Namun begitu, kata itu mungkin saja bersifat ganda sebagai kata kerja keberadaan, seperti "menjadi" atau "eksis." Beberapa versi memberikan pengertian itu terhadap kata kerja itu (lihat KJV; NEB; REB, NJB; NCV; CEV; GNT).
Penting diketahui bahwa kata sebenarnya dalam teks Yunani adalah ginw/meqa (ginōmetha), yang merupakan subjunktif kata kerja ginomai. Itu bukan aorist, yang akan mengungkapkan tindakan pada titik tertentu, yaitu, tindakan yang dinyatakan sebagai satu titik dalam waktu (.). Sebaliknya, sebagai present, itu mengungkapkan tindakan yang linear atau terus-menerus (). Untuk alasan ini, perintah negatif itu harus jangan dipahami sebagai sesuatu yang saudara-saudara itu tidak mulai untuk melakukannya, melainkan protasisnya (klausa jika) adalah suatu kenyataan" (James A. Brooks and Carlton L. Winbery, Syntax of New Testament Greek, typeset ed. [Lanham, Md.: University Press of America, 1988], 182). sebagai jenis perilaku yang mereka harus berhenti lakukan (lihat komentar tentang 5:15).
Bagian pertama dari ayat 26 mengatakan, "Janganlah kita gila hormat."117
"Menantang" berasal dari kata Yunani prokale÷w (prokaleō), yang muncul hanya dalam ayat ini dalam Perjanjian Baru. Istilah itu secara harfiah berarti "memanggil seseorang untuk maju." Kata itu sering digunakan dalam literatur Yunani dengan konotasi bermusuhan yang "memprovokasi."118Di sini, beberapa versi menulis "memprovokasi", yang secara jelas mengandung permusuhan (KJV; NKJV; ASV; RSV; NIV; ESV; CJB). Prokaleō menyiratkan "pertempuran atau persaingan."119
Seperti ditulis sebelumnya, pelbagai perbuatan jahat yang Paulus cantumkan dalam 5:9-21 adalah tidak komprehensif, melainkan bersifat mewakili. Ungkapan "dan hal-hal yang demikian" dalam 5:21 mencakup pelbagai perbuatan jahat lainnya yang sifatnya serupa. Masing-masing dari tiga pola perilaku yang rasul itu tambahkan dalam 5:26—"gila hormat," "saling menantang," dan "saling mendengki"—secara jelas memiliki tempat di antara "perbuatan-perbuatan daging." Faktanya, "dengki" adalah dari kata kerja fqone/w (phthoneō), yang kata bendanya phthonos yang terkait muncul untuk "kedengkian" dalam 5:21. Hal ini menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan daging yang Paulus sebutkan tidak sekedar hipotetis; mereka itu merupakan masalah nyata yang mengancam perdamaian gereja-gereja di Galatia.
Nasihat untuk gereja Galatia ini agar menghentikan perilaku buruk mereka menimbulkan pertanyaan apakah guru-guru Yudaisme itu masih berada di tengah-tengah mereka atau tidak. Para komentator bervariasi dalam pendapat mereka. Warren W. Wiersbe menduga bahwa guru-guru Yudaisme itu masih ada di antara mereka: "Guru-guru Yudaisme itu ingin sekali mendapat pujian dan 'kemuliaan yang sia-sia,' dan ini menimbulkan persaingan dan perpecahan. Buah tidak pernah dapat tumbuh di dalam suasana semacam itu."120Cole mempertimbangkan pilihan lain. Salah satu kemungkinan adalah bahwa "mereka yang tidak jatuh ke dalam kesalahan guru-guru Yudaisme kini memegahkan diri atas kekuatan rohani mereka yang unggul." Jika demikian, hal ini mungkin telah membuat orang-orang yang tunduk kepada guru-guru Yudaisme itu merasa cemburu atau penuh kedengkian. Ide lain adalah bahwa di sana hanya ada "perebutan kekuasaan di dalam gereja itu." Dalam hal ini, tidak perlu untuk melihat adanya acuan kepada kontroversi Yudaisme.121
Hal apakah yang mungkin memotivasi orang Kristen untuk menjadi "sombong, saling memprovokasi, saling mendengki" (NKJV)? Bruce mengusulkan bahwa masalah di dalam gereja-gereja Galatia itu disebabkan oleh "perdebatan teologis."122Meski ini mungkin benar, namun kita tidak memiliki cukup informasi untuk memastikannya.
Walter Schmithals berspekulasi bahwa "pneumatik Gnostik" secara jelas digambarkan oleh bahasa dari 5:26.123Meski gambaran tentang bualan kosong (keno÷doxoß, kenodoxos) dapat berlaku untuk orang Gnostik, namun tidak ada alasan untuk membuat kaitan ini di sini. Bruce menjelaskan, Siapa saja yang mengenal baik kehidupan gereja.… tahu bahwa kecenderungan-kecenderungan yang Paulus lawan dalam peringatannya ini—kesombongan rohani, saling provokasi dan kedengkian—dapat muncul di tengah-tengah orang Kristen yang paling awam, yang sungguh tidak bersalah atas gnostikisme atau ekstasi.124
Beberapa sarjana tampak bersemangat untuk menemukan kecenderungan Gnostik dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru; tetapi mereka yang telah melakukan studi secara menyeluruh di lapangan, seperti Bruce, ragu-ragu untuk menerima kesimpulan secara terburu-buru seperti itu. Hal ini umumnya diakui bahwa, meski unsur-unsur komponen Gnostikisme hadir dalam lingkungan umum para penulis terilham, namun unsur-unsur itu belum mulai menyatu menjadi berbagai sistem mereka selama abad pertama Masehi. Oleh karena itu, adalah bijaksana untuk bicara tidak lebih daripada sebuah "Gnostikisme yang baru jadi." Pada abad kedua dan ketiga Masehi, Gnostikisme berkembang sepenuhnya dan mengancam eksistensi gereja.125
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Galatia (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menu...
Penulis : Paulus
Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).
Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41). Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:
- (1) Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya syarat untuk selamat?
- (2) Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?
Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama rasul Paulus.
Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini
- (1) untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan
- (2) menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.
Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa
- (1) Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);
- (2) berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem (bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan
- (3) beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.
- (1) Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus, wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).
- (2) Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena kasih karunia oleh iman kepada Kristus (pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).
- (3) Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).
Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5), dan di semua wilayah yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7), penghalang (Gal 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12). Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia (Gal 1:10), saudara-saudara palsu (Gal 2:4), saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator (Gal 3:1).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:
- (1) Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).
- (2) Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai kehidupan Paulus.
- (3) Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada beberapa jemaat (akan tetapi Lihat "PENDAHULUAN SURAT EFESUS" 08197).
- (4) Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).
Full Life: Galatia (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Gal 1:1-10)
A. Salam
(Gal 1:1-5)
B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan I...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Gal 1:1-10) - A. Salam
(Gal 1:1-5) - B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia
(Gal 1:6-10) - I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi)
(Gal 1:11-2:21) - A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus
(Gal 1:11-24) - B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes
(Gal 2:1-10) - C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus
(Gal 2:11-21) - II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran)
(Gal 3:1-4:31) - A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik
(Gal 3:1-14) - B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat
(Gal 3:15-24) - C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba
(Gal 3:25-4:7) - D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka
(Gal 4:8-20) - E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak
(Gal 4:21-31) - III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis)
(Gal 5:1-6:10) - A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih Karunia
(Gal 5:1-12) - 1. Memelihara Kebebasan Kristen
(Gal 5:1) - 2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat
(Gal 5:2-12) - B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk Memperturutkan
Tabiat Berdosa
(Gal 5:13-26) - 1. Perintah Kasih
(Gal 5:13-15) - 2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa
(Gal 5:16-26) - C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus
(Gal 6:1-10) - 1. Saling Menanggung Beban
(Gal 6:1-5) - 2. Menolong Pelayan Firman Allah
(Gal 6:6) - 3. Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik
(Gal 6:7-10) - Penutup
(Gal 6:11-18)
Matthew Henry: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di sua...
- Surat Paulus ini tidak ditujukan kepada satu atau banyak jemaat di suatu kota, seperti beberapa surat lain, melainkan kepada jemaat-jemaat di suatu negeri atau provinsi, karena Galatia itu sebuah provinsi. Besar kemungkinan bahwa jemaat-jemaat di Galatia ini pertama kali bertobat dan memeluk iman Kristen melalui pelayanan Paulus. Atau, kalau bukan dia yang menanam jemaat, paling tidak ia sudah terlibat menyirami jemaat-jemaat ini, seperti yang tampak jelas dari surat ini sendiri, dan juga dari Kisah Para Rasul 18:23. Dalam Kisah Para Rasul itu, kita mendapati Paulus menjelajahi seluruh negeri Galatia dan kemudian Frigia, untuk meneguhkan hati semua murid. Selama ia berada bersama mereka, mereka menunjukkan penghormatan dan kasih sayang mereka yang teramat besar baik terhadap dia pribadi maupun pelayanannya. Akan tetapi, tidak lama setelah ia tidak lagi bersama mereka, beberapa pengajar yang masih berpegang pada agama Yahudi menyusup di antara mereka. Dengan kepintaran dan hasutan mereka, jemaat-jemaat di Galatia segera saja merendahkan pribadi Paulus dan pelayanannya. Yang menjadi tujuan utama dari para pengajar palsu ini adalah menjauhkan mereka dari kebenaran di dalam Yesus, terutama yang berkenaan dengan ajaran agung tentang pembenaran, yang jelas-jelas mereka selewengkan. Mereka menegaskan pentingnya paduan antara pelaksanaan hukum Musa dan iman di dalam Kristus untuk mendapat pembenaran. Dan, untuk mencapai tujuan ini dengan lebih baik, mereka berbuat semampu mereka untuk merendahkan tabiat dan nama baik Rasul Paulus, dan meninggikan nama baik mereka sendiri di atas kehancuran namanya. Mereka menggambarkan dia sebagai orang yang, kalaupun diakui sebagai rasul, jauh lebih rendah daripada rasul-rasul lain, dan khususnya sebagai orang yang tidak layak mendapat penghormatan seperti Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Ada kemungkinan mereka sendiri mengaku-ngaku sebagai para pengikut rasul-rasul yang disebut terakhir ini. Dan dalam kedua usaha tersebut, mereka luar biasa berhasil. Inilah latar belakang Paulus menulis surat ini. Di dalamnya ia mengungkapkan keprihatinannya yang besar bahwa mereka sudah begitu cepat membiarkan diri dilencengkan dari iman Injil. Di situ juga ia membela tabiat dan wewenangnya sendiri sebagai rasul melawan tuduhan-tuduhan para musuhnya. Ia menunjukkan bahwa baik mandat maupun ajarannya bersifat ilahi, dan bahwa sedikit pun dia, dilihat dari segi mana saja, tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5). Kemudian ia menegaskan dan mempertahankan ajaran Injil yang agung tentang pembenaran oleh iman tanpa menjalankan hukum Taurat, dan mengatasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul dalam pikiran jemaat mengenai ajaran itu. Dan, setelah mengokohkan ajaran yang penting ini, ia menasihati mereka untuk berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang dengannya Kristus sudah membebaskan mereka, memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap penyalahgunaan kemerdekaan ini, dan memberi mereka sejumlah nasihat dan petunjuk yang sangat perlu. Lalu ia menutup surat ini dengan memberi mereka penjelasan yang adil tentang para pengajar palsu yang sudah menjerat mereka, dan pada sisi lain, tentang tabiat dan perilakunya sendiri. Dalam kesemuanya ini, yang menjadi maksud dan tujuannya yang utama adalah mengembalikan mereka yang sudah disesatkan, memantapkan mereka yang mungkin goyah, dan meneguhkan siapa saja di antara mereka yang tetap mempertahankan kesetiaan dan kelurusan hati mereka.
Galilah: Galatia (Garis Besar)
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F....
Bibliografi
Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976.
Bruce, F.F. The Epistle to the Galatians: a commentary on the Greek text. Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans Pub. Co. 1982.
De Witt Burton, Ernest. The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971.
Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984.
Cole, R. Alan. Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983.
Dana H.E. & Mantey J.R. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Literatur SAAT. Malang. 2008, 2014.
Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000.
Gathercole, Simon, J. Galatians, ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008.
George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994.
Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985.
MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987.
MacArthur, John. The MacArthur Study Bible, Word, Nashville, 1997.
Metzger, Bruce M. A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994.
Moo, Douglas. Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013.
Newman Jr. Barclay M. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012.
Robertson, A. T. Word Pictures in the New Testament. Nashville, TN: Broadman Press. 1933.
Shelley, Bruce. Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008.
Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.
Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996.
Wenham, J W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge University Press, Cambridge. 1993
Zodhiates, Spiros. Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993.
Apendiks
Pentingnya Bahasa Yunani
Sebagai bahasa sumber dari Perjanjian Baru, Bahasa Yunani penting dimengerti bagi seseorang yang ingin menangani Firman Tuhan dengan baik. Tidak berarti kita harus menjadi mampu membaca bahasa ini, tetapi sangat membantu kalau kita mengerti arti kata-kata dan juga tata bahasa yang menentukan arti dari kalimat, paragraf dan wacana. Bahasa ini bukan bahasa ajaib, atau luar biasa – Itu hanya bahasa – Jadi kita tidak mencari pengetahuan yang tersembunyi, melainkan hanya pengertian akan fungsinya bahasa ini dalam kaitannya dengan terjemahan-terjemahan yang ada pada kita. Diusulkan supaya Anda jarang membacakan kata Yunani dalam khotbah/pengajaran, kecuali menolong pengertian orang.
Ejaan yang Digunakan di Tafsiran ini
Huruf-huruf Yunani tidak selalu ada yang mirip dalam Bahasa Indonesia, sehingga ejaan yang dipakai di tafsiran ini berfokus pada ucapan yang mirip, bukan pada kesempurnaan. Jadi huruf η dan ε menjadi e saja dan huruf ο dan ω menjadi o saja. Huruf χ dieja kh dan tafsiran ini mengikuti kebiasaan modern untuk mengeja υ sebagai y, seperti dalam kata hyper, kecuali dipakai bersama huruf vokal lain.
Istilah-Istilah Tata Bahasa
Istilah- istilah tata bahasa ini terdapat di Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru.395 Biasanya ada penjelasan singkat sesudah istilah disebut, tetapi kalau saudara mau melihat logika yang mendasarinya, lihatlah lagi penjelasan berikut.
Person/Orang
Bahasa Yunani adalah bahasa yang sangat spesifik tentang pembicara dan pendengar – Ada dijelaskan juga gender daripada orang.
Singular/Tunggal
- 1. Aku/Saya
- 2. Kau/Kamu/Anda
- 3. Dia
Plural/Jamak
- 1. Kita/Kami
- 2. Kalian
- 3. Mereka
Tense
Tense menyangkut waktu dan sifat daripada kegiatan/peristiwa.
Past/Masa Lalu – Ada empat macam yang biasanya dipakai:
Aorist = Masa lalu yang sederhana yang menekankan apa yang terjadi. Mis: Kemarin dia belajar.
Imperfek = Menjelaskan sesuatu yang terus-menerus, atau sedang terjadi di masa lalu. Mis: Kemarin, sementara dia sedang belajar…
Perfek (Sempurna) = Menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi dan sudah selesai/berhasil dengan juga menyangkut apa akibat/dampak daripada peristiwa tersebut. Mis.: Dia sudah belajar (yaitu, sudah punya kualifikasi untuk melakukan pekerjaannya)
Pluperfek = Hampir sama dengan Perfek, tetapi akibat/dampak kurang pasti.
Present/Masa Kini = Sesuatu yang terus-menerus terjadi di masa kini. Mis: Dia sedang belajar.
Future/Masa Depan = Sesuatu yang terjadi di masa depan. Mis: Dia akan/mau belajar.
Suara
Suara Menjelaskan siapa/apa yang berlaku.
Aktif = Fokus ada pada pelaku. Mis: Saya mengasihi Yesus.
Pasif = Fokus ada pada penerima/penderita. Mis: Saya dikasihi oleh Yesus.
Medium = Suara ini mirip yang Aktif tetapi lebih menekankan kelakuan pelaku. Mis: Saya yang selalu mencuci piring!
Modus
Modus menjelaskan sifat daripada kata kerja.
Indikatif menyampaikan fakta-fakta dan apa yang akan terjadi. Mis: Saya akan makan.
Imperatif adalah perintah atau permintaan. Mis: Makan!
Subjunktif menyampaikan kemauan yang kemungkinan besar akan terjadi. Sering dipakai dengan kata hina(supaya) menyatakan tujuan. Mis: Saya memasak supaya kamu bisamakan.
Optatif (Jarang dipakai) sangat mirip Subjunktif tetapi lebih diragu-ragukan. Sering digunakan dalam pemberkatan. Mis: Saya berdoa, kiranya kamu bisa makan.
Infinitif adalah kata kerja yang bersifat seperti kata benda dan bicara secara umum saja. Mis: Makan, itu baik.
Partisip
Partisip adalah kata kerja yang bersifat kata sifat benda, yaitu nomor, gender dan case (tidak dijelaskan di sini) sama dengan subyeknya. Pada dasarnya Partisip adalah kata kerja dan bisa diterjemahkan demikian.
Artikel
Artikel tidak ada dalam Bahasa Indonesia, tetapi artinya mirip dengan ini/itu, di mana sesuatu yang tertentu dimaksudkan. Misalnya di Kis 2 disebut dua kali bahwa orang percaya memecahkan roti, tetapi yang di ayat 42 mempunyai artikel, yang menandai pemecahan roti yang tertentu (perjamuan kudus) dan yang di ayat 46, tanpa artikel, bicara secara umum saja (makan bersama di rumah). Ada banyak contoh lain, jadi hal ini cukup penting dimengerti.
Berikut ada beberapa kombinasi tense, modus, suara yang dipakai di Perjanjian Baru.
Present Aktif Indikatif
Mis: Dia sedang menulis surat.
Present Medium Indikatif
Mis: Dia yang menulis surat itu.
Present Aktif Partisip
Mis: Dia sedang menulis…
Present Pasif Indikatif
Mis: Surat itu sedang ditulis.
Present Aktif Subjunktif
Mis: Dia memberi kertas supaya kamu boleh menulis surat. (Menyangkut harapan)
Aorist Aktif Indikatif
Mis: Tadi dia menulis surat
Perfek Aktif Indikatif
Mis: Dia sudah menulis surat itu. (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Imperfek Aktif Indikatif
Mis: Kemarin, ketika dia sedang menulis surat…
Aorist Pasif Indikatif
Mis: Itu sudah ditulis
Perfek Pasif Indikatif
Mis: Ada tertulis… (Dengan berfokus pada dampak daripada kegiatan itu)
Present Aktif Imperatif
Mis: Tolong tuliskan terus surat-surat itu. (kebiasaan yang diharapkan)
Aorist Aktif Imperatif
Mis: Tulis surat itu! (Kegiatannya penting, atau urgen)
Footnote
1 George, T. Galatians. Nashville: Broadman & Holman Publishers. 1994. Jilid. 30, Hal. 77–78
2 Douglas Moo, Galatians, Baker, Grand Rapids. 2013. Pendahuluan.
3 Moo. Kindle Lokasi 517-521.
4 Moo. Kindle Lokasi 1072-1076.
5 R. Alan Cole, Galatians, Tyndale New Testament Commentaries, IVP, Leicester, 1983. Hal. 29.
6 Cole, Hal. 29.
7 George, Hal. 80.
8 Aorist Aktif Partisip.
9 A. T. Robertson, Word Pictures of the New Testament, ESword. Gal 1:1.
10 Spiros Zodhiates, Th.D. The Complete Word Study Dictionary New Testament, © By AMG International, Inc. Revised edition, 1993. Lihat kata nekros.
11 George. Hal. 85.
12 Nubuatan-nubuatan tersebut sangat mirip dengan istilah-istilah yang Paulus gunakan di sini, kalau LXX, PL terjemahan Bahasa Yunani, dilihat.
13 Lihat penjelasan di apendiks.
14 Aorist Medium Subjunktif.
15 Mounce, Lokasi Kindle 2019.
16 Bruce, Hal. 80.
17 Present Aktif Indikatif.
18 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Analytical lexicon of the Greek New Testament. Grand Rapids, MI: Baker Books. 2000. Lihat kata metatithemi.
19 Present Medium Indikatif.
20 Moo, Kindle lokasi. 2209.
21 Aorist Aktif Partisip.
22 George. Hal. 94-95.
23 Present Aktif.
24 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata tarasso.
25 Ibid. Lihat kata metastrefo.
26 George. Penjelasan pada Gal 1:7
27 H.E. Dana & J.R. Mantey. A Manual Grammar of the Greek New Testament, Prentice Hall, New Jersey, 1957. Lihat kata alla di halaman 240.
28 Present Medium Subjunktif.
29 Present Aktif Imperatif.
30 Present Medium Indikatif.
31 Cole. Hal. 44.
32 Present Aktif Indikatif.
33 Imperfek Aktif Indikatif dan Imperfek Medium Indikatif.
34 Wallace, Daniel, B. Greek Grammar Beyond the Basics, Zondervan, Grand Rapids, 1996. Hal 695.
35 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata gnorizo.
36 Present Aktif Indikatif.
37 Present Aktif Indikatif.
38 Ibid. Lihat kata apokalypsis.
39 Aorist Aktif Indikatif.
40 Ibid, N. F. Lihat kata anastrofe.
41 Arichea, D. C., & Nida, E. A. A handbook on Paul’s letter to the Galatians. New York: United Bible Societies. 1976. Hal. 19.
42 Imperfek Aktif Indikatif.
43 Imperfek Aktif Indikatif.
44 Imperfek Aktif Indikatif.
45 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Hal. 185–186.
46 Ibid, N. F. Lihat kata perissoteros.
47 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata aforizo.
48 Aorist Aktif Partisip.
49 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. kata eudokeo
50 Moo. Kindle Lokasi 2934-2935.
51 Present Medium Subjunktif.
52 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata euthos.
53 Ibid. Lihat kata prosanatithemi.
54 MacArthur, Hal 1651
55 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata historeo.
56 Yohanes 5:2, 19:13, 19:17, 19:20, dan 20:16
57 Present Aktif Indikatif
58 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata idou.
59 Bruce, Hal. 102.
60 Imperfek Aktif Indikatif.
61 Imperfek Aktif Indikatif.
62 Imperfek Aktif Indikatif.
63 Gathercole, Simon, J. ESV Study Bible, Crossway Bibles, Wheaton Illinois, 2008. P2246.
64 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Lihat kata anatithemi.
65 Ibid. Lihat kata dokeo.
66 Present Aktif Subjunktif.
67 Aorist Aktif Indikatif.
68 Aorist Pasif Infinitif.
69 Robertson, lihat penjelasan di Gal 2:4.
70 Aorist Aktif Indikatif.
71 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata diameno
72 Perfek Pasif Indikatif.
73 Lihat penjelasan di Apendiks.
74 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata apostole.
75 Ibid. Kata stylos.
76 Gathercole. P2247.
77 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata anthistemi.
78 Ibid. Kata kataginosko.
79 Lihat di Apendiks
80 Bruce, Hal. 129.
81 Perfek Pasif Partisip
82 Imperfek Aktif Indikatif
83 Imperfek Aktif Indikatif
84 Moo. Kindle Lokasi 3920.
85 Imperfek Aktif Indikatif
86 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata orthopodeo.
87 Moo, Kindle lokasi,4117.
88 Present Aktif
89 Di versi NIV (Bahasa Inggris) bagian ini ada dalam tanda kutip.
90 Moo. Kindle Lokasi 4266.
91 Friberg, T., Friberg, B., & Miller, N. F. Kata oida.
92 Perfek Aktif Partisip
93 George. Jil. 30, hal. 190.
94 Moo. Kindle Lokasi 4532.
95 Perfek Pasif Indikatif
96 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata atheteo.
97 Ibid. Lihat kata dorean.
98 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anoetos.
99 Ibid. Lihat kata baskaino.
100 Perfek Pasif Partisip
101 Ibid. Lihat kata prografo.
102 Robertson. Lihat penjelasan di 3:1.
103 Aorist Aktif Indikatif
104 Moo, Kindle lokasi 4953
105 Lihat instrumental use of the Dative Case di The Elements of New Testament Greek, J. W. Wenham, Cambridge University Press, Cambridge. 1993, Hal. 46.
106 Present Medium Indikatif
107 George. Jil. 30, Hal. 213.
108 Moo. Kindle Lokasi 5011.
109 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata epikhoregio.
110 Present, Aktif Partisip
111 1 Makabe 2: 45-64 – Diterjemahkan oleh penulis
112 Lihat: Moo. Kindle Lokasi 5110. George. Jil. 30, Hal. 217–218.
113 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata logizomai.
114 Present Aktif Imperatif
115 Bruce, Hal. 155.
116 Moo. Kindle Lokasi 5212.
117 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata proeidon.
118 Present Aktif Indikatif
119 Moo, Kindle lokasi 5374.
120 Bruce Shelley, Church History in Plain Language, Thomas Nelson Publishers. 2008. Hal. 32.
121 Present Pasif Indikatif
122 George. Hal. 230.
123 Ibid. Hal. 235.
124 Present Aktif Indikatif
125 Present Aktif Indikatif
126 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata emmeno.
127 Present Aktif Indikatif
128 Present Pasif Indikatif
129 Datif
130 George, Hal. 234.
131 George. Hal. 238
132 Cole. Hal. 99.
133 Cole. Hal. 99.
134 Lihat penjelasan di Apendiks.
135 George. Hal. 244.
136 Moo. Kindle Lokasi 6176.
137 George. Hal. 244.
138 Bruce. Hal. 170
139 Moo. Kindle Lokasi 6198.
140 George. Hal. 248.
141 Perfek Pasif Partisip
142 Terdapat di MacArthur, John. F. Galatians, Moody, Grand Rapids, 1987. Halaman 85. Ada yang mengatakan bahwa Paulus hanya mengutip dari LXX yang agak keliru di ayat ini, tetapi tidak usah kita menyimpulkan begitu, karena penjelasan dari pengulangan perjanjian cukup masuk akal.
143 Lihat di situs: creation.com Maaf, ada dalam bahasa Inggris saja.
144 Present Aktif Indikatif
145 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akuroo dan katargeo.
146 Aoris Aktif Infinitif
147 Ibid. Lihat kata kleronomia.
148 Perfek Medium Indikatif
149 Lihat penjelasan di Apendiks
150 Moo. Kindle Lokasi 6221.
151 Moo. Kindle Lokasi 6372.
152 Cole. Hal. 105.
153 Dari Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal. 76.
154 Moo. Kindle Lokasi 6551.
155 Bruce, F. F. Hal. 180
156 Cole. Hal. 106.
157 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata sugkleio.
158 Aoris Pasif Subjunktif.
159 Ibid. Lihat kata froreo.
160 Kittel, G., Friedrich, G., & Bromiley, G. W. Theological Dictionary of the New Testament Grand Rapids, MI: W.B. Eerdmans. 1985. Hal. 754.
161 Moo. Kindle Lokasi 6590.
162 NKJV, NAS, NIV
163 Penjelasan ini terdapat dari Pdt. Mike Riccardi MDiv, Th.M, dari Grace Community Church, C.A. Sangat membantu!
164 George. Hal. 267.
165 Hina + Subjunktif.
166 Cole. Hal. 108.
167 Bruce, F. F. Hal. 183–184.
168 Ibid. Hal. 183–184
169 Aoris Medium Indikatif
170 Bruce, F. F. Hal. 187.
171 Present Aktif Indikatif
172 Terjemahan PL dalam bahasa Yunani
173 Bruce, F. F. Hal. 189.
174 Present Aktif Indikatif
175 Bruce, F. F. Hal. 192.
176 Moo. Kindle Lokasi 7004.
177 Silva, M. (Ed.). New International Dictionary of New Testament Theology and Exegesis. Grand Rapids, MI: Zondervan. 2014.Edisi 2, Jil. 3, hal. 383)
178 Bruce, F. F. Hal. 192.
179 Bruce, F. F. Hal. 192.
180 Ibid. Hal. 192.
181 Moo. Kindle Lokasi 7113.
182 Perifrastik Pluperfek – Menyangkut cara tidak langsung bicara mengenai sesuatu yang sudah berlalu.
183 Ayat ini disebut protoevangelium oleh para ahli Alkitab, yang berarti ‘Injil Pertama’.
184 George. Hal. 302.
185 Bruce, F. F. Hal. 197
186 Moo. Kindle Lokasi 7275.
187 https://en.wikipedia.org/wiki/Augustus
188 Present Aktif Indikatif
189 Moo. Kindle Lokasi 7313.
190 Bruce, F. F. Hal. 199.
191 Ernest De Witt Burton, The International Critical Commentary Series, Galatians, T & T Clarke, Edinburgh. 1971. Hal. 224.
192 Moo. Kindle Lokasi 7356.
193 Perfek Pasif Partisip
194 Aoris Aktif Indikatif
195 Moo. Kindle Lokasi 7456.
196 Bruce, F. F. Hal. 202.
197 George. Hal. 313.
198 Aoris Aktif Partisip
199 Aoris Pasif Partisip
200 Present Aktif Indikatif
201 Present Aktif Infinitif dan Present Aktif Indikatif
202 Mounce, Kindle Lokasi 7552-7553.
203 Present Medium Indikatif
204 Present Pasif Indikatif
205 Moo. Kindle Lokasi 7560.
206 Ibid. Kindle Lokasi 7560.
207 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata deomai.
208 Present Medium Imperatif
209 Gathercole. Hal. 2252.
210 Perfek Aktif Indikatif
211 Bruce, F. F. Hal. 209.
212 George. Hal. 324.
213 Moo. Kindle Lokasi 7679.
214 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata makarismos.
215 Ernest De Witt Burton. Hal. 245.
216 Perfek Aktif Indikatif
217 Bruce, F. F. Hal. 211.
218 Ibid. Hal. 211.
219 Bruce, Moo dan Burton, antara lain, semua rasa begitu maknanya.
220 Ada naskah-naskah yang menggunakan kata teknia, yang berarti anak kecil, tetapi tekna dianggap asli karena dipakai secara lebih luas dan juga karena lebih sesuai dengan kebiasaan Paulus.
221 Ernest De Witt Burton, Hal. 248.
222 Moo. Kindle Lokasi 7804.
223 Imperfek Aktif Indikatif
224 Moo. Kindle Lokasi 7822.
225 Carr, G. L. Song of Solomon: an introduction and commentary, Downers Grove, IL: InterVarsity Press. 1984. Jil. 19, Hal. 23.
226 Robertson. Lihat penjelasan di 4:24.
227 Ernest De Witt Burton, Hal. 256.
228 Present Aktif Imperatif
229 Present Aktif Partisip
230 Moo. Kindle Lokasi 7976.
231 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata akouo.
232 Bruce, F. F. Hal. 220.
233 Present Aktif Indikatif
234 Moo. Kindle Lokasi 8264.
235 Aoris Pasif Imperatif
236 Present Aktif Partisip
237 Aoris Aktif Imperatif
238 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eremos.
239 Moo. Kindle Lokasi 8264.
240 Moo. Kindle Lokasi 8344.
241 Robertson. Lihat penjelasan di 4:29.
242 Cole, Hal. 185.
243 Aoris Aktif Imperatif
244 Moo. Kindle Lokasi 8594.
245 Present Aktif Imperatif
246 Present Pasif Imperatif
247 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata enekho.
248 Bruce, F. F. Hal. 226.
249 Moo. Kindle Lokasi 8594.
250 Ean (Kalau) + Subjunktif (disunat). Lihat: Black, D. A. It’s still Greek To Me, Baker, Grand Rapids, 1998. Hal. 145.
251 Future Aktif Indikatif
252 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata martyromai.
253 Present Pasif Partisip
254 Wallace, Hal. 344.
255 Ibid, Hal. 535.
256 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata katargeo.
257 Aoris Pasif Indikatif
258 Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology: Revised and Expanded. Buku 1. Literatur SAAT. 2008, 2014. Malang. “Jaminan Kekal," Hal. 385-386.
259 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata apekdekhomai.
260 Moo. Kindle Lokasi 8771.
261 Cole, Hal. 193.
262 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata iskhyo.
263 Ibid. Lihat kata energeo.
264 Ibid. Lihat kata trekho.
265 Imperfek Aktif Indikatif
266 Bruce, Hal. 234.
267 Aoris Aktif Indikatif
268 Moo. Kindle Lokasi 8925.
269 Present Pasif Infinitif
270 Present Aktif Partisip
271 Perfek Aktif Indikatif
272 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata tarasso.
273 Future Aktif Indikatif
274 Moo. Kindle Lokasi 9036.
275 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata anastatoo.
276 Ibid. Lihat kata apokopto.
277 Moo. Kindle Lokasi 9048.
278 Moo. Kindle Lokasi 9144.
279 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aforme.
280 Present Aktif Imperatif
281 Silva, Hal. 790.
282 Bruce, F. F. Hal. 241.
283 Future Aktif Indikatif
284 Present Aktif Indikatif
285 Bruce, F. F. Hal. 242.
286 Present Aktif Imperatif
287 Kata ini bersifat Aoris Pasif Subjunktif, tetapi supaya lebih mudah dimengerti, bentuk aktif dipakai. Lihat juga TB, yang memakai bentuk aktif.
288 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata analoo.
289 Moo. Kindle Lokasi 9435.
290 Kasus Datif menyangkut obyek tidak langsung dan biasanya membawa arti kepada/oleh/melalui. Lihat Wenham, J. W. The Elements of New Testament Greek, Cambridge Press, Cambridge, 1965. Hal. 9.
291 Wallace. Hal. 162, 165-166.
292 Aoris Aktif Subjunktif
293 Wallace. 1996. Hal. 468-469.
294 Present Aktif Indikatif
295 Present Medium Indikatif
296 Present Aktif Subjunktif
297 Present Pasif Indikatif
298 Moo. Kindle Lokasi 9564.
299 Ibid. Kindle Lokasi 9574.
300 Dikutip langsung dari Moo, hal. 9555.
301 Bruce, F. F. Hal. 247.
302 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
303 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata aselgeia.
304 Ibid. Lihat kata farmakeia.
305 Moo. Kindle Lokasi 9625.
306 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 137.
307 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata hairesis.
308 Moo. Kindle Lokasi 9637.
309 Bruce, F. F. Hal. 250.
310 Present Aktif Indikatif
311 Aoris Aktif Indikatif
312 Present Aktif Partisip
313 Future Aktif Indikatif
314 Moo. Kindle Lokasi 9707.
315 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 139.
316 Moo. Kindle Lokasi 9707.
317 Moo. Kindle Lokasi 9740.
318 Silva, Hal. 210.
319 Moo. Kindle Lokasi 9740.
320 Silva, Hal. 210.
321 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 140.
322 Ibid. Hal 140.
323 Bruce, F. F. Hal. 254.
324 Ibid. Hal. 254.
325 Moo. Kindle Lokasi 9792.
326 Aoris Aktif Indikatif
327 Cole, Hal. 223.
328 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, United Bible Societies, New York. 1994. Hal. 529.
329 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata pathema.
330 Cole, Hal. 223.
331 Moo. Kindle Lokasi 9908.
332 Present Aktif Subjunktif – Bentuk ini sering digunakan sebagai perintah, secara khusus dimana orang mau berkata marilah kita. Lihat penjelasan Hortatory Subjunctive di Wallace, Hal. 464-465.
333 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata kenodoksos.
334 Ibid. Lihat kata prokaleo.
335 Moo. Kindle Lokasi 9964.
336 Artinya begitu kalau artikel tidak dipakai. Lihat penjelasan di Apendiks.
337 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata prolambano.
338 Ibid. Lihat kata katartizo.
339 Present Aktif Imperatif
340 Moo. Kindle Lokasi 10005.
341 Present Aktif Partisip
342 Moo. Kindle Lokasi 10014.
343 Present Aktif Imperatif
344 Future Aktif Indikatif
345 MacArthur, Hal. 1799
346 Present Aktif Indikatif
347 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 148.
348 Present Aktif Indikatif
349 Present Aktif Imperatif
350 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata eis.
351 Moo. Kindle Lokasi 10164.
352 Ibid. Kindle Lokasi 10164.
353 Bruce, F. F. Hal. 263.
354 Present Pasif Partisip
355 Present Aktif Partisip
356 Present Pasif Imperatif
357 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 151.
358 Moo. Kindle Lokasi 10252.
359 George, Hal. 423.
360 Future Aktif Indikatif
361 Present Aktif Subjunktif
362 Moo. Kindle Lokasi 10262.
363 Present Aktif Partisip
364 Future Aktif Indikatif
365 Timothy Friberg, Barbara Friberg, Neva F. Miller. Lihat kata egkakeo.
366 Present Aktif Subjunktif
367 Wallace. Hal. 632-633.
368 Cole, Hal. 231.
369 Present Medium Subjunktif – Seperti kita lihat di atas, tetapi suara medium, yang menekankan peran pelaku.
370 Aoris Aktif Imperatif
371 Bruce, F. F. Hal. 268.
372 Moo. Kindle Lokasi 10458.
373 Ibid, Kindle Lokasi 10407.
374 Bruce, Hal. 261
375 Moo, Kindle Lokasi 10476.
376 Bruce, Hal. 268.
377 Moo, Kindle Lokasi 10494.
378 Present Pasif Subjunktif
379 Present Pasif Partisip
380 Ibid, Kindle lokasi 10528.
381 Present Aktif Indikatif
382 Bruce, Hal. 270.
383 Present Medium Infinitif
384 Ibid, Hal. 271.
385 Gathercole. Hal. 2256.
386 Perfek Pasif Indikatif
387 Kata eimi (adalah) yang sifatnya Present Aktif Indikatif, tetapi sulit diterjemahkan.
388 Kata canon dalam bahasa Inggris, dipakai untuk menjelaskan prinsip-prinsip/cara-cara di mana kitab-kitab suci dikumpulkan di dalam Alkitab.
389 Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal 158.
390 Future Aktif Indikatif
391 Bruce, Hal. 275.
392 Moo, Kindle Lokasi 10769.
393 Ibid, Kindle Lokasi 10788.
394 Ibid, Kindle Lokasi 10796. Lihat juga Arichea, D. C., & Nida, E. A. Hal
395 Barclay M. Newman Jr. Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Gunung Mulia, Jakarta. 2012. Hal. Ix-x.
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbit...
GALILAH
Surat Galatia
Simon Pyatt M.Th
Galilah – Tafsiran Galatia
Oleh: Simon Pyatt
Copyright © 2014 - 2019 Simon M C Pyatt
Diterbitkan oleh:
Nulisbuku
www.nulisbuku.com
Penyunting: Michael J. Wewengkang S.Th; MAPC
Desain Sampul: Nulisbuku
Soli Deo Gloria!
Pendahuluan Umum
Bahan ini dimaksudkan untuk membantu orang dalam mempersiapkan pelajaran/khotbah ataupun dalam usaha penerjemahan Firman Tuhan. Tidak dimaksudkan untuk dibacakan saja kepada jemaat, karena bahan ini adalah bahan penelitian, bukan sebuah pelajaran/khotbah.
Terjemahan Alkitab yang dipakai dalam seri Galilah ini, adalah terjemahan literal yang dibuat langsung dari versi bahasa Yunani Nestle Aland. Tujuannya bukan untuk mengganti versi-versi Bahasa Indonesia, ataupun untuk mengutamakan terjemahan literal. Terjemahan literal ini dimaksudkan untuk membantu orang melihat ciri-ciri khas bahasa Yunani, supaya lebih mudah diteliti.
Kalau kita ingin menangani ayat apa saja dari Firman Tuhan dengan baik, harus ada lima macam sudut pandang yang dipikirkan:
- Konteks di dalam Alkitab
- Konteks Sejarah
- Konteks di dalam Penulisan
- Pengertian Arti kata dan Tata Bahasa
- Penerapan Praktis
Konteks dalam Alkitab menyangkut peran ayat yang diteliti di dalam keseluruhan dari wahyu Allah. Jadi sebelum orang menyimpulkan sesuatu, penafsirannya harus dicek dengan bagian-bagian lain di Alkitab yang terkait dengan topik itu. Di buku pedoman ini akan sering dibaca referensi silang, supaya saudara dapat mengerti dan menerapkan dengan baik setiap bagian yang diteliti. Harap saudara mencari lebih banyak referensi.
Kalau kita ingin mengerti dengan benar apa yang dimaksudkan penulis, kita harus mengerti Konteks Sejarah. Langkah ini adalah melakukan penelitian pada budaya setempat, penanggalan kitab, dan peristiwa sejarah yang mungkin berdampak, juga apa yang diketahui mengenai penulis dan tokoh-tokoh di dalam kitab tersebut. Di buku pedoman ini, sering akan ada referensi pada sejarah dan budaya.
Sering kali, salah paham terjadi apabila orang hanya mendengar sebagian dari perkataan orang dan tidak mendengar keseluruhan dari wacananya. Hal ini bukan hanya mengakibatkan banyak salah paham, tetapi bahkan doktrin yang keliru.
Dalam hal penafsiran Firman Tuhan. Setiap ayat di Alkitab harus dimengerti menurut Konteks di dalam Penulisan. Sebelum bagian Firman Tuhan diteliti di buku ini, selalu akan ada garis besar, tema dan sub tema, hal ini untuk menjaga supaya tidak mungkin lari dari konteks.
Pengertian Arti Kata dan Tata Bahasa juga sangat penting. Setiap bahasa mempunyai tata bahasa, muatan kata dan kiasan-kiasan yang cukup unik dan indah. Jadi kalau kita ingin menerjemahkan ataupun mengerti suatu ayat, kita perlu mengerti struktur dan maksud dari bahasa sumber itu. Oleh karena itu, bahan ini menjelaskan muatan kata, arti kiasan dan juga secara sederhana menjelaskan tata bahasa. Kalau orang mau belajar lebih dalam mengenai tata bahasa Yunani, ada bagian Apendiks di belakang yang menyediakan penjelasan.
Allah tidak hanya menghendaki gerejanya mengerti Firmannya, Dia ingin supaya Firman itu mengubahkan kita. Oleh karena itu pengajaran Firman Tuhan harus ada Penerapan Praktis yang mengalir dengan alami dan tepat dari bagian yang dipelajari. Penerapan-penerapan di pedoman ini ditandai dengan lambang panah. Ini tidak dimaksudkan menjadi keharusan, melainkan usulan saja dan dorongan untuk saudara memikirkan penerapannya bagi jemaat.
Galilah!
Galilah: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Fi...
Pendahuluan Galatia
Sangat jelas bahwa penulis dari surat Galatia ini adalah Paulus sendiri. Kita tidak perlu kembali melihat siapkah dia dari Firman Tuhan karena dia sangat terkenal. Ada satu penulis dari abad yang kedua yang menulis apa yang pernah dia dengar mengenai rasul ini:
Dia adalah orang yang cukup kecil badanya, yang kepalanya botak dan kakinya bengkok. Dia kuat secara fisik, alis matanya bertemu di tengah dan hidungnya bengkok. Dia penuh keramahan, yaitu, satu saat dia kelihatan seperti manusia, tetapi saat lain tampil seperti malaikat.1
Kata Galatia mempunyai dua arti pada waktu Paulus menulis suratnya, yaitu provinsi Galatia dan etnis Galatia. Kemungkinan besar yang dimaksudkan Paulus di surat ini adalah Provinsi Galatia, yang dia kunjungi dua kali dalam Perjalanan Misi pertamanya. Gereja-gereja yang ditanam di sana termasuk Antiokhia di Pisidia (Kis 13:14-50), Ikonium (Kis 13:51-14:7), Listra (Kis 14:8-19) dan Derbe (Kis 14:20-21). Memang masuk akal melihat beberapa gereja ini karena surat Galatia adalah surat satu-satunya di mana Paulus berkata bahwa dia menulis kepada beberapa gereja di satu provinsi.(Gal 1:2)2 Tidak ada bukti sedikitpun bahwa Paulus menanam gereja di bagian Galatia etnis yang terletak agak ke utara.
Kemungkinan besar Paulus menulis surat ini sebelum Sidang Besar yang diadakan di Yerusalem (Kis 15), karena kalau orang Galatia mengalami tekanan dari partai sunat dan Paulus ditugaskan membawa surat hasil Sidang, mengapa surat itu tidak dikutip sedikitpun dalam surat ini? Itu sebabnya lebih baik kita simpulkan bahwa Paulus menulis sesudah dia pulang dari Perjalanan Misi yang pertama sebelum dia diutus ke Yerusalem. (48 Masehi)3 Kalau begitu, sangat masuk akal juga mengapa dia katakan bahwa mereka “begitu lekas berbalik” karena pengaruh dari partai sunat – Memang cepat!
Tema dari surat Galatia adalah keselamatan yang diperoleh hanya melalui iman saja, bukan hasil perbuatan baik. Kita harus mengingat bahwa penjangkauan di antara orang non-Yahudi masih cukup baru bagi gereja mula-mula ini. Jadi tentu saja ada proses di mana gereja yang dari mulanya mengalir dari agama Yahudi, harus membahas peranan Hukum Taurat dalam kehidupan mereka sebagai orang percaya. Oleh ilham Allah, kesimpulan yang Paulus tulis adalah, Hukum Taurat tidak menyelamatkan, atau tidak membenarkan. Fungsinya Hukum Taurat adalah untuk menyoroti dosa. Sebenarnya fungsinya sama di Perjanjian Lama, tetapi orang yang berdosa pada masa tersebut, boleh membawa korban ke bait Allah untuk dipersembahkan menebus dosa mereka. Jadi pada masa Perjanjian Lama pun, terlihat bahwa iman yang menyelamatkan. Masalanya adalah dengan Kristus memberi diri menjadi Korban Penebusan satu kali untuk selama-lamanya, sistem pengorbanan di Bait Allah menjadi usang, sehingga Allah tidak lagi menerima korban tebusan. Jadi kalau orang berusaha kembali kepada ketetapan-ketetapan Perjanjian Lama sebagai dasar pembenaran, maka mereka hanya menemukan Hukum Taurat tanpa sistem pengorbanan, sehingga hanya menjadi nyata bahwa mereka orang berdosa dan tidak ada jalan keselamatan.4 (Ibr 8:6-13) Sebagai penerapan dari tema besar ini, dari Gal 5 Paulus mulai bicara mengenai kebebasan kita di dalam Kristus dan pelayanan Roh Kudus di dalam orang percaya, menurut pengertian yang terdapat di nubuatan-nubuatan yang sangat jelas mengenai Perjanjian Baru, yaitu Yeremia 31:31-34 dan Yehezkiel 36:25-27, yang menyatakan bahwa Roh Kuduslah yang menjadi kekuatan dan dorongan di dalam diri orang percaya, sehingga dia hidup berkenan kepada Allah. Dari segi gaya, surat ini sering disebut sebagai draf daripada surat Roma, karena begitu mirip isinya.5
Ada yang menganggap bahwa Paulus bertentangan dengan Yakobus di surat ini, tetapi kalau menggali lebih dalam mengenai hubungan mereka dan maksud penulisan, ternyata mereka teman, yang sangat setuju mengenai jalan keselamatan. Di Gal 1:19 kita lihat bahwa Paulus mengenal Yakobus, lalu di Gal 2:9-10 Paulus memberi kesempatan untuk para sokoguru jemaat memberi masukan pada Injil yang dia sampaikan. Tentu kalau Yakobus tidak setuju mengenai keselamatan oleh iman saja, dia pasti protes. Tetapi yang kita lihat di sana adalah persetujuan, persekutuan, bahkan pengutusan dan tambahan yang mereka usulkan hanya menyangkut pelayanan kepada orang miskin saja. Ada salah paham mengenai Gal 2:12, seolah-olah Yakobus mengutus orang untuk memata-matai kebebasan orang percaya di Antiokhia, tetapi bukan itu yang dicatat di sana. Petrus hanya mengantisipasi apa yang akan terjadi ketika kabar ini sampai di telinga partai sunat di Yerusalem, yang juga berselisih pendapat dengan Petrus waktu dia kembali dari pelayanannya kepada Kornelius. (Kis 11:2-3) Kita juga lihat di surat hasil Sidang Yerusalem, yang menurut ahli-ahli bahasa, ditulis oleh Yakobus, berbunyi begini:
Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami,yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. (Kis 15:24)
Kita juga perlu memperhatikan bahwa maksud Paulus dengan menggunakan kata dibenarkan (dikaioo), berbeda daripada Yakobus, yang menulis sebelumnya. Pada waktu itu, kata tersebut paling sering membawa pengertian dibukti benar, tetapi Paulus menggunakannya menurut pengertian yang lain, di mana itu boleh berarti dibuat benar. Jadi ketika Paulus menggunakan kata ini di surat Galatia, maksudnya adalah orang berdosa dibuat benar dengan cara percaya saja dalam Kristus. Tetapi Yakobus berkata bahwa Abraham, 30 tahun sesudah dia dibuat benar,(Kej 15:6, Rom 4:1-5) dibukti sebagai orang benar ketika dia siap mengorbankan Ishak. (Kej 22, Yak 2:21-23) Jadi sebenarnya tidak ada pertentangan sedikitpun antara mereka, dalam hal pembenaran. Sama juga kalau kita meneliti pikiran mereka mengenai peran dari Hukum Taurat. Kalau Paulus bicara mengenai peran Hukum, itu berkaitan dengan keselamatan, di mana Hukum tersebut tidak menjadi jalan keselamatan, melainkan menyatakan dosa sehingga orang berseru kepada Sang Penebus. Kalau Yakobus bicara mengenai Hukum Taurat, itu menyangkut orang yang sudah percaya, di mana Hukum tersebut menyatakan dosa yang masih ada pada mereka supaya mereka bisa mengaku dan mengalami perubahan, dan dengan demikian itu boleh disebut sebagai “Hukum yang Memerdekakan”. (Yak 1:25, 2:12) Kalau kita memperhatikan perkataan Paulus di 2 Tim 3:16, ternyata dia setuju juga. Yang sangat indah di surat ini adalah kita melihat hati dan pengalaman Paulus, dicatat langsung oleh dia dalam Gal 1 dan 2, yang memperkaya wawasan kita mengenai rasul ini.
Jerusalem: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas
mendjeladjah Siprus, la...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT-UMAT GALATIA
KATA PENGANTAR
Pada perdjalanan pertama (Kis. Ras. 15:2-14:28) Paulus dan Barnabas mendjeladjah Siprus, lalu menjeberang ke Asia-Ketjil, mendarat di Perge, di Pamfilia, lalu mula-mula pergi keutara sampai ke Antiochia di Pisidia, kemudian ketimur dan mendirikan umat-umat di Ikonium, Listra dan Derbe, tiga kota besar didaerah Likaonia. Likaonia dewasa ini merupakan bagian selatan dari propinsi Romawi, jang disebut "Propimi Galatia".
Pada perdjalanan kedua, (Kis.Ras. 15:36-18:22) Paulus dan Silas memilih djalan darat, dan melalui Siria dan Silisia mereka datang ke Likaonia pula, lalu mengundjungi umat-umat disitu jang berkembang pesat dan "meneguhkan iman" umat- umat itu.
Dari Likaonia Paulus bermaksud berdjalan ke Barat, tetapi Lukas mentjatat: mereka "ditjegah oleh Roh Kudus, lalu pergi keutara dan melintasi Frigia dan daerah Galatia". Demikian tjatatan Lukas jang sangat pendek. Tetapi Paulus tidak "melintasi" begitu sadja, tanpa mengadjar dan mendirikan umat-umat. Bdl. Kis. Ras. 18:23. Tentu pada kundjungan itu terdjadi apa jang kita batja dalam surat "kepada umat-umat Galatia" ini 4:13-15.
Jang dimaksudkan Lukas dengan "daerah Galatia", tentu bagian utara dari propinsi Galatia asli, jang sebelum didjadjah oleh orang Romawi merupakan satu keradjaan berdaulat. Penduduknja adalah imigran dari Eropah-Barat, Daerah Galia, jang sekarang masuk negeri Perantjis. Sesampai di Asia-Ketjil mereka masuk tentara seorang radja disitu, dan sesudah perang, karena djasanja jang istimewa, mereka diberi sebagian dari wilajah radja itu, untuk didjadikan keradjaan berdaulat bagi mereka sendiri.
Ada buktinja tjukup bahwa dengan "umat-umat Galatia" dalam djudul surat ini dimaksudkan Galatia jang asli itu, jaitu bagian utara dari propinsi Romawi jang disebut Galatia.
Umat-umat itu dikundjungi Paulus djuga pada perdjalanannja jang ketiga (Kis. Ras. 18:23). Setelah "diteguhkannja iman" umat-umat disitu ia pergi kearah barat, lalu menetap dua tiga tahun lamanja di Efesus, pusat penting untuk pemakluman Indjil dan pemimpinan segala umat di Asia-Ketjil, Achaja dan Masedonia.
Rupanja di Efesus Paulus mendapat kabar, bahwa umat-umat di Galatia didatangi pengadjar-pengadjar dari Palestina, jang mengadjarkan bahwa orang-orang bukan Jahudi jang bertobat wadjib disunat dan mengikuti hukum dan adat-istiadat Jahudi, kalau mau diselamatkan. Paulus djengkel dan gelisah dan segera menulis surat ini. Pada kundjungan jang pertama dari Paulus, umat-umat disitu menjambut Indjil dengan gembira dan belum ada kesulitan-kesulitan. Tetapi pada kundjungannja jang kedua, Paulus sudah terpaksa memperingatkan mereka, supaja waspada terhadap pengadjar-pengadjar palsu. Lih. 1:9. Dan jang dichawatirkan pada kundjungan jang kedua mendjadi kenjataan. Saudara-saudara palsu itu bukan sadja mengandjurkan persunatan dan penganutan hukum taurat, melainkan djuga mempersalahkan adjaran Paulus dan menandaskan bahwa ia bukan rasul sedjati dan "Indjil" nja tidak benar. Dan dari isi dan suasana tulisan Paulus kini kita mendapat kesan, bahwa sudah ada anggota-anggota jang pertjaja akan adjaran- adjaran dan pefitnahan pengadjar-pengadjar Jahudi tersebut,serta menganut mereka. Kita mengerti bahwa harena kabar itu Paulus sangat tjemas malah gelisah, kalau-kalau umat-umat tertjinta itu tersesat dari kebenaran Indjil dan didjauhkan dari Paulus dan Kristus. Lagi pula beban orang jang telah bertobat terlalu diberatkan, tanpa faedah sedikitpun, kalau mereka mengikuti andjuran- andjuran orang-orang Jahudi itu, dan tentu pertobatan orang-orang jang belum masuk umat sangat disukarkan. Ketjemasan dan kegelisahan Paulus tampak sekali dalam surat. Tak ada suratnja jang lain, jang begitu hebat gajanja. Tetapi jang tampak njata sekali pula ialah, bahwa kegelisahan dan kedjengkelan Rasul, djuga kalau ia membela diri, bukan karena ia merasa tersinggung kehormatannja, melainkan semata-mata berpokok pada tjinta kerasulan jang mesra kepada umat Kristus jang tertjinta, jang terantjam kesetiaannja dan kemurnian imannja. pembelaan kewibawaan untuk mempertahankan pengaruh kerasulannja memang menondjol dalam seluruh surat, tetapi, terdapat didalamnja djuga adjaran-adjaran pokok dan pengertian-pengertian keagamaan jang penting sekali, mengenai hakekat dan sjarat-sjarat keselamatan, dalam Kristus. Adjaran-adjaran itu didalam surat ini tegas dan tepat, tetapi ringkas, jang kemudian diuraikan dengan pandjang lebar sebagai atjara pokok dalam surat kepada umat Roma.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Penyembahan berhala (Galatia 5:20)
Banyak orang yang hidup di dalam dunia modern, canggih sekarang ini akan menganggap penyembahan berhala dari perio...
Penyembahan berhala (Galatia 5:20)
Banyak orang yang hidup di dalam dunia modern, canggih sekarang ini akan menganggap penyembahan berhala dari periode Yunani-Romawi sebagai primitif dan kekanak-kanakan. Namun begitu, bisakah terjadi bahwa di zaman sekarang kita dihadapkan dan dicobai oleh berhala-berhala? Adakah fenomena yang sebanding dengan penyembahan berhala kuno dalam situasi kita saat ini?
Paulus menasihati saudara-saudara di Efesus untuk "jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih" (Efe. 5:1) dan kemudian menambahkan sebuah tantangan yang mengejutkan:
Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. … Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah (Efe 5:3-5; huruf miring ditambahkan).
Begitu pula, Paulus menyurati gereja Kolose tentang keadaan mereka yang telah mengalami kematian rohani dan kebangkitan bersama Kristus. Ia mendesak mereka untuk tetap di jalan kekudusan mereka. Mereka harus melakukan ini dengan mematikan apa yang masih tersisa dari dosa di dalam daging mereka: "Karena itu matikanlah anggota-anggota tubuhmu yang ada di dunia, yaitu percabulan, kenajisan … dan ketamakan, yang merupakan penyembahan berhala"(Kolose 3:5; NKJV; huruf miring ditambahkan).
Dapatkah ketamakan benar-benar menjadi sangat buruk sehingga dapat menyingkirkan orang, bahkan orang Kristen, dari sorga? Mereka yang ingin "kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan" (1 Tim. 6:9). Meski kekayaan harus dinikmati sebagai berkat dari Allah, godaan yang melekat adalah menjadi sombong dan percaya kepada kekayaan daripada kepada Allah (1 Tim. 6:17). Dalam hal ini, ketamakan disamakan dengan penyembahan berhala. Apa pun yang merebut tempat Allah dalam kasih sayang dan pengabdian kita, atau apa saja yang kita biarkan untuk menjadi dasar kepercayaan diri kita, telah menjadi berhala bagi kita.
Kata-kata Yesus kepada ahli Taurat muda yang kaya yang datang kepada Dia karena ingin menjadi murid-Nya tampaknya kasar: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku" (Mrk. 10:21b). Ayat berikutnya menunjukkan hasil yang tragis: "Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya" (Mrk. 10:22). Mengapakah Tuhan menaruh hambatan yang sangat besar pada jalan pencari kebenaran yang bermaksud baik ini?
Yesus, yang "menaruh kasih padanya" (Mrk 10: 21a), melihat penghalang yang sudah ada di sana. Ia tahu keterikatan kuat pemuda itu dengan kekayaannya. Tidak diragukan lagi, orang itu tulus dan jujur. Sebelum bertemu dengan Tuhan, ia tidak memiliki firasat bahwa ia adalah seorang penyembah berhala. Meski begitu, kepercayaan dirinya adalah kepada kekayaannya, dan membuat penemuan yang traumatis ini terlalu berat bagi dia. Yesus telah menyatakan dalam Khotbah di Bukit, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat. 6:24).
Kita harus memeriksa diri kita sendiri dalam terang pertemuan yang menyentuh ini. Meski Yesus lebih mengasihi kita daripada nyawa-Nya sendiri, namun Ia tidak dapat mengkompromikan kebenaran yang sangat penting mengenai hubungan kita dengan hal-hal duniawi dan Allah. Penyembahan berhala adalah penghalang antara Allah dan manusia. Ketika harta menguasai pemiliknya dan pemiliknya menjadi budak harta, ia tidak dapat lagi menjadi hamba Allah.
Ada sisi positif dari cerita ini. Murid-murid, yang secara jelas terganggu oleh kata-kata Yesus, bertanya, "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" (Mrk. 10:26). Yesus menjawab, "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah" (Mrk. 10:27). Oleh karena itu, harapan diulurkan kepada semua orang.
Dua nas yang ditulis oleh Paulus patut mendapat perhatian khusus sehubungan dengan penyembahan berhala di dalam Perjanjian Baru:
Karena banyak orang hidup, yang tentang mereka aku sudah sering beritahu kamu, dan sekarang memberitahu kamu bahkan dengan menangis, bahwa mereka adalah musuh salib Kristus: yang akhirnya adalah kebinasaan, yang tuhannya adalah perut mereka, dan yang kemuliaannya adalah aib mereka—yang pikirannya tertuju kepada perkara-perkara duniawi (Flp. 3:18, 19; NKJV).
Sekarang aku desak kamu, saudara-saudara, tandailah mereka yang menyebabkan perpecahan dan pelanggaran, yang bertentangan dengan doktrin yang kamu pelajari, dan hindarilah mereka. Karena orang-orang seperti itu tidak melayani Tuhan kita Yesus Kristus, tetapi perut mereka sendiri, dan dengan kata-kata yang lembut dan ucapan yang menyanjung menipu hati orang-orang awam (Rom. 16:17, 18; NKJV).
Orang-orang dalam nas ini tanpa diragukan lagi memiliki pengaruh dalam gereja; namun begitu Paulus menganggap mereka sebagai penyembah berhala. Tujuan mereka adalah keuntungan duniawi daripada melayani kepentingan Kristus. Mereka ingin memuaskan selera fisik mereka ("perut mereka"). Dengan menggunakan bahasa 2 Timotius 3:4, mereka "lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." Mereka membolehkan hawa nafsu untuk merebut posisi yang secara eksklusif milik Allah.
Suatu bangsa bisa menjadi penyembah berhala dengan bersandar pada kekuatannya sendiri dan melupakan penyediaan Allah. Kita tidak boleh menganggap penyembahan berhala telah menjadi barang masa lalu. Sepasti Iblis itu sendiri tetap aktif sekarang ini, musuh bebuyutan itu hanya mengubah bentuk berhala yang dengannya ia menghadapi kita. Mereka mungkin tidak terlihat seperti berhala, tapi mereka adalah berhala. Penyembahan berhala dan Iblis sama-sama belum lenyap sekarang ini.
Godaan Perseteruan (Galatia 5:20)
Kata "antipati" menunjukkan "perasaan menentang." Kadang-kadang sikap negatif terhadap seseorang dapat melawan penjelasan. Kita sekedar tidak menyukai orang tersebut dan percaya bahwa kita tidak dapat mengubah perasaan itu. Tuhan kita sendiri memahami kecenderungan manusia terhadap kesukaan pribadi. Misalnya, Ia memiliki hubungan khusus dengan Maria, Marta, dan Lazarus (Yoh. 11:3, 5). Selanjutnya, Ia memiliki hubungan yang dekat dengan Yohanes, "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh. 19:26; lihat 20:2). Kita tahu bahwa Yesus selalu memperlihatkan jenis kasih agapē yang penuh kebaikan kepada semua orang; namun karena Ia merasakan kasih persahabatan, secara emosional tertarik kepada orang-orang tertentu yang sangat disayanginya, kemungkinan besar Ia juga bersikap antipati terhadap orang lain tertentu. Bagaimanapun, kita harus ingat bahwa Ia "telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (Ibr. 4:15).
Terekspos kepada godaan, bahkan ketika itu mencengkeram kita, belumlah berdosa. Kita perlu belajar dari Tuhan kita untuk peduli kepada sesama kita. Kita diperintahkan untuk mengasihi (ajgapa/w, agapaō), terlepas apakah kita menyukainya atau tidak. Sepasti kita dapat belajar mengasihi—menginginkan dan melakukan apa yang menjadi kepentingan terbaik orang lain—kita juga dapat memilih untuk tidak membiarkan perasaan yang tidak baik itu membengkak menjadi permusuhan atau kebencian. Yohanes memperingatkan, "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya" (1Yoh. 3:15). Murid yang dikasihi itu melanjutkan, Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. (1Yoh 4:20, 21).
Mengatasi Perselisihan Lewat Kepemimpinan Yang Melayani (Galatia 5:20)
Pada suatu konferensi yang dirancang khusus untuk para pelayan, para penatua, dan para diaken, pertanyaan ini diajukan: "Apakah yang kita lihat sebagai masalah yang menonjol mengenai model kepemimpinan yang harus diatasi dalam abad dua puluh satu?" Salah satu jawaban yang paling mengejutkan, dan yang mendapat dukungan umum, adalah "mengejar pemikiran sendiri yang dilakukan oleh para pemimpin gereja." Sikap seperti itu sangat berlawanan dengan apa yang Tuhan kita inginkan dan dengan teladan yang Ia sudah berikan. Yesus "datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mat. 20:28). Pernyataan ini disampaikan kepada anak-anak Zebedeus yang terlalu ambisius, yang tampaknya telah mencontohkan persoalan yang sedang dibahas. (Lihat juga kasus Diotrefes dalam 3 Yoh. 9, 10.)
Seorang penatua pernah berkata kepada suatu jemaat, "Salah satu penyebab utama perpecahan di dalam gereja adalah para anggota yang menolak untuk mematuhi otoritas para penatua." Maksud itu dapat dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan semacam itu dapat menjadi petunjuk tentang adanya masalah lain. Kata "otoritas" (ejxousi/a, exousia), meski kata itu memang digunakan dalam kaitannya dengan para rasul, tidak pernah muncul dalam Perjanjian Baru yang berkaitan dengan para penatua atau para penginjil.136Mengapa? Mungkin untuk alasan yang diberikan dalam Matius 20:25, 26, di mana Yesus berkata kepada murid-murid itu, "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (huruf miring ditambahkan). Contoh orang bukan Yahudi adalah kebalikan dari contoh kepemimpinan yang Yesus berikan kepada murid-muridNya (lihat 1 Pet. 5:1-4).
Siapa saja yang memberitakan injil Allah harus mewartakannya dengan kuasa. Namun begitu, itu bukan kuasanya sendiri, melainkan milik Allah sendiri. Banyak konflik gereja disebabkan oleh perilaku para pengkhotbah dan/atau para penatua yang gagal memahami model kepemimpinan yang melayani. Semua kuasa telah diberikan kepada Tuhan Yesus (Mat. 28:18-20), dan ia mendelegasikan kuasa itu kepada para rasul-Nya untuk pergi ke seluruh dunia dan melengkapkan wahyu yang baru saja Ia mulai nyatakan kepada mereka.137Bahkan para rasul itu tidak boleh melakukan pelayanan mereka dengan kuasa yang sombong, seolah-olah mereka penguasa dan ingin berkuasa. Sebaliknya, mereka harus memiliki semangat yang rendah hati, tunduk seperti yang dimiliki oleh Tuan mereka, Yesus, yang datang untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan dunia.
Mempromosikan Kesatuan (Galatia 5:20)
Kesatuan adalah masalah yang sangat penting bagi hati Tuhan kita. Dalam Yohanes 17, Ia terlebih dahulu berdoa untuk kesatuan Dua Belas rasul dan kemudian untuk kesatuan orang-orang yang akan percaya kepada Dia melalui pemberitaan mereka. Bagaimanapun, Yesus telah datang ke dunia untuk tujuan utama membawa manusia bersama-sama ke dalam sebuah komunitas yang diselamatkan. Paulus menjelaskan, Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu (Efe. 2:14-16).
Pencapaian ini meminta Dia tidak kurang daripada darah nyawa-Nya ketika Ia menanggung penderitaan salib. Dalam peristiwa yang mengerikan itu, Ia menjadi lambang dosa seluruh umat manusia (2 Kor. 5:21). Seberapa lebih jauh lagikah Ia dapat mengungkapkan apa yang ada di hati Allah? Seperti yang akhirnya Petrus sadari, "Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya" (Kisah 10:34, 35).
Meski begitu, kita masih berjuang untuk memahami dan mempraktikkan pelajaran mendasar tentang Allah kita ini. Manusia terkadang bergumul dengan prasangka etnis dan perasaan superioritas rasial—meski kita tidak akan pernah mau mengaitkan diri kita dengan orang-orang yang mengklaim status seperti "ras unggul." Kata-kata Paulus berikut ini menyisipkan semua pertimbangan seperti itu:
Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (3:26-29; huruf miring ditambahkan).
Apa saja yang mengganggu dan memecah kesatuan anak-anak Allah adalah setan dan tidak dapat ditolerir di tengah-tengah kita. Sikap memihak, atau "memandang orang," sama sekali asing bagi hati Allah. Ketika konflik mengganggu kedamaian, gereja harus berkumpul dalam perhimpunan dan menangani masalah itu. Ketika sikap tertentu mengganggu kedamaian tubuh Tuhan, ketika beberapa orang tidak mau didamaikan setelah hubungan mereka terputus, ketika perilaku memalukan yang merendahkan nama Allah dan Anak-Nya, Yesus Kristus telah terjadi—situasi ini harus mendapat perhatian.
Di Korintus, masalahnya adalah "percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya" (1 Kor. 5:1). Saudara-saudara itu saling menuntut satu sama lain di pengadilan untuk memastikan kasus mereka diadili (1 Kor. 6:6). Dalam kasus pertama, Paulus memerintahkan saudara-saudara ini, "Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu" (1 Kor. 5:13). Pada kasus kedua, ia berkata, "Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?" (Lihat 1 Kor. 6:7).
Paulus sadar sepenuhnya bahwa beberapa perbedaan tidak dapat dihindari. Bahkan semua ini, ia menyiratkan, dapat dibuat untuk melayani tujuan Allah dan menjelaskan siapa murid yang sebenarnya (1 Kor. 11:18, 19). Namun demikian, bila kejahatan semacam itu dilakukan terhadap tubuh Kristus oleh salah satu anggotanya, perilaku orang itu adalah sangat tercela sehingga dosanya harus dinyatakan. Selanjutnya, dosa itu harus dihukum dengan mengucilkan dia dari persekutuan di dalam tubuh Tuhan (1 Kor. 5:11; 2 Kor. 2:6). Inilah yang Paulus katakan dalam Roma 16:17 tentang orang-orang yang menimbulkan perpecahan di dalam tubuh.
Paulus tidak merinci alasan-(alasan) atau cara-cara yang dengan itu seseorang menimbulkan "perpecahan" dan "rintangan" (menimbulkan sandungan), kecuali bahwa hal itu "bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima" (Rom. 16:17). Semua tindakan semacam itu adalah "perbuatan-perbuatan daging," yang orang Kristen harus hindari (Gal. 5:19-21). Perbuatan itu sangat berlawanan dengan hidup dalam Roh. Gereja Allah, di dalam mana orang Kristen memperoleh kewarganegaraan (Flp. 3:20), adalah kumpulan anak-anak Allah yang telah dipanggil untuk memperlakukan diri mereka sendiri—bahkan dalam dunia jahat saat ini di mana mereka sekarang hidup—sebagai warganegara dari alam rohani yang lebih tinggi, "kerajaan Allah" (Gal. 5:21). Mereka harus hidup sebagai "orang-orang kudus," atau "kaum yang kudus"; karena mereka sudah kudus. Gereja, apakah yang kita maksudkan satu jemaat di wilayah tertentu atau keseluruhan gereja di seluruh dunia, adalah tubuh Kristus, manifestasi duniawi dari kerajaan kekal Allah. Adalah tujuan Allah bahwa gereja harus dibuktikan melalui kehidupan kudus para anggotanya, sehingga dunia yang berdosa tidak bisa tidak melihat perbedaannya. Kita harus bersinar seperti terang dalam kegelapan—cahaya yang tidak hanya memancarkan keindahan kehidupan Kristus tapi juga mengungkapkan kejahatan, kekejaman, dan kebobrokan di dalam dunia (Mat. 5:14-16; 2 Kor. 4:6; Efe. 5:8-11).
Kita harus dengan sungguh-sungguh mencoba untuk mempraktikkan kesatuan yang Yesus doakan dalam Yohanes 17:21: "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Tujuan doa ini adalah bahwa murid-murid-Nya, di sepanjang abad-abad yang tersisa dari umur dunia ini, harus disempurnakan dalam jenis kesatuan yang sama yang Yesus miliki dengan Bapa. Kesuksesan kita untuk menjangkau orang lain dengan injil Kristus yang menyelamatkan bergantung pada kesatuan semacam itu.
Doa Yesus itu harus menyadarkan kita betapa jahat dan merusaknya perpecahan itu sebenarnya. "Ada pembuat onar di setiap gereja," seseorang mungkin berkata. Paulus tidak memberi kelonggaran seperti itu. Justru sebaliknya, ia berkata, pada dasarnya, "Bersihkan rumah! Singkirkan orang seperti itu sebelum kanker menyebar dan menginfeksi seluruh tubuh rohani di mana Anda menjadi anggotanya dan menggagalkan tujuan ilahinya di dunia." Perselisihan tidak dapat ditolerir dalam tubuh rohani Tuhan kita. Tubuh itu merupakan miniatur alam sorgawi yang dirancang untuk menunjukkan kemuliaan-Nya di dalam dunia kegelapan yang sesat dan frustrasi ini.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) PASAL 5
HIDUP ORANG KRISTEN (BAGIAN 1)
Pasal 5 dimulai dengan penerapan singkat tentang kiasan Hagar dan Sara di ayat 1. Setelah penerapan ini, mun...
PASAL 5
HIDUP ORANG KRISTEN (BAGIAN 1)
Pasal 5 dimulai dengan penerapan singkat tentang kiasan Hagar dan Sara di ayat 1. Setelah penerapan ini, muncul sebuah bagian baru, 5:2-6:10, yang menggambarkan hidup orang Kristen. Hidup itu menggambarkan makna kemerdekaan di dalam Kristus (5:2-15) dan hidup oleh Roh (5:16-26). "Perbuatan-perbuatan daging" dikontraskan dengan "buah Roh" dalam 5:19-26.
TFTWMS: Galatia (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat Mat. 5:10-12; Rom. 5:3-5; 2 Kor. 1:3-7; Ibr. 10:32-36; 12:1-11; Yak. 1:2-4; 5:10, 11.
2 Sirach 51:23-26 (NAB).
3 Kata Ib...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat Mat. 5:10-12; Rom. 5:3-5; 2 Kor. 1:3-7; Ibr. 10:32-36; 12:1-11; Yak. 1:2-4; 5:10, 11.
- 2 Sirach 51:23-26 (NAB).
- 3 Kata Ibrani untuk "tuan" atau "master" adalah br (rab), sedangkan kata untuk "tuanku" atau "masterku" adalah yBr~ (rabbi).
- 4 Karl Heinrich Rengstorf, "zugo֧," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 2:900-1.
- 5 Bentuk kata kerja dari kata ini secara harfiah berarti "memotong sekeliling" (William D. Mounce, ed., Mounce's Complete Expository Dictionary of Old & New Testament Words [Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2006], 111).
- 6 Lihat Ima. 12:1-3; Luk. 1:59; 2:21; Yoh. 7:22, 23; Fil. 3:4, 5.
- 7 Orang Kristen Yahudi dikenal sebagai "orang bersunat" dalam 2:12, Kolose 4:11, dan Titus 1:10 dan "orang percaya dari golongan bersunat" dalam Kisah Para Rasul 10:45.
- 8 Kata Yunani yang diterjemahkan "tidak bersunat" ( ajkrobusti÷a, akrobustia) secara harfiah berarti "kulup." Istilah "sunat" ( peritomh, peritomē) sering muncul di dalam Alkitab Yunani, tetapi istilah medis secara teknis untuk kebalikan prosedur ini ( ejpispa÷w, epispaō , "menjadi tidak bersunat") muncul di dalam Perjanjian Baru hanya dalam 1 Korintus 7:18. Dalam LXX, istilah itu tidak pernah muncul dengan makna ini.
- 9 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 525-26.
- 10 Lihat Kisah 12:7; 27:32; Yak. 1:11; 1 Pet. 1:24.
- 11 Bauer, 308.
- 12 Lihat Efe. 2:8-10; 2 Tim. 1:8, 9; Tit. 3:4-7.
- 13 Lihat Gal. 3:2, 3, 5, 13, 14; 4:6, 29.
- 14 R. Alan Cole, The Epistle of Paul to the Galatians, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1965), 142-43.
- 15 Gal. 2:16; 3:2, 3, 5, 10; lihat 4:29.
- 16 Bauer,
- 17 Lihat Rom. 2:28, 29; Fil. 3:2-9; Kol. 2:11, 12.
- 18 Lihat 1 Tim. 3:9; 6:10; 2 Tim. 3:8.
- 19 Alkitab CEB berkata "mereka semua bekerja dengan kulit."
- 20 Kecurangan dalam pertandingan sungguh tidak disukai. Kenyataannya, di pintu masuk ke dalam stadion di Olympia di sana pada beberapa tumpuan didirikan serangkaian apa yang disebut "Zanes," patung-patung perunggu dewa Zeus (yang darinya bentuk jamak "Zanes" berasal dan yang untuk kehormatan itu perlombaan itu diadakan). Pada tumpuan setiap patung itu nama peserta lomba yang bermain curang diukir-untuk mempermalukan dia selamanya. Meski patung-patung perunggu Zane telah lama hilang, namun tumpuan patung itu tetap berdiri di tempatnya sampai hari ini.
- 21 Lihat 2:2; 5:7; Rom. 9:16; 1 Kor. 9:24, 26; Fil. 2:16. Kemunculan lainnya adalah dalam 2 Tesalonika 3:1, dalam nasihat singkat untuk berdoa "supaya firman Allah dapat berlari ['menyebar dengan cepat'; NASB] dan dimuliakan" (ASV).
- 22 Teks Yunaninya tertulisi ejge÷neto (egeneto), yang secara harfiah berarti "berkembang menjadi."
- 23 Joseph Henry Thayer, A Greek-English Lexicon of the New Testament (Cincinnati: American Book Co., 1889; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1962), 660.
- 24 Lihat Gal. 5:9; Rom. 11:16; 1 Kor. 5:6, 7.
- 25 "Ragi" digunakan sekali dalam pengertian yang positif di dalam Alkitab. Yesus mengetengahkan perumpamaan ini: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya" (Mat. 13:33).
- 26 Kenneth L. Boles, Galatians & Ephesians, The College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1993), 131-32.
- 27 Ketika Petrus kembali ke Yerusalem setelah membuka pintu iman bagi orang bukan Yahudi di Kaisarea, "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka!" (Kisah 11:2, 3; NKJV). Andaikan Paulus telah memberitakan sunat, mengubah orang-orang bukan Yahudi menjadi mualaf Yahudi, orang-orang Yahudi yang percaya tidak akan memiliki alasan untuk mengeluh.
- 28 "Telah dihapuskan" berasal dari kata Yunani katargeō (seperti dalam 5:4).
- 29 Kata itu juga digunakan untuk menerjemahkan kata Ibrani lainnya, termasuk vq}om (moqesh), sebuah "perangkap."
- 30 Meski Paulus bisa saja mengganti kata "salib" ( stauro÷ß, stauros), ia mempertahankan kata "pohon" atau "tiang" (xu÷lon, xulon) dari LXX. Dengan demikian, ia mempertahankan hubungan dekat antara penyaliban Yesus dan kutukan yang ditemukan dalam hukum Taurat. Alkitab ESV dan KJV menulis "pohon" dalam Kisah Para Rasul 5:30; 10:39; 13:29; 1 Petrus 2:24. Alkitab CJB menggunakan "tiang" dalam masing-masing ayat-ayat ini.
- 31 Lihat KJV; NRSV; GNT; NLT; [Ula. 23:2]; NJB; NJPSV.
- 32 Permainan kata ini adalah bentuk pengulangan yang disebut "paronomasia," yang didefinisikan sebagai "pengulangan kata yang sama atau kata dasar yang berdekatan" (F. Blass and A. Debrunner, A Greek Grammar of the New Testament and Other Early Christian Literature, trans. and rev. Robert W. Funk [Chicago: University of Chicago Press, 1961], 258 [no. 488.1]). Permainan kata adalah hal umum dalam tulisan-tulisan Paulus dan menambahkan penekanan pada pesannya, terutama dalam antitesis. Dalam Filipi 3:2, 3, akar tomh (tomē), yang menandakan "pemotongan,"
- 33 Kata Yunani untuk "lahir di rumah" adalah oikogenhß÷ (oikogenēs). Jenis budak ini dihargai lebih tinggi daripada yang diperoleh dari luar rumah tangga.
- 34 Thomas Wiedemann, Greek and Roman Slavery (Baltimore: John Hopkins University Press, 1981), 6-8.
- 35 Ibid., 23.
- 36 Ibid., 50.
- 37 Ibid., 46-47.
- 38 Tentu saja, Paulus lebih menyukai kebebasan bagi semua orang; tetapi, seperti dalam kasus Onesimus, budak yang melarikan diri, ia mengikuti hukum pada waktu itu dan memulangkan murid yang dikasihi itu kepada tuannya (Filem. 10-16). Yesus tidak pernah menghendaki umat-Nya memecahkan masalah dengan kekerasan. Ia memberitahu Petrus, "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang" (Mat. 26:52).
- 39 Lihat Mat. 7:12; 22:36-40; Rom. 12:9, 10; Yak. 2:8.
- 40 Lihat 5:22; 1 Kor. 12:31-13:13; Kol. 3:12-14.
- 41 Kej. 49:17; Bil. 21:6-9; Ula. 8:15; Pkh. 10:8, 11; Yer. 8:17; Amos 5:19; 9:3.
- 42 Perfect tense dari kata kerja Yunani dalam Yakobus 3:9 mengungkapkan fakta tentang tindakan penciptaan Allah di masa lalu serta hasil yang terus eksis. Alkitab NASB menekankan aspek masa lalu dari kata kerja itu dengan terjemahan "manusia, yang telah dibuat dalam keserupaan dengan Allah" (huruf miring ditambahkan). Hasil abadi dari ciptaan Allah secara lebih jelas terlihat dalam terjemahan NRSV: "mereka yang dibuat dalam keserupaaan dengan Allah" (huruf miring ditambahkan).
- 43 Bauer, 803.
- 44 Ibid., 1047.
- 45 Kategori-kategori ini tersirat dari tanda baca dalam beberapa versi (NIV; NEB; REB).
- 46 Alkitab KJV dimulai dengan "perzinahan" dan setelah "dengki" terdapat "pembunuhan." Ini seharusnya tidak disertakan dalam daftar itu karena mereka muncul hanya dalam beberapa naskah yang belakangan. (E. H. Perowne, The Epistle to the Galatians, The Cambridge Bible for Schools and Colleges [Cambridge: University Press, 1900], 67.)
- 47 Lihat Kej. 1:27, 28; 2:18-24; Mat. 19:3-9; Rom. 7:2, 3; 1 Kor. 7:1-5; Ibr. 13:4.
- 48 Kata koitē secara teknis berarti "tempat tidur" (Ibr. 13:4), namun kata itu juga digunakan sebagai eufemisme untuk aktivitas seksual yang terkait dengan tempat tidur.
- 49 Lihat Mrk. 7:22; Rom. 13:13; 2 Kor. 12:21; Efe. 4:19; 1 Pet. 4:3; 2 Pet. 2:7, 18; Yudas 4.
- 50 Bahkan ateis yang paling berkomitmen, jika ia jujur dan terinformasi, tidak dapat menyangkal bukti obyektif untuk fenomena ini; sebab itu adalah fakta yang dapat diamati di seluruh dunia di sepanjang sejarah manusia.
- 51 Agustinus Confessions 1.1.
- 52 Para penyair yang dikutip di sini adalah Epimenides orang Kreta (sekitar 600 S. M.) dalam karyanya Cretica; Aratus dari Soli (sekitar 315-240 S. M.) , dari provinsi asli Paulus sendiri dari Kilikia, dalam karyanya Phaenomena; dan Cleanthes (331-233 S. M.) di didaktiknya Hymn to Zeus .
- 53 Lucian The Dream (or The Cock) 24.
- 54 Lihat Ula. 4:15-19, 23-28; 6:4, 13-15; 7:3-6, 25, 26.
- 55 Misalnya, di Fenisia, orang-orang menganggap Baal dan Astarte memiliki kekuasaan atas kesuburan bumi. Ibu dewi Cybele orang Frigia, atau dewi Artemis orang Efesus, diyakini memberikan kesuburan dalam melahirkan anak. Poseidon dianggap sebagai dewa laut (dan karena itu menjadi dewa para pelaut) dan gempa bumi. Dionysus adalah dewa anggur dan inspirasi puisi. Ares adalah dewa perang. Apollo menyampaikan nubuat ilahi di istananya di Delphi di Yunani dan di Cumae di Italia. Athena adalah dewi seni dan kebijaksanaan dan pelindung kota itu-tidak hanya kota Atena, tetapi juga kota-kota lainnya. Demeter adalah dewi gandum. Di atas semua itu adalah Zeus, ayah dan penguasa yang perkasa dari para dewa, dewa langit dan cuaca. Ia juga dianggap sebagai pelindung yang dermawan bagi anak yatim, orang asing, dan janda. Hermes dihormati sebagai bocah utusan dari Zeus (lihat Kisah 14:12).
- 56 Henry George Liddell and Robert Scott, A Greek-English Lexicon, 9th ed., rev. and aug. with supplement, rev. Henry Stuart Jones and Roderick McKenzie (Oxford: Clarendon Press, 1968), 1917.
- 57 Barclay M. Newman, A Concise Greek-English Dictionary of the New Testament (London: United Bible Societies, 1971), 192.
- 58 Leon Morris, Galatians: Paul's Charter of Christian Freedom (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1996), 171.
- 59 Selain kata Yunani untuk "permusuhan," pelbagai istilah berikut ini di dalam daftar ini adalah juga berbentuk jamak dalam bahasa Yunani: "amarah," "perseteruan," "perselisihan," "roh pemecah," "kedengkian," "kemabukan," dan "pesta pora."
- 60 J. B. Lightfoot, The Epistle of St. Paul to the Galatians, Classic Commentary Library (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1957), 211.
- 61 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2nd ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 529.
- 62 Bauer, 392.
- 63 F. F. Bruce, The Epistle to the Galatians, The New International Greek Testament Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 248.
- 64 Bauer, 427.
- 65 Lihat Kisah 5:17, 18; 13:45; Rom. 13:13; 1 Kor. 3:3; 2 Kor. 12:20; Yak. 3:14, 16.
- 66 Richard Chenevix Trench, Synonyms of the New Testament (Marshallton, Del.: The National Foundation for Christian Education, n.d.), 123-24.
- 67 Friedrich Büchsel, " ejriqei÷a," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 2:660-61.
- 68 Bauer, 392; Aristotle Politics 5.3.
- 69 Kata kerja "menghindari" adalah dari bentuk present imperative ejkkli÷nw (ekklinō), yang menunjukkan tindakan terus-menerus atau berulang-ulang. Ini berarti "menjauh dari," "terus-meenrus menghindar," mungkin sampai waktu pelanggar itu harus mengakhiri perilaku fasik tersebut.
- 70 Misalnya, dalam bahasa Yunani sekuler hairesis digunakan untuk sekolah-sekolah filsafat yang berbeda, yang karena itu orang sulit mengharapkan tingkat kebulatan suara yang signifikan. Terjemahan lain yang memungkinkan untuk kata itu mencakup "dogma," "cara berpikir," dan "kecenderungan" (Bauer, 28).
- 71 Paulus juga menggunakan "mendengki" dari kata kerja fqone/w (phthoneō) dalam 5:26.
- 72 "Pemurnian air pada zaman itu tidak seperti yang diinginkan. Air di Efesus tampaknya sudah menyebabkan gangguan pencernaan Timotius. Sedikit anggur akan menenangkan perutnya(James E. Smith, Exhortation Epistles, Teacher's Commentary [N.p.: By the author, 2011], 116-17).
- 73 Lihat Bil. 6:1-4; Hakim 13:2-5; Mat. 11:18; Luk. 1:15; 7:33.
- 74 Bauer, 580.
- 75 Trench, 212.
- 76 William M. Ramsay, A Historical Commentary on St. Paul's Epistle to the Galatians, Limited Classical Reprint Library (N.p.: G. P. Putnams Sons, 1900; reprint, Minneapolis: Klock & Klock Christian Publishers, 1978), 453.
- 77 Lihat Rom. 1:29-31; 13:13; 1 Kor. 5:10, 11; 6:9, 10; 2 Kor. 12:20; Efe. 4:31; 5:3-5; Kol. 3:5-8; 1 Tim. 1:9, 10; 6:4, 5; 2 Tim. 3:2-4; Tit. 1:7; 3:3.
- 78 Lihat Mat. 15:19; Mrk. 7:21, 22; 1 Pet. 2:1; 4:3, 15; Why. 9:21; 21:8; 22:15.
- 79 Cole, 160-61; James D. G. Dunn, The Theology of Paul the Apostle (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1998), 662-65.
- 80 Lihat Mat. 3:7-10; 7:15-20; Efe. 5:6-12; Fil. 1:9-11; Ibr. 12:11; Yak. 3:17, 18.
- 81 Lihat Yoh. 4:24; Rom. 8:20-23; 1 Kor. 15:42-53; 2 Kor. 5:1-5; Fil. 3:20, 21.
- 82 Lihat Mat. 26:28; Kisah 8:38, 39; 22:16; Rom. 6:4, 5; Kol. 2:12; Why. 1:5.
- 83 Lihat Rom. 8:9-11; 1 Kor. 3:16; 6:19; 2 Kor. 6:16, 17; Efe. 2:11-18.
- 84 Untuk informasi lebih lanjut, lihat Penerapan: Empat Kasih pada pelajaran ini.
- 85 Bauer, 613.
- 86 Ibid., 461.
- 87 Ibid., 612.
- 88 Lihat 2 Kor. 6:6; 2 Tim. 3:10; 4:2; Ibr. 6:12; Yak. 5:10.
- 89 Lihat Rom. 2:4; 9:22; 1 Tim. 1:16; 1 Pet. 3:20; 2 Pet. 3:9, 15.
- 90 Lihat Mat. 17:17; Mrk. 9:19; Luk. 9:41; Kisah 18:14; 1 Kor. 4:12; 2 Kor. 11:1, 4, 19, 20; Efe. 4:2; Kol. 3:13; 2 Tes. 1:4; 2 Tim. 4:3; Ibr. 13:22.
- 91 Bauer, 1039.
- 92 Ibid., 1090.
- 93 Lihat Rom. 2:4; 11:22; Efe. 2:7; Tit. 3:4.
- 94 Lihat Gal. 5:22; Rom. 3:12; 2 Kor. 6:6; Kol. 3:12.
- 95 Ceslas Spicq, Theological Lexicon of the New Testament, trans. and ed. James D. Ernest (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1994), 3:515.
- 96 Trench, 217.
- 97 Ludwig Koehler and Walter Baumgartner, The Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament, study ed., trans. and ed. M. E. J. Richardson (Boston: Brill, 2001), 1:370.
- 98 Lightfoot, 213.
- 99 Trench, 219.
- 100 Ibid., 220.
- 101 Lihat Efe. 6:23; 1 Tim. 2:15; 4:12; 6:11; 2 Tim. 2:22; 3:10; Tit. 2:2.
- 102 Bauer, 820. (Lihat 1 Tes. 3:6; 5:8; 1 Tim. 1:14; 2 Tim. 1:13; Filem. 5.)
- 103 Lihat Mat. 10:38; 16:24; Rom. 8:12, 13; Gal. 2:20; 5:24; 6:14.
- 104 Para penerjemah NASB telah menambahkan kata-kata "dengan gairah" demi kejelasan. Beberapa penafsir telah menyatakan pendapat bahwa kata " hangus" mengacu kepada hukuman kekal dalam api neraka. Namun begitu, penafsiran ini mengabaikan sifat seksual dari keseluruhan konteks itu. Paulus tidak mengutuk perkawinan. Sebaliknya, ia sepenuhnya menyadari bahwa, secara umum, bagi kebanyakan orang menikah itu baik (1 Kor. 7:1, 2).
- 105 Pelbagai istilah negatif yang terkait juga muncul dalam Perjanjian Baru, termasuk kata benda ajkrasi/a (akrasia) dalam Matius 23:25 dan 1 Korintus 7:5, serta kata sifat ajkrath/ß (akratēs) dalam 2 Timotius 3:3. Kata-kata ini mengungkapkan konsep "mencari kesenangan sendiri," "kurangnya disiplin," dan "kurangnya penguasaan diri."
- 106 Bauer, 274.
- 107 Bruce, 255.
- 108 S. H. Hooke, The Siege Perilous (London: SCM Press, 1956), 264. (Lihat Yoh. 15:1-5; 2 Pet. 1:2-4.)
- 109 Buah rohani adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan seorang Kristen. Meski begitu, haruslah diperhatikan bahwa semua sifat buah Roh itu diperintahkan dalam Kitab Suci.
- 110 Cole, 167.
- 111 Ibid.
- 112 Lihat Mat. 7:22, 23; 1 Kor. 13:1-3; Gal. 3:5.
- 113 Dalam berbagai konteks, sarx dapat menunjukkan tubuh fisik atau penampilan seseorang, silsilah atau keturunan ras, kondisi kesehatan, dan lain sebagainya. Secara umum, itu bisa saja mengacu kepada hampir semua aspek kehidupan duniawi manusia. Perlu ditekankan bahwa sarx tidak selalu buruk. Prolog injil Yohanes mengatakan bahwa "Firman itu telah menjadi manusia [sarx], dan diam di antara kita" (Yoh. 1:14a). Alih-alih "daging," Alkitab NLT menulis "manusia" (Lihat Ibr. 2:14; 1 Yoh. 4:2, 3.)
- 114 Karena kita tahu bahwa Allah tidak menghendaki siapa saja sesat (1 Tim. 2:4; 2 Pet. 3:9), maka tampaknya semua manusia dianugerahi dengan tanggung jawab moral bawaan untuk mengamati pelbagai kesaksian Allah dalam karya-karya penciptaan dan untuk mencari Dia (lihat Rom. 1:18-21; 2:14, 15). Meski dinyatakan bahwa Allah telah mengizinkan generasi-generasi sebelumnya untuk menempuh jalan mereka sendiri (Kisah 14:16), dengan kedatangan injil, hari baru telah tiba. Paulus, berdiri "di atas Areopagus" di Atena, mengatakan, "Kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, … Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati" (Kisah 17:22, 29-31).
- 115 Lihat Rom. 8:12, 13; 12:1, 2; Gal. 2:20.
- 116 Bahasa Yunani memiliki empat tingkatan klausa bersyarat. Yang pertama biasanya diungkapkan oleh ei dengan sebuah kata kerja dalam indicative mood, yang mana "pembicara itu berasumsi bahwa kondisi yang dinyatakan dalam
- 117 Apa yang kita hadapi dalam 5:26 adalah perintah negatif atau larangan. William Douglas Chamberlain menemukan contoh yang baik tentang hal ini dalam Matius 6:19, di mana Yesus berkata, "Janganlah kamu mengumpulkan Μὴ θησαυρίζετε , Mē thēsaurize harta di bumi." Chamberlain menerjemahkan larangan itu sebagai "Behenti mengumpulkan harta"dan kemudian menulis, "maksud perintah Yesus adalah bahwa manusia sudah sedang mengumpulkan harta di bumi, bukan di sorga, dan Ia mau mereka berhenti melakukan itu. (William Douglas Chamberlain, An Exegetical Grammar of the Greek New Testament [Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1941], 86).
- 118 Bauer, 871.
- 119 Robert L. Johnson, The Letter of Paul to the Galatians, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 163.
- 120 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary: New Testament, vol. 1 (Colorado Springs, Colo.: Victor, 2001), 720.
- 121 Cole, 170.
- 122 Bruce, 257.
- 123 Walter Schmithals, Paul and the Gnostics, trans. John E. Steely (Nashville: Abingdon Press, 1972), 49.
- 124 Bruce, 258.
- 125 Peter Toon, "Gnosticism," in The New International Dictionary of the Bible, pictorial ed., ed. J. D. Douglas and Merrill C. Tenney (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1987), 393.
- 126 Lihat Yoh. 14:15, 21; 15:10; 1 Yoh. 2:3-6; 3:16-24; 5:2, 3; 2 Yoh. 6.
- 127 Everett Ferguson, The Church of Christ: A Biblical Ecclesiology for Today (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1996), 390.
- 128 Lihat 4:8-11; Mrk. 7:18, 19; 2 Kor. 8:7-9; Kol. 2:16, 17; 1 Tim. 4:1-5; Ibr. 9:8-14.
- 129 Lihat Mat. 28:18-20; Mrk. 16:15, 16; Luk. 24:45-47; Kol. 1:21-23.
- 130 Lihat Ibr. 10:4-14; 13:20; Yudas 3; Why. 14:6.
- 131 Lihat Yes. 44:1-3; Yeh. 39:29; Yoel 2:28, 29; Zak. 12:10.
- 132 Lihat Kisah 2:16-39; 5:32; 11:15-18; 1 Kor. 3:16; 6:19; Gal. 3:2, 3; 4:6; Tit. 3:4-7.
- 133 Beberapa klarifikasi penting harus dibuat mengenai nas ini: (1) Kata "titik" telah secara benar ditambahkan oleh para penerjemah, secara akurat mengungkapkan makna teks aslinya. (2) Kata kerja "telah menjadi" menyiratkan hasil yang yang langgeng. (3) "Semua" menyampaikan pengertian bahwa para pelanggar yang bersalah hanya atas satu pelanggaran saja tetap bersalah melanggar hukum yang bersangkutan.
- 134 Iman juga berfungsi sebagai sarana pembenaran untuk umat Allah perjanjian lama, seperti yang Ibrani 11 jelaskan (lihat Rom. 3:21-26).
- 135 Istilah "pornografi" berasal dari dua kata Yunani, po÷rnh (pornē) dan grafh (graphē). Kata pornē mengacu kepada "pelacur." Sementara kata graphē biasanya berarti "Kitab Suci" atau "tulisan" dalam Alkitab, dalam bahasa Yunani di luar Alkitab kata itu juga menunjukkan sebuah "lukisan" atau "gambar". "Pornografi," kemudian, adalah gambaran tentang gambar-gambar seksual, baik yang disampaikan dalam bentuk gambar atau tulisan, yang berkaitan dengan percabulan.
- 136 Istilah "penilik" ( ejpi÷skopoß, episkopos) dalam 1 Timotius 3:1 mencerminkan bahwa para penatua memiliki otoritas, seperti juga perintah dalam Ibrani 13:17. Juga, kata Yunani lain untuk "otoritas" ( ejpitagh, epitagē, secara harfiah "perintah") muncul dalam Titus 2:15 berkenaan dengan seorang penginjil.
- 137 Lihat Mat. 28: 18-20; Yoh. 16:12, 13; Kisah 1: 8; Ibr. 2:3, 4.
- 138 Beberapa nas bicara tentang penghakiman Allah atas dunia (Rom. 2:2, 5; 3:6; 1 Kor. 5:13; 1 Pet. 1:17), sedangkan yang lainnya secara jelas memasukkan Yesus ke dalam peran ini (Mat. 25:31-46; 2 Kor. 5:10; 2 Tim. 4:1). Beberapa orang mungkin melihat kontradiksi di sini, namun solusinya dapat ditemukan dalam nas-nas seperti Roma 2:16: "Allah akan menghakimi rahasia manusia melalui Yesus Kristus " (lihat Kisah 17:31; NASB).
- 139 Dalam Mazmur 95, Allah, melalui Daud, menyinggung peristirahatan lain.
- 140 Namun begitu, tiga kata kunci yang diterjemahkan "kasih" dalam Perjanjian Baru bukanlah satu-satunya kata yang mengungkapkan konsep kasih. Misalnya, ejpipoqew (epipotheō) dan kerabatnya yang mengandung kelembutan dan kasih sayang yang dalam (Fil. 1:8; 4:1; 2 Tim. 1:4).
- 141 Lihatlah Yer. 4:30; 22:20, 22; Rat. 1:19; Yeh. 16:33, 36, 37; 23: 5, 9, 22; Hos. 2:5, 7, 10, 12, 13.
- 142 G. Abbott-Smith, A Manual Greek Lexicon of the New Testament, 3rd ed. (Edinburgh: T. & T. Clark, 1937), 65.
- 143 Kata lain tentang kasih, filo/storgoß ( philostorgos), adalah gabungan antara philia dan storgē. Kata itu muncul sekali dalam Perjanjian Baru, dalam Roma 12:10, di mana NKJV menerjemahkannya " kasih sayang yang ramah." Beragam bentuk kata ini muncul dalam LXX.
- 144 Nigel Turner, Christian Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1981), 261.
- 145 David Stewart, A Commentary on Philippians (Searcy, Ark.: Stewart Publications, 2006), 535-36.
- 146 Jalan sebenarnya "Via Dolorosa" ("Jalan Kesengsaraan") tidak diketahui. Jalan tradisional yang ditempuh oleh para peziarah dari lokasi Benteng Antonia ke Gereja Makam Suci memang meragukan. Alih-alih Benteng Antonia, kemungkinan besar Pilatus tinggal di istana Herodes yang Agung saat ia mengunjungi Yerusalem dan bahwa Praetorium (Kej. 27:27; Mrk. 15:16; Yoh. 18:28, 33 19: 9) terletak di daerah itu di sisi barat kota itu.
- 147 Keinginan Daud dihargai dan disetujui oleh Allah. Tuhan telah menyertai dia dalam semua perangnya untuk mendirikan bangsa itu, pertama di Yehuda dan kemudian di Israel. Namun begitu, bait suci-"rumah Allah"-menjadi "rumah doa" (Yes. 56:7; Mat. 21:13); dan itu ditahbiskan secara ilahi sehingga injil "Raja Damai" harus berawal dari Yerusalem untuk membawa damai sejahtera bagi semua bangsa (Yes. 2:1-4; Luk. 24:46, 47; Kisah 1:4-8). Hanya Yesus
- 148 John Emerich Edward Dalberg-Acton, quoted in John Bartlett, Familiar Quotations, 16th ed., ed. Justin Kaplan (Boston: Little, Brown and Co., 1992), 521.
- 149 Quintus Curtius History of Alexander 4.2.1-4.4.21; Josephus Antiquities 11.8.3-4.
- 150 Contoh Paulus dalam 2:1-5 berhubungan dengan sunat Titus. Ia benar-benar menolak penyunatan orang bukan Yahudi ini "agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada" orang-orang Galatia (2:5).
- 151 Suzēteō juga dapat diterjemahkan sebagai "perdebatan." Tampaknya para penerjemah pada umumnya lebih menyukai kata "berargumentasi" daripada "berdebat" dalam konteks di mana ada sedikit kesopanan.
Pengarang: Jack McKinney
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 346
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Menangani Alkoholisme (Galatia 5:21)
Aspek fisik dan psikologis terlibat dalam kebiasaan mabuk dan kecanduan alkohol. Banyak orang yang hanya melihat...
Menangani Alkoholisme (Galatia 5:21)
Aspek fisik dan psikologis terlibat dalam kebiasaan mabuk dan kecanduan alkohol. Banyak orang yang hanya melihat perilaku lahiriah seorang pemabuk menganggap lucu hal itu. Namun begitu, tidak ada yang lucu tentang orang yang sangat kehilangan kendali atas dirinya sendiri sehingga bertindak dalam cara yang sedemikian rupa. Beberapa orang bahkan menganggap hiburan apa yang Salomo katakan tentang hal itu dalam Amsal 23:29-35 (NIV):
Siapakah yang mengaduh? Siapakah yang berdukacita? Siapakah yang bertikai? Siapakah yang mengeluh? Siapakah yang memar sia-sia? Siapakah yang merah matanya? Mereka yang berlama-lama menikmati anggur, mereka yang mengecap cawan anggur oplosan. Jangan tatap anggur ketika warnanya memerah, ketika berkilau di dalam cawan, ketika turun ke tenggorokan dengan lembutnya, Pada akhirnya memagut seperti ular, dan meracuni seperti ular berbisa. Matamu akan melihat hal-hal yang aneh, dan pikiranmu akan membayangkan hal-hal yang kacau. Engkau akan seperti orang yang tidur di atas ombak lautan, berbaring di atas tiang kapal.
"Mereka memukuli aku," katamu, "namun aku tidak merasa sakit! Mereka memukuli aku, tetapi aku tidak merasakannya! Kapankah aku akan siuman sehingga aku dapat menemukan minuman lagi?"
Orang yang dapat membaca kata-kata ini dan tidak melihat tragedi yang memotivasi kata-kata itu mungkin tidak pernah berkabung atas orang yang dicintai yang telah kecanduan alkohol. Seorang pecandu alkohol hampir terlihat seperti kerasukan roh jahat; ia sudah sangat meracuni tubuhnya sehingga keseimbangan kimiawinya yang normal rusak. Ia secara fisik dan mental dapat terikat pada zat ini. Mungkin ia dulu mencoba zat itu hanya sekedar untuk merasakan kegembiraan sesaat, tapi sekarang ia benar-benar diperbudak. Betapa suatu gambaran yang luar biasa yang Salomo lukiskan ketika ia menggambarkan akibat dari pilihan itu! Ia menggambarkan kesengsaraan fisik, ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri secara sosial, dan mengkompromikan tampilan fisik. Selain itu, ia bicara tentang hilangnya waktu yang berharga, penglihatan yang jelas, keseimbangan, dan respon alami seseorang terhadap rasa sakit (tanda yang Allah berikan bahwa ada sesuatu yang salah secara fisik dan membutuhkan perhatian segera). Lalu muncullah tragedi kecanduan yang hina itu: celaka yang tak dapat diatasi dan hanya dapat "ditolong" dengan berpaling lagi kepada minuman lain yang sama.
Ketika kita berusaha untuk mempertahankan kasih dan pengertian bagi seorang pecandu alkohol, kita harus tidak membolehkan situasi tersebut mendorong kita untuk mengubah atau menyelewengkan ajaran jelas Kitab Suci. Di sini kita harus kembali kepada konteksnya di mana pembahasan tentang kemabukan ini ditampilkan: apa yang Paulus sebut "perbuatan-perbuatan daging" (5:19-21). Terlepas dari perlunya mengasihi anggota keluarga atau teman pecandu alkohol, kita harus jangan berani mengabaikan peringatan Paulus. Ketika ia mengakhiri daftar kejahatan ini, ia menyatakan bahwa "barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (5:21).
Penghakiman terakhir, tentu saja, adalah milik Allah dan Kristus-Nya, kepada siapa Ia telah menyerahkan tugas penghakiman terakhir atas dunia.138Lebih lanjut, kata-kata ini (5:19-21) telah sampai kepada kita melalui pena terilham dari orang yang "telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru" oleh Allah (2 Tim. 1:11). Paulus melayani dalam peran sebagai duta besar Kristus, memanggil umat manusia untuk "didamaikan dengan Allah" (2 Kor. 5:20; lihat Efe. 6:20). Karena Allah sedang bicara melalui dia, kita tidak boleh menyerah kepada godaan untuk mengubah makna kata-katanya.
Betapa pun kita sangat mengasihi anggota keluarga atau teman yang kecanduan alkohol, kemabukan adalah perbuatan daging, dosa yang dapat mencegah orang untuk masuk ke sorga! Kita tidak ingin menghukum siapa saja, itu juga bukan keinginan Allah (2 Pet. 3:9). Meski demikian, si pecandu alkohol itu, seperti orang lain yang melakukan pelbagai kejahatan yang tercantum di sini, bertanggung jawab atas dosanya sendiri. Ia perlu didamaikan dengan Allah. Terlalu sering, para orang tua, ketika melihat orang yang mereka kasihi memberontak melawan kehendak Tuhan, hanya mengubah teologi mereka karena mereka tidak tahan melihat anak mereka sebagai orang murtad yang berada dalam bahaya penghukuman kekal. Tuhan sendiri memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang masalah ini dalam Matius 10:37: "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku." Allah tidak mau menerima tempat kedua dalam prioritas kasih sayang dari setiap orang Kristen. Tidak peduli betapa besarnya kita mengasihi orang yang kita cintai yang sesat, kita tidak boleh mencintai dia lebih daripada Tuhan. Kita harus melakukan segalanya dengan kekuatan kita untuk menyelamatkan dan merebut dia kembali—tanpa mengorbankan atau mengubah apa yang Allah sendiri telah ungkapkan di dalam Firman yang terilham. Kita menyadari bahwa, berdasarkan pesan ini, Kristus akan mengumumkan penghakiman terakhir pada hari kiamat (Yoh. 12:48).
Dosa Pesta Pora (Galatia 5:21)
Meski sedikit, jika ada, di zaman kini yang mau berpartisipasi dalam prosesi yang mabuk, kacau untuk menghormati Dionysus, namun banyak yang mungkin masih bersalah atas dosa "pesta pora" (kōmos).Terkadang orang menunjukkan kurangnya kendali yang hingar-bingar yang terkait dengan acara olahraga yang menegangkan. Beberapa anak muda pulang dari pertandingan sepak bola internasional dengan gigi yang copot dan mata legam karena perilaku yang tidak terkendali dan tidak sopan. Beberapa bahkan harus menginap di penjara. Media-media berita telah melaporkan kejadian di mana para penggemar olahraga, dalam kegembiraan atau kemarahan, sangat kehilangan kendali diri sehingga mereka bergegas turun dari bangku penonton dan benar-benar menginjak-injak orang sampai mati.
Siapa saja dapat berperilaku liar dan tak terkendali. Beberapa tahun yang lalu, sewaktu pertandingan sepak bola perguruan tinggi, seorang pemain yang terkenal suka menyakiti lawan-lawannya menciderai dengan serius pemain utama tim lawannya. Seorang Kristen bereaksi terhadap permainan kasar ini dengan berteriak, "Bunuh dia! Bunuh dia!" Dengan kata-kata ceroboh ini, ia secara tidak sengaja merayakan cidera yang menimpa korban itu oleh perilaku buruk itu!
Kita semua sadar akan kekuatan dan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh psikologi gerombolan orang, apa pun kejadiannya (lihat Kisah 19:28-34). Pengendalian diri dan ketenangan adalah kebajikan rohani; dan ketiadaan kedua hal itu, bahkan yang terkait dengan ucapan kita, berpotensi menyakiti orang lain.
Dalam kasus ini, beberapa pendengar tidak menghargai orang Kristen ini dan juga orang lain yang bergabung dengan dia dalam merayakan cidera pemain itu. Saya harus akui bahwa reaksi saya sendiri terhadap situasi itu kurang rohaniah sebab saya dengan marah meneriaki dia tentang tindakannya yang liar itu. Apakah perilaku ini sama sekali tidak memiliki unsur "pesta pora" (kōmos)?
Peringatan Tentang Dikeluarkan Dari Kerajaan (Galatia 5:21)
Paulus memperingatkan orang-orang Kristen di Galatia bahwa mereka yang mempraktikkan perbuatan-perbuatan daging (ketimbang mengikuti arahan Roh) "tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (5:21). Para pelanggar ini akan kehilangan warisan kekal yang Allah telah siapkan bagi mereka yang mengasihi dan menaati Dia.
Prinsip ini dapat diilustrasikan dengan contoh bangsa Israel dalam Perjanjian Lama. Bangsa itu mengerang di bawah kuk perbudakan Mesir, tapi Allah secara ajaib membebaskan mereka dari penindasan bangsa Mesir. Ia menjanjikan mereka tanah air yang indah untuk mereka miliki—negeri Kanaan, suatu negeri "yang berlimpah-limpah susu dan madunya" (Kel. 3:8). Janji apakah yang dapat lebih berharga bagi orang-orang yang lahir dalam perbudakan ini, yang menjadi budak selama berabad-abad di bawah mandor yang keras, dan yang dengan tulus hati mengharapkan berakhirnya kerja keras mereka dan keamanan di bawah bayang-bayang sayap perlindungan Allah?
Apakah yang terjadi dalam perjalanan mereka menuju tempat perhentian yang dijanjikan itu? Orang-orang Israel itu bergabung dalam rengekan, keluhan, dan sungut-sungut yang terus-menerus. Mereka memprovokasi Tuhan melalui ketidakpercayaan dan pemberontakan mereka. Meminjam bahasa Mazmur 95:10, 11, penulis surat Ibrani menjelaskan bahwa pada akhirnya Allah tiba di akhir kesabaran-Nya terhadap bangsa Israel:
"Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, Dan berkata: 'Selalu mereka sesat hati, Dan mereka tidak mengenal jalan-Ku'; Sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku:
'Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku'" (Ibrani 3:10, 11).
Apakah yang dikatakan oleh episode tragis ini kepada kita di zaman kini, sebagai umat Israel rohani? Jawaban terhadap pertanyaan ini diberikan dalam Ibrani 3:12: "Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup." Penulis itu selanjutnya memperingatkan agar kita tidak "menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa," dengan meniru ketidaktaatan dan ketidakpercayaan Israel (Ibr. 3:13, 18, 19).
Tempat perhentian terjanji yang ia katakan bukanlah tanah Kanaan harfiah: "Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain" (Ibr. 4:8).139Semua orang Israel yang memberontak mati selama empat puluh tahun perjalanan mereka di padang gurun. Setelah itu, Yosua memimpin generasi baru orang Israel ke tanah Kanaan. Dikata-kan bahwa "TUHAN mengaruniakan kepada mereka keamanan ke segala penjuru, tepat seperti yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka" (Yos. 21:44a). Namun begitu, yang penulis itu maksudkan adalah tempat perhentian sorgawi, yang jauh lebih mulia. Ia berkata, "Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya"(Ibr. 4: 9, 10).
Paulus tiba pada peringatan terakhirnya untuk orang-orang yang ia sapa. Awalnya, itu diberikan kepada orang-orang Kristen Yahudi pada zamannya sendiri, namun begitu itu berlaku bagi semua orang percaya di setiap generasi: "Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga" (Ibr. 4:11).
Tempat perhentian terakhir yang ia bicarakan adalah tempat perhentian sorgawi bersama Allah di sorga. Umat Tuhan di segala zaman, setelah diperbudak kepada dosa namun sekarang telah ditebus, akan dapat menyeberangi sungai Yordan kematian mereka, meletakkan beban hidup mereka, dan menemukan tempat perhentian sejati itu. Meski Allah memang telah menyiapkan tempat perhentian yang indah ini bagi kita (Ibr. 11:10), namun kita belum tiba di sana. Seorang Kristen tua pernah didesak untuk santai saja dan jangan bekerja terlalu keras. Atas saran itu, ia menjawab, "Sorga adalah tempat untuk beristirahat; bumi adalah tempat untuk bekerja." Ia benar. Selang waktu antara penebusan kita dan tibanya ajal kita adalah waktu kita untuk memperhatikan peringatan yang sungguh-sungguh dari penulis itu.
Contoh dari Ibrani ini, dengan gambarannya yang terlihat jelas, pada dasarnya memiliki pesan yang sama yang Paulus sedang bagikan dengan saudara-saudara di Galatia. Dalam Ibrani, gambarannya adalah tentang Tanah Perjanjian (Kanaan Sorgawi), sedangkan dalam Galatia adalah tentang "kerajaan Allah." Dalam Ibrani, masalahnya adalah tentang timbulnya kelelahan dalam iman dan bahaya jatuh (kemurtadan); dalam Galatia, masalah yang terlibat, antara lain, dosa moral dan sikap yang juga dapat menyebabkan orang Kristen kehilangan warisan mereka.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Empat Kasih (Galatia 5:22)
Ada empat kata "kasih" dalam bahasa Yunani Koine: ajga÷ph (agapē), fili/a (philia), storgh÷ (storgē), dan e...
Empat Kasih (Galatia 5:22)
Ada empat kata "kasih" dalam bahasa Yunani Koine: ajga÷ph (agapē), fili/a (philia), storgh÷ (storgē), dan e¡rwß (erōs). Tiga di antaranya muncul di dalam Perjanjian Baru.140
Bagaimanakah kata-kata ini digunakan di dalam Alkitab dan di dalam literatur Yunani kuno?
Erōs tidak digunakan sama sekali dalam Perjanjian Baru, baik dalam bentuk kata kerjanya atau kata bendanya. Istilah ini terkait dengan kata Indonesia "erotis." Dalam bahasa Yunani, kata itu berkonotasi gairah cinta, tapi tidak selalu dengan makna hawa nafsu. Misalnya, itu dapat mengacu kepada "keinginan yang berkobar-kobar" dari seorang budak untuk dibebaskan. Meski demikian, dalam banyak kasus, istilah tersebut memiliki konotasi seksual.
Di antara orang-orang Yunani sekuler kuno, sebuah kosa kata yang ekstensif dikembangkan dalam kaitannya dengan erōs. Sebaliknya, kosakata erotis dalam LXX sangat dibatasi. Beberapa nas menggunakan kata "kekasih" " (ejrasth÷ß, erastēs) dalam arti yang paling utama tentang seorang kekasih.141Terminologi maksiat ini sering merupakan kiasan bagi penyembahan berhala dan aliansi Israel dengan bangsa asing. Tidak adanya sama sekali kata erōs kata di dalam Perjanjian Baru adalah suatu perbedaan yang dramatis dengan penekanan pada erotika sekarang ini dalam budaya Barat. Ini menunjukkan betapa berbedanya konsep kasih Perjanjian Baru dari konsep kita sendiri.
Storgē. Baik kata benda storgē atau kata kerjanya yang terkait storge/w (storgeō) tidak ditemukan di dalam Perjanjian Baru, meski ada satu kata sifat yang terkait yang muncul. Kata ini adalah a¡storgoß (astorgos), yang berarti "tanpa kasih sayang alami." Awalan a- (menambahkan arti "non-" atau "tanpa") digabung dengan akar kata storgē, yang dengan sendirinya berkaitan dengan "kasih sayang keluarga" atau "kasih keluarga."142Oleh karena itu, kata sifat astorgos memiliki konotasi "tanpa kasih, tidak punya kasih sayang alami untuk kerabat." Bentuk kata sifat astorgos yang sifatnya meniadakan muncul di dalam Perjanjian Baru dalam daftar kejahatan yang Paulus buat dalam Roma 1:31 dan di tempat lain dalam 2 Timotius 3:3. Alkitab NASB menerjemahkan kata itu sebagai "tidak mengasihi" di kedua nas itu.
Tidak adanya kasih sayang alami ini disinggung oleh Tuhan kita di dalam Markus 7. Ia bercerita tentang beberapa orang pada zaman-Nya yang dengan agamis mengucapkan kata "Korban" sebagai pembenaran untuk mengabaikan tugas mereka terhadap orang tua mereka. Yesus mengatakan bahwa mereka "[me]nyatakan [firman Allah] tidak berlaku demi adat istiadat yang [mereka] ikuti" (Mrk. 7:11-13).
Philia. Akar kata dari kata ini muncul dalam istilah bahasa Inggris/Indonesia yang sama seperti filosofi ("kasih kebijaksanaan"), filantropi ("kasih manusia"), dan Fildadelfia ("kasih persaudaraan"). Ini adalah kata yang menunjukkan kasih sayang atau jenis kasih persahabatan. Itu adalah jenis kasih yang menarik emosi kita. Kita melihat sesuatu yang menarik dalam objek kasih kita. Benda itu mungkin orang yang mengagumkan, pemandangan yang indah, aktivitas yang menyenangkan, atau nyaris apa saja yang lainnya.
Menyukai secara salah dapat menjadi dosa. Yesus berkata bahwa orang-orang munafik "suka [file/w, phileō] mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang" (Mat. 6:5). Kristus juga memperingatkan, Barangsiapa mengasihi [phileō] bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku (Mat 10:37, 38).
Nas ini bicara kepada dunia kita sekarang ini. Kita hidup ketika banyak dari mereka yang sangat kita cintai, mungkin anak-anak kita, dalam bahaya meninggalkan iman dan mengikuti ajaran sesat. Dalam kasus seperti itu, kita tidak boleh menyerah kepada godaan untuk membenarkan mereka dengan mengubah teologi kita sendiri. Sesungguhnya, kita harus sangat mengasihi Yesus.
Memang sangat bagus memiliki teman sejati (fi/loß, philos). Kita senang dapat bersama-sama; kita menyukai teman kita dan senang disukai oleh mereka. Itu adalah philia, dan tidak ada yang salah dengan itu. Abraham bahkan disebut "sahabat Allah" (Yakobus 2:23). Lazarus, dalam cara khusus, adalah "sahabat" Yesus (Yoh. 11:11). Ketika Yohanes menulis, "Salam dari sahabat-sahabatmu" (3 Yoh. 1:14), ia sedang bicara tentang saudara-saudaranya yang terkasih di gereja itu. Saat bicara kepada Dua Belas rasul, Yesus berkata, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu" (Yoh. 15:14).
Kita tidak dapat meragukan bahwa murid-murid itu mengasihi Yesus secara mendalam, apakah kita sedang bicara tentang phileō atau agapaō. Kedua kata kerja ini digunakan dalam percakapan yang mengesankan antara Petrus dan Yesus dalam Yohanes 21:15-17. Para ilmuwan tidak sepakat mengenai arti dua kata itu dalam konteks itu. Beberapa berpendapat bahwa penggunaan agapaō pada satu kesempatan oleh Yohanes dan penggunaan phileo pada kesempatan lain tidak menggambarkan apa-apa selain daripada variasi gaya untuk menghindari kemonotonan. Yang lain melihat adanya makna yang lebih mendalam dalam gonta-ganti kata-kata itu. Petrus sebelumnya membanggakan diri atas ketabahannya yang superior dan kemudian gagal total dengan menyangkal Tuhannya sebanyak tiga kali. Pada kesempatan ini, ia tidak mau membuat klaim yang berani tentang kasihnya yang diberikan (agapaō) untuk Yesus; ia hanya dapat menyatakan kasih sayangnya (phileo) untuk Dia.143
Apapē. Kita kini tiba pada kata dalam Galatia 5:22, yang Paulus tempatkan pertama dalam daftarnya tentang "buah Roh." Meski dalam banyak kasus kata-kata Yunani ini untuk "kasih" mungkin tumpang tindih dalam artinya dan karena itu dianggap sebagai sinonim, namun masing-masing berbeda dalam hal-hal tertentu dari yang lainnya dan memiliki rasa khasnya sendiri. Seperti yang digunakan di dalam Perjanjian Baru, agapē menunjukkan karakteristik kasih yang paling luhur. Nigel Turner menulis, Dalam Yunani Kristen kata benda agapē dan kata kerja agapaō menunjukkan kasih sayang Kristen yang tepat, kasih orang yang setia kepada Allah dan manusia, dan kasih Allah untuk kita dan untuk Kristus, serta kasih Kristus untuk kita. Jadi itu adalah kompatibilitas yang sempurna tentang Allah dan manusia—kasih karunia yang supernatural.144Allah telah "mencurahkan" kasih-Nya ke dalam hati orang-orang kudus-Nya ( "orang-orang yang kudus"), sehingga itu adalah pemberian yang diterima melalui kasih karunia (Rom. 5:5).
Kasih ini harus jangan dipahami sebagai kasih yang hanya dirasakan, dan kita bahkan mungkin mempertanyakan apakah "kasih sayang" perlu atau tidak disertakan dalam maknanya. Orang Kristen tidak memiliki hak prerogatif untuk membatasi jenis kasih ini kepada orang-orang yang dengan siapa ia memiliki ketertarikan tertentu atau orang yang ia pilih untuk ia sukai. Allah mengasihi dan memberkati semua umat manusia, baik yang baik dan yang jahat. Mereka yang mengikut Kristus diperintahkan untuk mengasihi secara aktif dengan cara yang sama (Mat. 5:43-48).
Agapē , yang tanpa pamrih berbuat untuk kepentingan terbaik orang lain, berasal dari Bapa (1 Yoh. 4:16, 19). Kasih kita, untuk menjadi seperti kasih Allah, harus menjadi kasih yang dewasa, kasih yang lengkap. Kasih itu tidak dapat lagi ditandai dengan keinginan suka dan tidak suka yang umum bagi manusia yang tidak rohani, duniawi. Kasih yang lengkap ini harus menjadi tujuan setiap orang Kristen yang ingin menjadi seperti Bapa sorgawinya.
Kasih Yesus (Galatia 5:22)
Kata-kata dan perbuatan Yesus memenuhi kata agapē dengan rentang arti yang tak akan pernah muncul dalam pikiran para pakar kamus dari dunia pra-Kristen. Jenis kasih apakah yang Yesus perlihatkan? Memotivasi Dia untuk melakukan apakah kasih itu?
Ia dengan berani menghadapi musuh-musuh-Nya. Kasih Kristus tidak selalu menyenangkan. Kadang-kadang kasih itu menyinggung orang. Pada kesempatan lain, kasih itu bahkan mengecam, seperti ketika Yesus secara pedas mengucapkan serangkaian celaka ke atas para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dengan mengatakan, "Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?" (Mat. 23:33). Apakah kita mendengar perasaan kasih di dalam kata-kata itu? Tuhan menegur orang-orang ini, tetapi apakah kita meragukan bahwa Ia mengasihi mereka? Ia sedang berusaha untuk membuat mereka bertobat, untuk menghindari harus menghukum mereka pada hari kiamat, ketika Ia akan "dengan adil menghakimi dunia" (Kisah 17:31; lihat 2 Pet. 3:9). Ia mengasihi mereka secara mendalam, sehingga Ia harus menghadapi mereka dengan kebenaran.
Ia dengan setia melaksanakan misi-Nya. Yesus mengetahui realitas mengenai dari apa Ia sedang menyelamatkan kita, dan Ia juga mengetahui dengan baik kemuliaan megah mengenai untuk apa Ia sedang menyelamatkan kita ketika Ia datang untuk memenuhi misi-Nya. Ia mengerti arti keselamatan dan kebinasaan, dan itulah sebabnya Ia menanggung siksaan dari kunjungan duniawi-Nya. Secara mendesak, Ia menyeru manusia sesat untuk kembali kepada Bapa yang pengasih.
Siapakah di antara kita yang pernah hampir menunjukkan agapē seperti itu? Kita sangat peduli dengan kesejahteraan pribadi kita sendiri sehingga sedikit yang luput dari kenyamanan rumah kita sendiri. Sementara itu, jutaan orang tersandung seperti orang buta dalam kegelapan, mencoba untuk memahami keberadaan yang tanpa kasih.
Ia dengan taat menanggung hukuman yang patut kita terima. Tidak ada orang yang pernah mengasihi seperti Tuhan Yesus mengasihi atau menunjukkan kasih seperti itu seperti yang Ia tunjukan. Dari dua belas kali kata "neraka" (gehenna) muncul di dalam Perjanjian Baru, Yesus sendiri menggunakannya sebelas kali; dan Yakobus saudara-Nya menggunakan sekali (Yak. 3:6). Yesus memahami arti istilah yang menakutkan ini, yang menandakan keadaan terhukum selama-lamanya. Untuk alasan ini, Ia mengeluarkan tetesan besar keringat ketika Ia bergumul dalam penderitaan dengan kehendak-Nya sendiri di Getsemani; Ia menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Bapa, memilih untuk menanggung penyiksaan keji di kayu salib. Oleh karena nerakalah Ia menanggung penderitaan di Golgota yang menyiksa dan memalukan itu. Itulah alasan Ia menjadi kutuk, lambang dosa sesungguhnya, untuk dunia kita yang sesat ini. Itulah sebabnya, dalam kesengsaraan, Ia mengalami kesendirian yang galau ketika bahkan Bapa-Nya yang pengasih memalingkan wajah-Nya dari Dia. Bukankah ini bukti utama kasih ilahi? Kitab Suci mengungkapkan bahwa skema penebusan dari Allah, yang sudah direncanakan "sebelum dunia dijadikan" (1 Pet. 1:20;. lihat Kisah 2:23, 24), timbul dari kasih-Nya yang besar (lihat Yoh. 3:16). Yesus menjelaskan, Karena begitu besar kasih [agapaō] Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai [agapaō] kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (Yoh. 3:16-19).
Kesimpulan. Ketika dihadapkan dengan pesan kasih Allah yang diperlihatkan dalam Kristus, manusia akan merespon sesuai dengan kondisi utama hati mereka. Mereka yang karakter hatinya berintegritas dan mengasihi kebenaran akan bergetar dengan spiritualitas pesan ini. Oleh karena kejujuran dan integritas mereka, mereka percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan. Orang-orang berdosa tidak suka hatinya yang jahat diterangi dan mereka menolak karena mereka mencintai dunia. Pilihannya bersifat moral, dan konsekuensinya akan berupa hidup kekal atau hukuman kekal (lihat Yoh. 3:36).
Kita harus merasa kasihan kepada mereka yang tidak pernah datang untuk mengenal Kristus. Kecuali kita menyadari urgensi misi Kristus dan mengabdikan hidup kita untuk misi itu, banyak orang tidak akan pernah mengenal Kristus. Jika kita semua— sebagai anggota tubuh-Nya dengan segenap bakat dan kemampuan yang Allah telah berikan—mengabdikan diri kita untuk misi ini dengan rasa kemendesakan, maka banyak orang dapat datang untuk mengenal Kristus. Ini adalah tanggung jawab kita untuk mencerminkan kasih Yesus dan memastikan dunia mendengar Allah dan Juruselamat kita.
Mempertahankan Sukacita (Galatia 5:22)
Dalam komentarnya tentang surat Filipi, David Stewart menulis, "Di sepanjang surat Filipi, rasul itu terus-menerus mendesak para pembacanya untuk bersukacita. Nasihat ini mencapai klimaksnya dalam perintah ini: 'Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!' (Flp. 4:4)." Lalu Stewart menyajikan secara singkat tapi bermanfaat bagian tentang hal-hal yang dapat merampok sukacita orang Kristen. Di antaranya, ia menyebutkan pelbagai masalah, orang-orang, dan harta benda.145Kadang-kadang semua tiga hal ini—serta yang lainnya—dapat bergabung menjadi satu peristiwa atau keadaan. Kita harus waspada terhadap faktor-faktor yang mungkin membelokkan kita dari sukacita kita. Kita harus berfokus kepada Allah dan kuasa-Nya yang membebaskan ketimbang kepada hambatan di depan kita.
Mengejar Damai Sejahtera (Galatia 5:22)
Betapa berharganya kata yang indah ini "damai sejahtera" (eirēnē). Bukankah mengherankan bahwa, selama berabad-abad, para ibu dan para bapak telah memandang dengan penuh kasih pada seorang bayi perempuan cantik yang baru lahir dan menamai dia "Irene," yang berasal dari kata Yunani untuk "damai sejahtera"? Sangat menarik bahwa penulis Kristen mula-mula Irenaeus (sekitar 130-200 M.) mendapatkan namanya dari kata Yunani eirēnē. Selanjutnya, kata sifat bahasa Inggris "irenic" berasal dari kata ini. Kita mungkin bicara tentang pemandangan yang irenic (Ind.: damai).
Kedamaian sudah selalu menjadi sesuatu yang berharga bagi orang-orang yang berpikiran benar, terutama bagi mereka yang telah mengalami perang apa saja. Kedamaian adalah antitesis dari perang. Kehancuran besar yang ditimbulkan oleh pertempuran adalah pemandangan yang serius. Tumpukan puing-puing sering teronggok di tempat bangunan-bangunan megah pernah menjulang ke langit. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan adalah jumlah manusia yang tewas atau cedera. Beberapa yang selamat pulang ke rumah dengan kecacatan yang mengubah hidup. Penderitaan mereka menjadi saksi bagi sifat brutal perang.
Meski kedamaian adalah kebalikan dari perang, namun perang tidak terbatas pada konsep konflik bersenjata secara harfiah. Di berbagai belahan dunia, konflik suku, "perang di ruang tangga," dan para geng mengancam nyawa manusia. Hubungan yang tidak bersahabat sudah lazim muncul di tempat kerja, di dalam keluarga, dan bahkan di antara orang-orang Kristen.
Damai sejahtera Kristus yang sangat mahal dapat mengubah dunia kita dari kemarahan dan kebencian menjadi dunia yang lebih indah yang luar biasa; tapi bahkan ketika orang-orang Kristen terlibat, kehidupan tidak selalu menjadi seperti itu. Kepada orang-orang Kristenlah penulis Ibrani menulis, "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan" (Ibr. 12:14). Kedamaian tidak datang secara alami kepada kita. Kita harus melakukan upaya nyata untuk "hidup dengan Roh" bukannya menyakiti satu sama lain (Gal. 5:15, 16).
Yesus datang sebagai "Raja Damai." Dalam perannya sebagai Jurudamai, Ia menyediakan umat manusia cara untuk didamaikan dengan Allah kita yang kudus. Yesus, "yang tidak mengenal dosa" telah dibuat "menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Kor. 5:21). Mereka yang merespons injil dalam iman yang taat "hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus" (Rom. 5:1). Kristus menambahkan mereka kepada tubuh-Nya yang esa, memanggil mereka kepada damai sejahtera satu sama lain (Efe. 2:14-22). Jika kita berada dalam hubungan perjanjian ini, kita dapat memiliki "damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal." Damai sejahtera inilah yang "akan memelihara hati dan pikiran [kita] dalam Kristus Yesus" (Flp. 4:7). Damai sejahtera ini, ketenangan keyakinan kepada Allah ini, adalah buah Roh yang tentang itu Paulus tulis dalam Galatia 5:22.
Banyak orang tidak menyambut Kristus dan injil-Nya untuk alasan sederhana bahwa hati mereka jahat. Mereka lebih menyukai kegelapan dari cara hidup mereka sendiri yang jahat (Yoh. 3:19-21; Rom. 1:18-32). Tragisnya, banyak yang masih membenci Dia, meski Ia telah menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka. Kegelapan itu terus turun, dengan berani dan dengan agresif menyerang iman itu di pelbagai universitas, di media, dan di dalam pelbagai pemerintah. Itu tepat seperti yang nabi ini katakan:
Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak Sebab tidak dapat tetap tenang, Dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur.
"Tiada damai bagi orang-orang fasik itu," firman Allahku. (Yes. 57:20, 21).
Daya Tahan Kesabaran Yesus (Galatia 5:22)
Yesus memahami pergumulan kita, karena Ia pernah hidup sebagai salah satu dari kita (Ibr. 2:17, 18; 4:15). Kesabaran-Nya kadang-kadang tidak diragukan lagi didorong hingga ke tepi batasannya. Selama tiga tahun pelayanan-Nya, Ia menyerahkan diri-Nya untuk mengajarkan kebenaran Allah dan menyembuhkan orang-orang yang menderita penyakit dan kerasukan roh-roh jahat. Namun demikian, banyak orang yang merespons perbuatan-Nya yang luar biasa itu dengan tidak berterima kasih dan tidak percaya. Ia mengatakan celaka ke atas Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum karena orang-orang dari kota-kota ini—di mana ia mengadakan banyak mujizat—tidak bertobat (Mat. 11:20-24). Satu contoh yang menunjukkan bagaimana orang-orang itu menjengkelkan Yesus adalah insiden anak "epilepsi" yang dibawa kepada murid-murid-Nya dalam Markus 9. Mereka tidak dapat mengusir roh jahat dari anak itu, dan ahli-ahli Taurat mengambil kesempatan itu untuk mendiskreditkan mereka dan Yesus. Sebelum menyembuhkan anak itu, Yesus berseru, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" (Mrk. 9:19).
Meski ada perlawanan, Yesus tetap bertahan dalam pelayanan-Nya, yang memuncak dalam pengorbanan-Nya di kayu salib bagi kita. Contoh daya tahan kesabaran-Nya itu diilustrasikan secara paling baik oleh peristiwa ini. Menurut Injil Yohanes, Yesus dibawa ke Golgota, tempat penyaliban, "memikul salib-Nya sendiri" (Yoh. 19:17).146Ia tampaknya memikul salib itu sejauh yang Ia sanggup, setelah dibuat sangat lemah oleh penyambukan yang tanpa ampun. Akhirnya, beban balok salib itu pastinya menjadi terlalu berat untuk dipikul, dan Ia jatuh di bawah bobot salib itu. Tiga injil lainnya menceritakan bahwa Simon, seorang laki-laki dari Kirene, dipaksa melayani untuk memikul salib itu di sepanjang sisa perjalanan ke Golgota (Mat. 27:32; Mrk. 15:21; Luk. 23:26).
Sosok Yesus macam apakah yang disiratkan oleh Kitab Suci? Ia kelelahan karena kurang tidur, punggungnya berdarah karena cambukan, dan mahkota duri itu secara menyakitkan menusuk alis-Nya. Ketika Ia berjalan dengan susah payah melalui jalan-jalan sempit kota itu dengan beban-Nya yang berat, Ia tidak diragukan lagi gemetaran, terguncang karena dipermalukan, diejek, dan ditampar. Ia menanggung ejekan dan teriakan yang mencela, tidak hanya dari para prajurit Romawi, tetapi juga dari imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Semua ini Ia tanggung, meski sebagai Ilah Ia tentu dapat memanggil pasukan malaikat sorgawi untuk datang membantu Dia dan mengakhiri semuanya (Mat. 26:53).
Yesus terus bertahan, bahkan ketika paku dilesakkan menembus pergelangan tangan dan kaki-Nya. Ia menahan cemoohan dari para pemimpin Yahudi, orang-orang yang lewat, dan para penjahat yang disalibkan bersama Dia. Ia memikul beban dosa dunia ketika Ia terpisah dari Bapa sogawi-Nya (Mat. 27:39-46). Sesungguhnya, perbuatan itu menunjukkan kekuasaan dan pengendalian diri yang kuat dari sang Tuan. Hal itu juga memberikan contoh tentang ketabahan yang sabar dan penguasaan diri yang dunia belum pernah lihat sebelumnya dan tidak akan pernah lihat lagi.
Setiap orang Kristen harus bersemangat untuk meniru Kristus, dalam hal ini berusaha meniru bagaimana Ia bertahan pada saat pencobaan-Nya yang paling berat. Kita harus melatih kesabaran, ketabahan, dan ketekunan. Kita harus melakukan ini dengan mengingat kedatangan Yesus yang kedua dan hidup yang kekal (Yak. 5:7, 8).
Dampak Kebaikan (Galatia 5:22)
Ketika kita melihat kata "kebaikan," kata itu mungkin mengingatkan kita kepada sosok orang-orang tertentu yang kita kenal. Senyum ramah mereka telah memenuhi diri kita dengan perasaan tenang yang hangat dan ucapan syukur karena kepedulian mereka kepada kita pada waktu kita butuh bantuan fisik atau emosi. Mungkin kita hanya butuh seseorang untuk memahami dan menghibur kita ketika kita sedang menghadapi perlawanan, atau ketika kita merasa tertekan, kekurangan, atau kesepian. Siapakah yang kadang-kadang belum pernah mengalami saat-saat suram dalam kehidupan ketika tampaknya tidak ada apa-apa kecuali awan gelap di cakrawala? Mungkin saja itu adalah kehilangan pekerjaan, masalah keluarga, utang yang menumpuk, atau hubungan yang tak dapat didamaikan. Mungkin saja itu adalah pindah ke tempat baru di mana kita tahu tidak ada orang dan tidak ada tempat untuk dimintai bantuan. Lalu muncul wajah yang ramah dengan kesediaan yang penuh semangat untuk membantu kita dengan cara apa pun yang kita butuhkan. Betapa itu melegakan jiwa! Akankah kita pernah melupakan kebaikan seperti itu yang pernah diberikan kepada kita?
Pada satu kesempatan, lebih dari enam puluh tahun yang lalu, saya baru saja diterima untuk belajar di "Ruperto Carola Universität" tua yang terkenal (Universitas Heidelberg di Jerman). Saya merasa terintimidasi sebagai orang muda di negeri asing, terutama di negeri yang belum terlalu lama pernah menjadi musuh paling berbahaya yang Amerika pernah hadapi (Jerman Nazi). Saat berjalan-jalan di kota Heidelberg sendirian, untuk melihat situs-situsnya yang mengagumkan, saya didekati oleh seorang asing. Seorang pemuda perlente berhenti untuk berbicara kepada saya dan bertanya apakah saya bersedia untuk menjadikan dia penunjuk jalan saya untuk berkeliling kota. Ini, tentu saja, saya terima dengan senang hati. Sikapnya itu sungguh dapat dicontoh dan sopan, dan saya tidak pernah melupakan kebaikannya.
Yesus mengatakan perumpamaan dalam Lukas 10 yang memberi kita wawasan mengenai kebaikan ideal Allah. Bagi orang-orang Yahudi yang mendengarkan Yesus, kisah-Nya itu akan sudah menimbulkan pertanyaan ini: Bagaimana bisa seorang Samaria bertindak lebih baik dibandingkan orang-orang Yahudi teladan? Itu adalah kisah yang mengejutkan yang mengajarkan kita banyak hal tentang kebaikan.
Dalam cerita ini, seorang laki-laki tergeletak di pinggir jalan, terluka dan menderita, setelah dilucuti, dipukuli, dan ditinggalkan "setengah mati" (Luk. 10:30). "Kebetulan," pertama-tama datanglah seorang imam dan kemudian seorang Lewi. Kisah itu secara jelas menyatakan bahwa kedua orang itu melihat orang yang malang itu tapi kemudian melewatinya "dari seberang jalan" (Luk. 10:31, 32). Sebagai umat pilihan Allah, orang-orang Yahudi ini disebut sebagai "terang bagi bangsa-bangsa" (Yes. 42:6-8; lihat 49:6), suatu contoh bagaimana semua bangsa (bukan Yahudi) harus hidup dalam pelayanan kepada Pencipta mereka. Israel harus menjadi bangsa yang dua hukumnya yang paling utama berfokus pada mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia (Luk. 10:25-28). Dengan melaksanakan perintah kedua inilah bangsa-bangsa bukan Yahudi akan datang untuk mengenal Dia yang merupakan objek perintah pertama. Imam itu dan orang Lewi itu adalah contoh utama dari umat Allah sendiri, namun mereka tidak memiliki hati Allah yang sesungguhnya. Betapa beda reaksi orang Samaria itu:
Ketika ia melihat orang [yang terluka] itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya (Luk. 10:33b, 34).
Ia tidak hanya membayar dengan uangnya sendiri biaya menginap korban itu, tetapi ia juga berjanji untuk membayar apa pun yang masih diperlukan untuk perawatan orang itu sekembalinya dia nanti (Luk. 10:35). Betapa perilaku yang dapat dicontoh— dan contoh itu ada pada pihak orang Samaria yang dibenci! Dengan kebaikannya, ia terbukti menjadi "sesama" bagi orang yang terluka itu (Luk. 10:36, 37).
Apa yang Allah ingin lihat pada umat-Nya adalah praktik kebaikan. Hal itu tidak cukup dengan merasa senang dengan perbuatan baik yang kita pernah alami dari orang lain atau bahkan tersentuh oleh besarnya kebaikan Allah bagi kita. Sifat ini harus dipraktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita harus jangan membolehkan kelelahan, kejengkelan, dan ketegangan sehari-hari membuat kita keras dan tidak peduli. Sebaliknya, dalam setiap keadaan kita harus mencerminkan kebaikan Allah sambil kita hidup oleh Roh. Sikap dan tindakan baik kita pastinya akan mempengaruhi orang lain untuk Kristus (lihat Mat. 5:14-16; 1 Pet. 2:12).
Orang Yang Baik (Galatia 5:22)
"Baik" (agathos) adalah istilah yang jarang digunakan sehubungan dengan manusia, bahkan termasuk Yesus sendiri. Dalam satu contoh, seseorang menyebut Dia sebagai "Guru yang Baik." Jawaban Yesus pada kesempatan itu adalah "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja" (Mrk. 10:17, 18). Kemungkinan, Tuhan sedang menguji orang itu untuk melihat apakah orang itu mengetahui identitas Yesus yang sebenarnya.
Beberapa manusia disebut sebagai "baik." Ketika Yesus, atas permintaan murid-murid-Nya, sedang mengarahkan mereka cara berdoa, Ia mengucapkan kata-kata yang agak mengejutkan "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya"? (Luk. 11:13; huruf miring ditambahkan). Meski banyak benda dan sifat disebut "baik" dalam Perjanjian Baru (seperti, "buah yang baik," "perbuatan baik," dan "hati nurani yang baik"), sedikit orang yang digambarkan sebagai "baik" (agathos).
Salah satu dari mereka yang disebut "baik" adalah Barnabas (Kisah 11:22, 24).
Menjadi lebih akrab dengan orang ini mungkin merupakan cara terbaik untuk mendapatkan wawasan tentang buah Roh yang disebut "kebaikan" (agathosune). Hidupnya ditandai dengan kemurahan hati, keberanian, kasih, dan keyakinan kepada orang lain. Barnabas menonjol dalam gereja mula-mula—bukan karena kehebatan pidatonya atau surat-suratnya, tetapi karena kebaikan dalam hidupnya yang dihasilkan dari Roh dan imannya.
Pentingnya Iman (Galatia 5:22)
Kata pistis ("kesetiaan"), yang memiliki rentang arti yang luas di dalam Perjanjian Baru, umumnya diterjemahkan sebagai "iman." Pentingnya iman harus ditekankan. Kepercayaan kepada Allah dan kepercayaan kepada Yesus sebagai Kristus adalah penting bagi keselamatan kita. Mari kita perhatikan nas-nas berikut ini:
"Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah" (Yoh. 3:18).
"Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya" (Yoh. 3:36).
"Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu" (Yoh. 8:24).
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibr. 11:6).
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) Kehalusan Yesus (Galatia 5:23)
Sehubungan dengan "buah Roh," tidak ada yang dapat melampaui atau bahkan dibandingkan dengan contoh dari Yes...
Kehalusan Yesus (Galatia 5:23)
Sehubungan dengan "buah Roh," tidak ada yang dapat melampaui atau bahkan dibandingkan dengan contoh dari Yesus sendiri. Dalam kaitan dengan "kelembutan" (prautēs), Ia secara jelas menunjukkan sifat kelemahlembutan, kerendahan hati, dan menahan diri ketika Ia menderita dan mati bagi kita. Penulis kitab Ibrani menggunakan Yesus sebagai model untuk ditiru oleh semua orang Kristen. Dengan menyinggung penyaliban Tuhan, ia menulis, "Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa" (Ibr. 12:3). Demikian pula, Petrus juga meninggikan Yesus sebagai pola untuk kita ikuti: "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil" (1 Pet. 2:23).
Kehalusan dan kelemahlembutan Yesus secara mengagumkan diperlihatkan ketika para imam dan para prajurit meludahi Dia dan memukul Dia dengan tinju mereka, ketika cemeti Romawi merobek punggung-Nya, dan ketika orang banyak berteriak, "Salibkan Dia! Salibkan Dia!" (Yoh. 19:6). Sifat-sifat ini lebih lanjut diperlihatkan ketika orang-orang melewati tiga orang yang dipakukan pada salib mereka. Ketika orang-orang terhukum itu menggeliat kesakitan, para imam, para ahli Taurat, dan para tua-tua yang kejam itu meresponsnya dengan ejekan dan cemoohan (Mat. 27:42, 43a). Bagaimanakah Yesus merespons? Ia berdoa, "Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat"( Luk. 23:34; ASV).
Ini adalah kelemahlembutan yang paling luhur dari Ilah yang menjelma! Semoga Allah mengajarkan kita kelemahlembutan ini, agar kita boleh menunjukkan sesuatu dari kemuliaan yang muncul pada saat waktu yang singkat itu untuk memberi kita pandangan sekilas tentang diri-Nya sendiri dan alam kekal Roh. Kita harus meniru kelemahlembutan Kristus di dunia ini sehingga orang-orang di sekitar kita boleh datang untuk mengenal Allah dan betapa besar Ia mengasihi mereka (Yoh. 1:14, 18; 3:16, 17).
Kehalusan Daud, Bagian 1 (Galatia 5:23)
Seberapa tinggikah kedudukan "kehalusan" ("kelemahlembutan"; KJV; ASV) dalam penilaian orang Yahudi dalam Perjanjian Lama? Di kalangan orang-orang Yunani kuno sifat itu tampaknya mendapat sedikit kehormatan. Di mata mereka, sifat itu hampir sama dengan "kelemahan," sebagaimana juga halnya di kalangan orang-orang duniawi di zaman kita sendiri.
Daud tidak diragukan lagi adalah salah satu tokoh terkuat dan paling berani dalam Perjanjian Lama. Sebuah acuan kepada Daud dalam Mazmur 132 (131; LXX) membantu kita untuk menekankan ide kekuatan di hadapan konflik. Mazmur itu memulai, Ingatlah, ya TUHAN, kepada Daud Dan segala penderitaannya, [prautēs, "kelemahlembutan"; LXX]; Bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, Telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub:
"Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, "Tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, Sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur Atau membiarkan kelopak mataku terlelap, Sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, Kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub" (Maz. 132:1-5).
Apa yang menjadi perhatian terutama kita di sini adalah baris kedua, di mana LXX mengganti "kelemahlembutan" (prautēs) dengan "penderitaan" dalam teks Ibrani (seperti yang diterjemahkan di sini dalam NASB). Yang mana saja dari kata itu adalah terjemahan yang memungkinkan dari bahasa Ibrani aslinya.
Penderitaan Mazmur 132 adalah beban yang Daud letakkan ke atas dirinya sendiri atas nama rumah Tuhan, tempat perhentian yang dengan tulus sangat ia rindukan untuk ia bangun bagi Allah. Tema yang dominan ini dalam mazmur itu jelas terlihat bagi pembaca yang cermat.
Mazmur itu tidak dikaitkan kepada Daud. Ia dikutip secara singkat, dan baik ia maupun dinastinya sering diacukan dalam mazmur itu. Namun begitu, rumah Allah, di mana umat-Nya datang bersama-sama untuk beribadah di hadapan tabut kehadiran-Nya, adalah fokus utamanya. Meski takhta Allah dianggap berada di sorga, namun tumpuan-Nya dipahami berada di bumi, dan lebih khusus lagi di dalam bait-Nya (1 Taw. 28:2; Maz. 132:7). Di atas semua itu, kita harus ingat situasi sejarah dan peran tabut itu dalam cerita di balik mazmur itu.
Mazmur itu sendiri adalah doa permohonan yang diucapkan para peziarah pada zaman yang belakangan. Mereka menyanyi ketika mereka mendekati ibu kota negara mereka dan kota Daud, tempat yang Allah sendiri telah pilih untuk disembah. Mazmur itu adalah salah satu dari lima belas "Nyanyian Ziarah" (Maz. 120-134) yang merupakan himne yang dinyanyikan (atau dibacakan) oleh para peziarah ketika mereka mendekati Yerusalem menjelang akhir perjalanan mereka.
Orang tidak dapat melebih-lebihkan pentingnya tabut itu bagi latar belakang mazmur ini. Mazmur itu, pada kenyataannya, satu-satunya dari kelompok ini yang bahkan menyebutkan tabut. Kisah pencobaan berat dan kesedihan Daud dalam keterkaitannya adalah kunci bagi pemahaman mazmur itu. Pertama, ada tahun-tahun penantian sampai tabut itu dapat ditemukan (Maz. 132:6). Kedua, sukacita Daud tiba-tiba berubah menjadi kemarahan, kesedihan, dan ketakutan atas kematian Uza, yang niatnya dalam menyentuh tabut itu hanya agar tabut itu tidak jatuh dari gerobak pengangkutnya (2 Sam. 6:1-11). Akhirnya, reaksi Mikhal istri Daud adalah pencobaan yang berat. Ia sangat mempermalukan Daud atas apa yang ia anggap perilaku yang memalukan (melompat-lompat dan menari-nari) sehingga konflik itu menghancurkan perkawinan mereka (2 Sam. 6:16-23).
Fokus utama dari Mazmur 132 adalah kerinduan Daud untuk membangun sebuah tempat suci permanen yang layak bagi Tuhannya yang kekasih. Dalam konteks inilah penggunaan prautēs, "kehalusan," muncul dalam ayat pertama. Meski hal itu secara jelas dinyatakan bahwa Daud adalah seorang yang berkenan di hati Allah (1 Sam. 13:14), objek mulia keinginannya itu ditolak dan diserahkan kepada orang lain. Pada tataran fisik, objek itu diserahkan kepada Salomo, anaknya karena Daud adalah orang yang menumpahkan darah dan orang perang (1 Taw. 22:6-10; 28:3).147Pada tataran rohani yang jauh, peran itu milik Kristus.
Bagaimanakah Israel Perjanjian Lama menghargai sifat lemah lembut? Dari semua tokoh Perjanjian Lama, Daud mungkin adalah pahlawan yang paling dicintai dan dipuja dari semua pahlawan. Nama "Daud" sebenarnya berarti "yang kekasih." Tentu saja, ia adalah pahlawan militer dalam arti istilah yang sering kita gunakan sekarang ini. Mazmur ini menunjukkan bahwa ia juga sangat dihormati oleh orang-orang Yahudi lama setelah zamannya atas sifat kelemahlembutan. Ini adalah kebajikan yang sama yang Paulus masukkan dalam "buah Roh" dalam Galatia 5:23.
Salah satu kesaksian terbaik bagi kebenaran Kitab Suci adalah bahwa kesaksian itu tidak menyajikan tokoh yang tanpa cacat dalam ceritanya, kecuali satu yang adalah Allah dalam daging, Mesias yang dijanjikan dan Juruselamat, Yesus dari Nazaret. Daud memiliki banyak sifat yang mengagumkan; dan dari semua "pertanda" tentang Tuhan, Daud adalah raja yang paling baik menggenapi peran itu. Diakui, ia adalah bayangan yang tidak sempurna untuk Tuhan; namun begitu, di atas semua kekurangannya yang banyak itu, siapakah dapat mempertanyakan ketulusan gairahnya untuk menjalankan keadilan dan kekudusan? Berani seperti singa dan tidak pernah goyah dalam iman, ia berperang untuk Allah. Ketika ditegur karena dosanya—seringkali dosa yang mengerikan—ia merasa hancur dalam pengakuan dan pertobatan. Siapa lagikah dalam seluruh isi Kitab Suci yang membumbung ke puncak sorga dalam memuji Allah atau terjun ke dalam dunia orang mati dalam penyesalan yang mendalam karena dosanya seperti yang Daud lakukan dalam mazmurnya? Kita tidak boleh lupa bahwa Daud adalah seo-rang nabi dan mazmurnya adalah Kitab Suci yang terilham (Luk. 24:44, 45; Kisah 2:25-36).
Mazmur 132 menyajikan bukti nyata bahwa orang-orang Yahudi yang belakangan sangat menghargai kualitas kelemahlembutan ini. Itu adalah salah satu sifat mulia yang mereka kagumi dalam diri Daud. Kelemahlembutannya itu bukan kelemahan, tapi kehalusan dalam menghadapi perlawanan yang sengit. Prautēs, "kelemahlembutan" atau "kehalusan," ini adalah satu buah yang dihasilkan dalam kehidupan orang-orang yang dipimpin oleh Roh.
Kehalusan Daud, Bagian 2 (Galatia 5:23)
Sifat kehalusan atau kelemahlembutan juga secara berulang kali digambarkan dalam kehidupan Daud saat ia berinteraksi dengan orang lain. Berikut ini adalah beberapa contohnya. yang dapat menggenapi banyak pertanda dalam tulisan Daud dan pelbagai nubuat tentang Daud dan takhta yang kekal. (Lihat Yes. 9:6, 7; Yer 23:5, 6; 30:9; 33:14-16; Yeh. 34:23, 24; 37:24, 25; Hos. 3:5; 5:2; Mat. 1:1; 2:1-6; Luk. 1:30-33; Kisah 2:25-36).
Saudara-saudaranya. Daud mengalami banyak penderitaan, bahkan dari keluarganya sendiri. Ketika saudara-saudaranya yang lebih tua bertugas "secara mulia" dalam pasukan Saul, Daud, sebagai anak bungsu Isai, harus menggembalakan ternak ayahnya. Isai menyuruh Daud membawakan bekal bagi saudara-saudaranya itu, tapi mereka secara tidak adil menuduh dia ingin pergi keluar dan menonton kegemparan pertempuran (1 Sam. 17:28-30). Ia tidak bereaksi berlebihan terhadap kecaman yang pedas itu atau membolehkan kecaman itu menghalangi dia untuk dengan setia melayani Tuhan.
Raja Saul. Belakangan, selagi Daud bekerja sebagai musisi raja, Saul dua kali mencoba untuk menyematkan dia ke dinding dengan tombaknya (1 Sam. 18:10, 11; 19:9, 10). Masih belakangan, Saul sedang menyisir wilayah padang gurun Gedi dengan pasukannya untuk menangkap dan membunuh Daud. Saul kebetulan memasuki gua di mana Daud dan beberapa anak buahnya sedang bersembunyi di dalamnya. Orang-orang Daud mendesak dia untuk menggunakan kesempatan ini untuk membunuh penganiayanya (1 Sam. 24:1-7).
Mungkin tidak di tempat lain kita dapat melihat dengan sangat jelas semangat kelembutan Daud yang indah selain daripada penolakannya terhadap nasihat rekan-rekannya yang tampaknya masuk akal untuk membunuh Saul. Apalagi, Saul sudah ditolak oleh Allah, dan sekarang Daud adalah orang yang diurapi Tuhan. Daud tahu, tapi ia bersedia untuk menunggu waktu dan cara yang tepat bagi dia untuk menerima kekuasaan raja, ia hanya ingin melakukan kehendak Allah: "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN" (1 Sam. 24:6). Hati nurani Daud bahkan terganggu oleh fakta bahwa "ia telah memotong punca Saul" (1 Sam. 24:5). Ketundukan adalah karakteristik lain dari orang yang benar-benar lemah lembut.
Absalom. Kelemahlembutan Daud juga secara jelas diperlihatkan ketika anaknya tercinta Absalom berkomplot melawan dia untuk merebut takhtanya (2 Sam. 15:10-12). Daud terpaksa melarikan diri dari Yerusalem untuk menyelamatkan nyawanya dan seisi rumahnya (2 Sam. 15:13-18). Ia melakukan ini dalam kerendahan hati, menyerahkan masa depannya di tangan Tuhan (2 Sam. 15:25, 26). Saat ia melarikan diri, Simei, seorang dari rumah tangga Saul, keluar dan mengutuki dia; namun raja Daud tidak membalas (2 Sam. 16:5-14). Setelah memasuki Yerusalem dan menguasai takhta, Absalom melanjutkan untuk mempermalukan Daud ayahnya dengan tidur dengan para selirnya, yang Daud tinggalkan untuk mengurus istana (2 Sam. 16:20-23). Meski Absalom berusaha untuk membunuh ayahnya (2 Sam. 17), namun Daud ingin menyelamatkan nyawa anaknya. Ia memerintahkan tiga komandannya, "Perlakukanlah Absalom, orang muda itu dengan lunak karena aku" (2 Sam. 18:5). Namun demikian, salah satu dari orang-orang ini, Yoab, membunuh Absalom (2 Sam. 18:14, 15).
Daud, abdi Allah, disebutkan dalam Ibrani 11 sebagai orang beriman yang menaati Allah dan patuh kepada Dia. Ia memperlihatkan kehalusan, atau kelemahlembutan, di hadapan pencobaan yang besar.
Pengendalian Diri (Galatia 5:23)
Kata Yunani untuk "pengendalian diri," ejgkra/teia (enkrateia), dibentuk dari akar kata kra/toß (kratos), yang berarti "kekuasaan," "kekuatan," "kepenguasaan," atau "kendali." Kratos telah mempengaruhi akhir kata-kata bahasa Inggris/Indonesia seperti "demokrasi," "otokrasi," dan "teokrasi." Bagian pertama dari masing-masing kata-kata ini juga berasal dari bahasa Yunani. (1) "Demokrasi" mengacu kepada "pemerintahan oleh rakyat" karena dhvmoß (dēmos) berarti "rakyat." (2) "Otokrasi" menunjuk kepada "pemerintahan sendiri," karena aujto/ß (autos) berarti "sendiri." Istilah "otokrasi" menandakan pemerintahan mutlak oleh raja atau penguasa lalim. (3) "Teokrasi" berarti "pemerintahan oleh Allah," karena kata "Allah" atau "allah" adalah qeo/ß (theos). Contoh paling akrab untuk teokrasi adalah pemerintahan Allah atas Israel di Perjanjian Lama, di mana semua otoritas—yudikatif, legislatif, politik, sosial, dan agama—milik Allah mereka, Yahweh.
Meski pemerintahan Allah memang mutlak, Ia bagaimanapun tidak lalim, tapi sebaliknya merupakan lambang sebenarnya bagi kebenaran, kebaikan, dan kasih setia. Pernah dikatakan, "Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan yang absolut sepenuhnya korup."148Ini semua terlalu benar dalam ranah manusia biasa; namun begitu, itu tidak pernah terjadi pada pemerintahan Allah. Keinginan-Nya adalah untuk memberkati manusia, yang Ia bentuk menurut gambar-Nya. Umat manusia, dalam adegan paling awal dari drama tragis keberadaannya di bumi, menolak kedaulatan Allah yang penuh kasih. Yang membuat ia menderita, ia secara parah mencemari gambaran itu dan jatuh di bawah pemerintahan lalim "penguasa dunia ini" (Yoh. 12:31; NIV), musuh dari semua yang baik dan suci.
Kisah zaman dulu tentang orang tua purba kita ini bukan sekedar sejarah kuno, juga bukan kisah aneh yang diberitahukan kepada anak-anak untuk mengesankan mereka dengan pelbagai akibat yang menakutkan oleh karena tidak mematuhi orang tua mereka. Sebaliknya, itu adalah sejarah setiap orang yang berlangsung terus. Hati manusia yang cacat dari segala zaman, tua atau muda, cepat atau lambat memberontak terhadap siapa saja yang akan berani membatasi kebebasannya dan mencoba untuk mengendalikan dia. Sayangnya, ini juga mencakup Pencipta dan Bapa sorgawi kita yang selalu mengasihi.
Manusia ingin mengukir gambarnya sendiri, merebut peran Dia yang memberi kehidupan! Allah dengan bergairah ingin memeluknya dan menariknya ke dalam persekutuan intim sifat ilahi-Nya sendiri yang telah dirancang sejak awal (2 Pet. 1:2-4). Tekad berani manusia untuk menempuh jalannya sendiri hanya menimbulkan penderitaan, kesengsaraan, dan bencana. Dahulu sekali, Yeremia menulis, "Aku tahu, ya TUHAN, jalan manusia tidak dalam kausan sendiri, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya" (Yer. 10:23; NKJV). Itu mirip dengan balita, yang untuk melihat pemandangan yang lebih baik dari lembah yang indah di bawahnya, akan dengan serampangan bergegas menuju tepi jurang gunung jika tidak ditahan oleh orang tua.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan orang dewasa yang sebenarnya rasional namun menjadi bodoh karena tidak mengenal Allah. Ia telah diberkati dengan beberapa-hal yang disebut "kemauan," kehendak. Ia, seperti yang kita katakan, adalah "agen moral yang bebas" yang baginya adalah wajar untuk membuat keputusan tentang apa yang tampaknya baik bagi dia menurut pengertiannya. Tanpa kendali yang tepat, batasan diri, dan bimbingan ilahi, maka tragedi Eden, yang melukai "manusia duniawi," hanya akan terus terulang kembali. Lagi-lagi, manusia meraih kembali buah terlarang; apalagi, buah itu menarik dan lezat. Buah itu akan, jika ia percaya kepada kebohongan Iblis, membuat dia bijaksana, seperti Allah (Kej. 3:5, 6; lihat Yak. 1:13-15; 1 Yoh. 2:15-17). Yesus menanggapi orang-orang Yahudi yang menentang Dia, "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran…" (Yoh. 8:44).
Alih-alih membawa kebebasan, kurangnya pengendalian diri menghasilkan perbudakan kepada dosa. Hukuman kekal adalah nasib orang-orang yang bodoh, keras kepala, dan sombong yang tidak bertobat dan berbalik kepada Yesus Kristus dalam ketaatan. Menanggapi kemesuman pada zamannya, Petrus menuliskan kata-kata ini yang menghukum:
… Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah (2 Pet. 2:9, 10a).
Mari kita memikirkan kemesuman dan kebejatan yang mengelilingi kita di zaman kita sendiri. Beberapa orang yang menuntut toleransi bagi gaya hidup menyimpang mereka menyatakan bahwa kebajikan tersebut tidak toleran. Sesungguhnya, "hari-hari ini adalah jahat" (Efe. 5:16).
Sebagai makhluk yang "hidup dan bergerak dan memiliki keberadaan kita" di dalam dunia (Kisah 17:28; NIV), kita sering merasa sulit untuk tidak berpikir seperti cara dunia. Yesus, ketika Ia berdoa, berkata tentang murid-murid-Nya, "Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia" (Yoh. 17:16; lihat Flp. 3:20, 21).
Ketika kita melihat kembali melalui sejarah, kita menemukan orang-orang "hebat" yang oleh kekuatan senjata dan tekad belaka menaklukkan kerajaan-kerajaan yang luas dan merubuhkan kota-kota berkubu. Kita teringat Alexander yang Agung, yang memperluas kedaulatannya ke arah timur sejauh sungai-sungai India. Tantangannya yang terbesar adalah, mungkin, kota Tirus, yang sebagian berada sebuah pulau lepas pantai dan sebagian lagi di daratan Fenesia. Alexander dengan mudah mengalahkan kota tua yang di daratan. Namun, karena tidak memiliki kapal yang tersedia pada saat itu, ia harus mencari cara lain untuk menaklukkan kota baru di pulau itu. Ia akhirnya memecahkan masalah itu dengan membangun jalan lintas dari daratan ke benteng pulau itu. Pekerjaan monumental ini disambut dengan perlawanan hebat dari orang-orang di pulau itu, dan Alexander hampir meninggalkan misi itu. Akhirnya, 120 kapal datang untuk mendukung dia; kemudian ia menyelesaikan jalan lintas itu, menyerbu benteng itu, dan merubuhkannya. Perlu waktu tujuh bulan bagi dia untuk menyelesaikan prestasi ini.149
Pasukannya pastinya sudah mengeluh dalam melaksanakan tugas yang memalukan dan melelahkan ini, namun semua orang yang mengenal baik tindakan hebat Alexander kemungkinan akan mengelompokkan tugas ini sebagai salah satu prestasi militer terbesarnya. Kita tidak meragukan bahwa Alexander dari Makedonia itu adalah alat Allah yang menakjubkan dan kuat untuk mempersiapkan dunia bagi kedatangan Kristus, terutama untuk menyebarkan bahasa dan kebudayaan Yunani di seluruh negeri di timur Mediterania. Ini menghasilkan media bahasa di mana Perjanjian Lama akan diterjemahkan (LXX) dan Perjanjian Baru akan ditulis. Namun, mengenai kekalahannya dari pusat perdagangan Tirus di Mediterania, kata-kata Salomo cocok: "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota" (Amsal 16:32).
Kita tidak dapat berbuat lain selain mengagumi prestasi terkenal Alexander itu sebagai salah satu komandan militer paling hebat di dunia. Ia mencontohkan kualitas kepemimpinan yang menginspirasi seperti itu sehingga ribuan orang mau mempertaruhkan hidup mereka untuk mengikut dia, apa pun rintangannya. Meski begitu, pada bagian paling puncak karirnya, ia akhirnya gagal karena kurangnya pengendalian diri. Terkenal dalam perang, namun ia gagal total dalam kedamaian. Menyerahkan dirinya kepada kemesuman, alkoholisme, dan amarah tak terkendali yang berlebihan, ia akhirnya membunuh temannya tersayang, menghancurkan kesehatannya, dan mati sebagai orang muda pada sekitar usia tiga puluh dua tahun. Ia dulu dan kini masih dianggap sebagai orang "hebat." Berdasarkan keberaniannya dalam pertempuran, ia memimpin pasukannya menuju kemenangan atas pelbagai negeri yang jauh lebih besar daripada negerinya sendiri. Namun begitu, pada detik kebenaran, Alexander gagal menempuh ujian yang paling penting dan mengungkapkan ketidakmampuannya untuk menaklukkan dan mengatur rohnya sendiri.
TFTWMS: Galatia (Pendahuluan Kitab) "Saling Menantang" (Galatia 5:26)
Paulus menyimpulkan bagian ini dengan mengatakan, "Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita sa...
"Saling Menantang" (Galatia 5:26)
Paulus menyimpulkan bagian ini dengan mengatakan, "Dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang …" (5:26). Seorang Kristen harus jangan mencoba untuk memprovokasi atau menghasut orang lain. Namun begitu, ini tidak mengesampingkan semua konflik atau kontroversi. Kadang-kadang, demi kebenaran, kita perlu terlibat dalam perdebatan. Misalnya, Yudas mengatakan "tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 3). "Tetap berjuang" berasal dari ejpagwni/zomai (epagōnizomai), suatu istilah atletik yang intensif yang mengacu untuk bersaing dengan sekuat tenaga. Ketika itu adalah masalah iman kita, atau injil itu sendiri, kita tidak boleh begitu "baik" sehingga mengira berdebat adalah sesuatu yang orang Kristen harus jangan lakukan.150
Kita mungkin juga mempertimbangkan contoh dari Stefanus, ketika ia dihadapkan dengan orang-orang tertentu dari "jemaat orang Libertini." Setelah mendengar pemberitaan Stafanus, mereka "bersoal jawab" (suzhte/w, suzēteō) dengan dia. "Tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (Kisah 6:9, 10). Kata kerja suzēteō, yang diterjemahkan "bersoal jawab,"151digunakan untuk lawan-lawan Stefanus; mereka sedang berdebat dengan dia. Tidak diragukan lagi, kata-kata mereka penuh dengan kebencian dan tipu daya (Kisah 6:11, 12). Stefanus tidak ragu-ragu untuk merespons serangan mereka dengan kebenaran Firman Allah. Ia berani dan memiliki pendirian, namun kata-katanya diucapkan dari kasih untuk jiwa yang sesat. Ketika mereka merajam dia sampai mati, martir Kristen pertama itu mengucapkan kata-kata penuh belas kasihan ini: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kisah 7:60a).
Mungkin tidak ada di tempat lain di dalam Kitab Suci kita akan menemukan pelajaran yang lebih penting bagi orang Kristen yang mendapatkan dirinya terlibat dalam kontroversi dengan lawan untuk kepentingan Tuhan dan kebenaran injil. Kita semua tahu tentang pelbagai "perdebatan" di mana calon-calon juara berita injil itu secara meyakinkan sudah mengalahkan lawan-lawan mereka—dan dengan begitu menetapkan musuh-musuh bagi kepentingan Kristus. Kita juga mengetahui pelbagai perdebatan, banyak yang masih di cetak hari ini, yang mengakibatkan pemenangan sejumlah besar orang kepada iman, tidak hanya melalui penyajian pesannya yang kuat tetapi juga oleh semangat si penyaji yang benar-benar peduli dan penuh kasih.
Diakui, diskusi yang bersemangat, bergairah tentang apa saja yang seseorang yakini dengan cukup kuat untuk rela mati bagi keyakinan itu mengandung kekuatan besar di dalam keyakinan itu sendiri—kekuatan untuk menghancurkan dan menyelamatkan. Kemungkinan besar itu adalah salah satu tugas paling sulit yang akan pernah dilakukan oleh murid yang setia.
Injil tidak dapat diberitakan tanpa menimbulkan perlawanan. Sudah menjadi hal yang alami bahwa kejahatan membenci kebenaran. Mengapa Kain membunuh Habel? Mengapa, ketika Allah mengutus Anak-Nya sendiri, orang yang paling benar dan penuh kasih yang pernah hidup di bumi, umat-Nya sendiri membunuh Dia? Mengapa mereka melenyapkan Dia dari bumi? Rasul Yohanes menjawab pertanyaan tersebut dengan kata-kata ini:
Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah (Yoh 3: 19-21).
BIS: Galatia (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang
bukan Y
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT-JEMAAT DI GALATIA
PENGANTAR
Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah provinsi Roma di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Allah, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
Surat Paulus Kepada Jemaat-jemaat di Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran salah itu, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berhak disebut rasul Yesus Kristus. Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa panggilannya untuk menjadi rasul berasal dari Allah, bukan dari manusia. Juga bahwa tugasnya ditujukan terutama sekali kepada orang bukan Yahudi (pasal 1-2 Gal 1:1-2:21). Setelah itu Paulus membentangkan pendiriannya bahwa hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Allah (pasal 3-4 Gal 3:1-4:31). Di dalam pasal-pasal terakhir buku ini (pasal 5-6 Gal 5:1-6:18), Paulus menunjukkan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen karena ia percaya kepada Kristus, akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan Kristen.
Isi
- Pendahuluan
Gal 1:1-10 - Hak Paulus sebagai rasul
Gal 1:11-2:21 - Kabar Baik tentang rahmat Allah
Gal 3:1-4:31 - Kebebasan dan kewajiban orang Kristen
Gal 5:1-6:10 - Penutup
Gal 6:11-18
Ajaran: Galatia (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah
hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bahwa hidup sebagai orang Kristen bukanlah hidup yang di bawah atau diperintah Hukum Taurat.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 49 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Galatia. (Dan juga setiap orang Kristen/jemaat Kristen di seluruh dunia). Keadaan mereka sedang dibingungkan oleh orang-orang yang menjelek-jelekkan dan memfitnah Rasul Paulus; mereka juga mengajarkan Injil lain (ajaran sesat).
Isi Kitab: Kitab Galatia terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian Rasul Paulus, bahwa orang-orang Kristen hidup oleh iman, bukan oleh hukum, serta buah kehidupan Kristen timbul dari Roh, bukan dari daging.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Galatia
Pasal 1 (Gal 1:1-10).
Pengajaran tentang Injil yang benar
Dalam nats ini Rasul Paulus mengatakan bahwa hanya ada satu Injil di dunia ini, yaitu Injil Yesus Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 1:8-9. _Tanyakan_: Apa akibatnya bagi orang yang memberitakan Injil yang tidak benar?
Pasal 1-2 (Gal 1:11-2:21).
Pengajaran tentang riwayat hidup Rasul Paulus dan kerasulannya Dalam bagian ini, Rasul Paulus menceritakan siapa dirinya sebelum menjadi Rasul dan sesudah menjadi Rasul.
Pasal 3-4 (Gal 3:1-4:31).
Pengajaran tentang arti Injil Kristus yang benar
Dalam pasal-pasal ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan atas janji Allah kepada Abraham sebagai Bapa orang beriman dalam arti menjadi anak-anak Allah karena penebusan Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 3:6. _Tanyakan_: Mengapa Abraham dibenarkan Allah?
- Bacalah pasal Gal 3:26-27. _Tanyakan_: Apakah yang menjadikan orang-orang Kristen anak-anak Allah?
Pasal 5-6 (Gal 5:1-6:18).
Pengajaran tentang orang-orang Kristen hidup dalam kemerdekaan dari hukum Taurat
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa bila Yesus Kristus sudah membebaskan orang percaya dari Hukum Taurat, mengapa harus memberikan diri hidup di dalam perhambaan Hukum Taurat lagi.
Pendalaman
- Bacalah pasal Gal 5:1-6,13-26. _Tanyakan_: Apakah yang terpenting bagi seorang Kristen? (lihat ayat 6; Gal 5:6). Bagaimanakah orang Kristen mempergunakan kemerdekaannya? (ayat 13-15; Gal 5:13-15). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah daging? (Gal 5:19-21). Apakah yang dikatakan tentang buah-buah Roh? (Gal 5:22).
- Bacalah pasal Gal 6:11. _Tanyakan_: Apakah yang dihasilkan perbuatan manusia? Bagaimanakah perintah Allah tentang sikap orang Kriste terhadap sesamanya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Galatia ini, jelaslah kita lihat bahwa orang Kristen tidak berada di bawah Hukum Taurat lagi. Orang Kristen sudah merdeka dari perhambaan Hukum Taurat, sebab Injil Yesus Kristus lebih berkuasa daripada Hukum Taurat. Tetapi walaupun demikian orang Kristen tidaklah boleh mempergunakan kemerdekaannya itu dengan sembarangan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab Galatia?
- Apakah isi pengajaran Kitab Galatia?
- Apakah arti kemerdekaan bagi orang Kristen?
- Mengapakah orang Kristen tidak berada di bawah perhambaan hukum Taurat?
Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia
Sepucuk surat tentang Injil yang sejati
MENGAPA SURAT INI DITULIS.
Paulus menulis surat yang sangat penting ini, karena orang-orang Kristen di Galatia telah menyimpang dari pengertian yang benar tentang iman Kristen (Gal 1:6). Mereka dibingungkan oleh orang Kristen keturunan Yahudi yang ingin membebani mereka dengan kebiasaan sunat dan dengan menaati hukum-hukum Yahudi lainnya (Gal 3:1) yang mengatakan bahwa hanya dengan jalan ini mereka dapat menikmati hubungan istimewa dengan Allah. Paulus sangat yakin jika mereka bersandar pada hukum Yahudi dalam hubungan mereka dengan Allah, berarti mereka menyangkal inti Injil, yaitu bahwa hubungan Allah dengan manusia bergantung pada iman, bukan pada perbuatan. Dalam surat ini Paulus menjelaskan hubungannya dengan gereja di Yerusalem. Ia juga menerangkan tentang sifat kebebasan Kristen yang timbul apabila orang Kristen beriman terhadap Kristus dan bukan mencoba untuk menyenangkan Allah melalui ketaatan kepada hukum Taurat.
PENULIS DAN PEMBACANYA.
1. Penulis: Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus (Gal 1:1), berisi inti ajaran tentang iman. Argumentasinya yang kuat mengungkapkan kepribadiannya dan menunjukkan bahwa ia adalah seorang pengkhotbah dan orang yang tidak takut untuk berpendirian. Surat ini memberikan kepada kita gambaran rinci mengenai kehidupannya yang tidak disebut dalam tulisannya yang lain.
2. Pembacanya: Paulus telah berkhotbah kepada pembacanya (Gal 1:8, 9; 4:13) dan mereka menikmati hubungan yang akrab (Gal 4:15). Beberapa orang mengatakan bahwa ia menulis kepada orang Kristen di Galatia Utara (Asia Kecil) yang berbangsa Gaul, yang dikunjungi oleh Paulus dalam perjalanan misionarisnya yang kedua. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa ia menulis untuk orang di propinsi Galatia Selatan yang dikuasai orang Romawi (termasuk Antiokhia, Ikonum, Derbe dan Listra) yang telah dikunjungi oleh Paulus pada perjalanan misionarisnya yang pertama.
WAKTU PENULISAN.
Kapan surat ini ditulis tergantung pada kepada siapa surat ini ditulis. Kebanyakan orang percaya bahwa surat ini ditulis untuk Galatia Selatan dan ini berarti bahwa surat ini ditulis pada sekitar tahun 48 M. Jika surat ini untuk Galatia Utara maka ditulis lebih belakang, tetapi ini masih termasuk dalam surat-surat yang paling awal dalam Perjanjian Baru.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Surat ini merupakan surat perjuangan. Paulus menolak untuk berkompromi, ia menulis dalam bahasa yang keras untuk mendukung tema utamanya dengan memakai berbagai argumentasi yang berbeda.
2. Surat ini merupakan surat kasih, karena ditulis dengan penuh perhatian dan kekuatiran dari seorang gembala yang besar.
3. Surat ini singkat, dianggap 'sebuah garis besar' dari surat Roma yang pesannya sama, namun dikembangkan lebih luas dan ditujukan bagi situasi yang tidak terlalu buruk.
4. Surat ini merupakan surat yang memberi kesan yang dalam dan berisi ajaran-ajaran yang mudah diingat, misalnya Gal 2:20; 5:1, 5:22, 23; 6:14.
Pesan
1. Hukum Taurat merupakan jalan buntu.Keprihatinan utama Paulus ialah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak mungkin
dibenarkan di hadapan Allah melalui perbuatan baik atau menaati hukum Taurat.
Hukum Taurat:
o Tidak membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16
o Bertentangan dengan cara Kristus. Gal 2:19;5:4
o Tidak dapat memberikan Roh Kudus. Gal 3:2, 5; 5:18
o Hanya menghasilkan kutuk. Gal 3:10-14
o Merupakan interupsi sementara dalam rencana jangka panjang Allah. Gal 3:17
o Mempunyai suatu maksud. Gal 3:21-29
o Membebankan tuntutan kepada manusia. Gal 5:3
o Mudah diringkas. Gal 5:14
2. Iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
Tujuan utama Kristus adalah untuk membuat supaya iman merupakan jalan satu-satunya kepada Allah.
o Iman membenarkan manusia di hadapan Allah. Gal 2:16; 3:11
o Kristen harus terus melatih iman. Gal 2:20;3:3
o Roh Kudus datang melalui iman. Gal 3:2, 5,14
o Sejarah panjang dari iman. Gal 3:6-9
o Akibat kedatangan iman. Gal 3:22-26
o Cara iman memperlihatkan dirinya. Gal 5:6
o Kristen membentuk'kekeluargaan dalam iman'. Gal 6:10
3. Yesus berarti kemerdekaan.
o Yesus membawa kemerdekaan dari penindasan hukum Taurat. Gal 3:1-4:7
o Tradisi besar kemerdekaan. Gal 4:21-31
o Kemerdekaan perlu dijaga. Gal 5:1
o Cara yang benar dan salah untuk menyatakan kemerdekaan. Gal 5:13-6:10
Penerapan
Masalah sunat bukan lagi menjadi bahan perdebatan yang hangat dewasa ini, tetapi pesan Paulus masih relevan:
1. Bagi orang Kristen legalls.
Banyak orang masih berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk dapat dibenarkan di hadapan Allah bergantung kepada berapa banyak peraturan yang ditaatinya dan seberapa terhormatnya dia. Paulus menunjukkan bahwa yang penting adalah iman, bukan perbuatan.
2. Bagi orang Kristen yang prinsip hidupnya kendur.
Kemerdekaan yang dibawa oleh Kristus tidak berarti bahwa seorang Kristen boleh bertindak semaunya. Hidupnya tidak boleh didasari oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri dan hawa nafsunya. Ia mempunyai tanggung jawab baru untuk menyatakan buah Roh di dalam sifat, tingkah laku dan hubungan-hubungannya dengan orang lain.
Surat ini juga mengajar kepada kita tentang dua masalah penting lainnya:
1. Tentang doktrin Kristen.
Gereja tidak mempunyai wewenang untuk mempercayai apa saja yang disukainya atau secara bebas menentukan doktrinnya sendiri. Kebenaran Kristen sudah diungkapkan oleh Allah dan tidak dapat diganggu gugat. Paulus menekankan bahwa mempercayai sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah Allah ungkapkan itu berbahaya, karena hal itu bukan saja tidak benar tetapi juga akan membawa kepada penghukuman. Kebenaran itu sudah diatur oleh para rasul dan juga dalam Galatia, Paulus menekankan mengenai wewenang kerasulannya.
2. Tentang kesatuan Alkitab.
Banyak orang percaya bahwa hanya terdapat sedikit hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan mereka berbicara tentang dua Allah dengan dua tuntutan berbeda terhadap manusia. Paulus menunjukkan bahwa Allah hanya satu dan terdapat suatu kesatuan dalam seluruh isi Alkitab.
Tema-tema Kunci
Selain satu pesan utama Paulus, terdapat pemikiran-pemikiran lainnya.
1. Daging.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa cara yang berbeda. Sebutkan! Gal 1:16; 2:20; 3:3; 4:23, 29; 5:13, 16, 17, 19, 24; 6:8, 12, 13.
2. Perhambaan.
Demikianlah Paulus menggambarkan keadaan manusia sebelum mereka menjadi Kristen. Apa masalahnya sekarang? Gal 4:8; 2:4.
3. Salib.
Untuk kebanyakan orang salib merupakan gangguan (Gal 5:11; 6:12) tetapi untuk Paulus salib merupakan alasan untuk bermegah (Gal 6:14). Apalagi hal lainnya yang ditulisnya tentang kematian Yesus?
4. Anak Allah.
Ini merupakan gambaran dari seorang Kristen yang paling disukainya. Panggilan itu merupakan kebalikan dari menjadi seorang hamba. Bagaimana Paulus menggambarkan hak-hak istimewa menjadi seorang anak Allah? Gal 3:7, 26; 4:5, 6, 22.
5. Roh Kudus.
Galatia penuh dengan referensi tentang Roh Kudus. Carilah dalam ayat-ayat di bawah ini dan kelompokkan ayat-ayat itu di bawah tema-tema pokok dalam ajaran Paulus mengenai Roh Kudus.
Tema-tema itu adalah: menerima Roh; menghasilkan buah-buah Roh; berjalan dan hidup dalam Roh. Gal 3:2, 3, 5, 14; 4:6; 5:16, 17, 18, 22, 25; 6:1, 8, 18.
Garis Besar Intisari: Galatia (Pendahuluan Kitab) [1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2Rasul dan para pembacanya
Gal 1:3-5Salam Paulus
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJ
[1] PAULUS MEMBERI SALAM KEPADA PARA PEMBACANYA Gal 1:1-5
Gal 1:1-2 | Rasul dan para pembacanya |
Gal 1:3-5 | Salam Paulus |
[2] PAULUS MENYATAKAN TUJUANNYA Gal 1:6-10
Gal 1:6 | Keprihatinannya |
Gal 1:7-9 | Keyakinannya |
Gal 1:10 | Motivasinya |
[3] PAULUS MENERANGKAN KESAKSIANNYA DENGAN SINGKAT Gal 1:11-2:21
Gal 1:11-12 | Sumber ajarannya |
Gal 1:13-17 | Kisah panggilannya |
Gal 1:18-2:10 | Hubungannya dengan Yerusalem |
Gal 2:11-14 | Perdebatannya dengan Petrus |
Gal 2:15-21 | Pengertiannya tentang Injil |
[4] PAULUS MENGEMBANGKAN ARGUMENTASINYA Gal 3:1-4:31
Gal 3:1-5 | Pengalaman orang Galatia |
Gal 3:6-9 | Contoh dari Abraham |
Gal 3:10-14 | Kutuk hukum Taurat |
Gal 3:15-18 | Keuntungan dari janji hukum Taurat |
Gal 3:19-29 | Maksud hukum Taurat |
Gal 4:1-11 | Sifat Keanakan |
Gal 4:12-20 | Imbauan pribadi |
Gal 4:21-31 | Dua macam 'anak' |
[5] PAULUS MENJELASKAN TENTANG KEMERDEKAAN KRISTEN Gal 5:1-6:10
Gal 5:1 | Jangan mau lagi diperhamba |
Gal 5:2-6 | Bebas dari sunat |
Gal 5:7-12 | Imbauan pribadi lainnya Bagaimana menggunakan kemerdekaan: kasih |
Gal 5:16-21 | Apa yang bukan kemerdekaan |
Gal 5:22-24 | Apa kemerdekaan itu |
Gal 5:25-6:10 | Kemerdekaan dan hubungan hubungan kita |
[6] PAULUS MENANDATANGANI SURATNYA
Gal 6:11-15 | Paulus menggarisbawahi pokok ajarannya |
Gal 6:16-18 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi